Karena merasa dipersulit dalam proses sidang skripsi, seorang mahasiswa UINSA Surabaya muntab hingga maki-maki kepala prodi (kaprodi). Beruntungnya ia tetap bisa sidang skripsi dan lulus karena memang sebenarnya tak ada masalah. Hanya si kaprodi saja yang memang cari-cari masalah.
***
Masih ada sisa kekesalan tiap kali Ferly (25) mengingat masa-masa jelang sidang skripsi di UINSA Surabaya. Tak ada sesal sama sekali. Pasalnya, mahasiswa asal Sampang, Madura itu merasa si kaprodi lah yang sengaja mempersulitnya untuk sidang skripsi.
Ferly sendiri merupakan mahasiswa angkatan 2018 di Prodi Sastra Arab UINSA Surabaya. Ia lulus sembilan semester. Proses mengerjakan skripsinya terbilang cepat karena ia baru mengajukan judul di awal semester 8.
“Aku dulu pilih UINSA Surabaya karena kampus agama (Islam). Lalu aku ambil Sastra Arab karena untuk meneruskan pondok saja,” ujar mahasiswa Madura tersebut kepada Mojok, Rabu (8/5/2024) malam WIB.
“Dan selama kuliah di Sastra Arab UINSA Surabaya memang nggak ada kesulitan. Karena rasanya mengulang pelajaran yang ada di pondok saja. Ya walaupun ada beberapa pelajaran yang baru kutemui di kampus,” sambungnya.
Ingin segera lulus untuk bekerja
Di Fakultas Adab dan Humaniora (FAHUM) UINSA Surabaya, sudah menjadi rahasia umum kalau Sastra Arab menjadi prodi yang mahasiswanya terkenal sat set dalam proses skripsi. Setidaknya di masa-masa itu.
Tak heran jika di setiap momen wisuda, Sastra Arab selalu meluluskan wisudawan yang lebih banyak ketimbang prodi lain se-FAHUM seperti Sejarah Peradaban Islam (SPI), Sastra Inggris (Sasing), dan Sastra Indonesia (Sasindo).
Begitu juga saat Ferly memasuki semester 7. Teman-teman seangkatannya sudah gerak cepat mengajukan judul hingga paling tidak sudah seminar proposal lebih dulu. Ferly pun ikut terpancing untuk segera merampungkan kuliahnya di UINSA Surabaya.
“Aku UKT per semester Rp1,2 juta. Masih biaya orang tua. Pengin cepat lulus biar bisa kerja dan menghasilkan uang sendiri,” tutur mahasiswa asal Madura itu.
Terlebih, di masa itu mahasiswa di FAHUM UINSA Surabaya memang tak harus ribet dengan banyak program di luar kampus. Tidak seperti di fakultas lain yang harus PKL, PPL, dan sejenisnya.
“Satu-satunya program pengabdian masyarakat di FAHUM waktu itu ya cukup KKN,” terang Ferly. Sehingga memang bisa segera memproses skripsi.
Merasa dipersulit kaprodi di UINSA Surabaya
Ferly mengaku proses pengerjaan skripsinya relatif lancar. Nyaris tak ada kesulitan atau kendala serius. Hanya saja, polemik terjadi ketika Ferly mengajukan jadwal sidang skripsi di penghujung semester 8.
Kaprodi Sastra Arab waktu itu menyebut kalau Ferly belum sah ikut sidang skripsi. Sebab, ada satu mata kuliah yang kata si kaprodi Ferly belum lulus. Ferly pun mengikuti apa kata si kaprodi untuk menuntaskan dulu satu mata kuliah yang belum lulus itu.
“Setelah saya bisa menuntaskan satu mata kuliah yang belum lulus itu, berikutnya beliau mempersulit lagi dengan mengatakan ada satu lagi yang belum lulus. Yakni mata kuliah semester 6 di mana beliau dosennya,” ungkap mahasiswa UINSA Surabaya asal Madura tersebut. Fyi, kaprodi Sastra Arab UINSA Surabaya di masa Ferly itu adalah sosok dosen perempuan.
“Lalu saya cek di SINAU (perangkat penghimpun data di UNSA Surabaya), emang lulus dengan nilai A-,” sambung Ferly. Di mana dalam regulasi di FAHUM, A- sudah sangat memenuhi syarat untuk lulus. Wong C- saja di masa itu sudah dianggap lulus kok.
Ferly lantas mengirimkan bukti tersebut kepada si kaprodi selaku dosen yang mengampu mata kuliah itu. Akan tetapi, si kaprodi bersikukuh bahwa sebenarnya Ferly tidak lulus meski data SINAU mencatat nilai Ferly A-. Dari sinilah Ferly mulai agak janggal.
Maki-maki kaprodi di UINSA Surabaya sebelum sidang
Sejak awal Ferly mengatakan kalau ia benar-benar menjaga etikanya kepada si kaprodi. Ia selalu bertanya dengan nada santun tiap ada sesuatu yang menurutnya janggal.
Termasuk saat si kaprodi Sastra Arab UINSA Surabaya itu menyebut Ferly tak lulus mata kuliahnya, mahasiswa Madura itu pun mengirimkan bukti kalau ia mendapat nilai A- dan menjelaskannya secara baik-baik.
Akan tetapi, perdebatan dari si kaprodi yang seolah cari-cari masalah dan mempersulit jalan sidang skripsi Ferly membuatnya perlahan-lahan mulai naik darah. Ia mulai hilang rasa hormat pada si kaprodi.
“Karena saya merasa dpersulit, saya tanya lah, ibu ada masalah apa dengan saya, kok rasa-rasanya saya dipersulit?,” ujar Ferly memeragakan caranya bertanya pada si kaprodi Sastra Arab UINSA Surabaya.
“Singkat cerita dari percakapan saya dengannya di WA, ada saat beliau (si kaprodi) bilang “Anda tidak becus jd mahasiswa!”,” beber Ferly.
Membaca pesan tersebut, kemarahan Ferly tak bisa ia bendung lagi. Ia pun langsung memaki-maki balik si kaprodi dengan menyebutnya sebagai kaprodi tidak becus. Bahkan ada juga umpatan kasar yang Ferly layangkan. Tak lama kemudian, kontak Ferly diblokir oleh si kaprodi.
Baca halaman selanjutnya…
Untung bisa lulus lewat jalur hoki