Menurutnya, tidak mudah membagi waktu untuk belajar UTBK, kuliah, dan bekerja. Apalagi, menurutnya kerja laundry cukup menyita waktu. Terkadang, ada saja kendala teknis seperti mesin rusak yang membuat kerjaannya tertunda.
“Kerja dari jam 8 harusnya sampai jam 4 sore tapi sering juga lembur sampai kiosnya tutup jam 9 malam,” kata dia.
Alhasil, ia tidak bisa efektif belajar. Akhirnya, pada momen Lebaran lalu ia memutuskan untuk keluar dari kerja tersebut demi lebih bisa fokus.
“Kalau nggak memang susah buat belajar. Saya banyak ngerjakan soal-soal yang ada di internet, di media sosial banyak yang nge-share,” ujarnya.
Ingin bisa kuliah seperti adiknya yang sudah jadi mahasiswa UNY
Dewi menjaga asa untuk kuliah, salah satunya karena ingin bisa seperti adiknya yang tahun lalu lolos UTBK di UNY. Memang unik, sebenarnya, adiknya itu berusia satu tahun di bawahnya, tapi karena program jurusan SMK Dewi mengharuskan 4 tahun sehingga mereka lulus bersama.
Jika tahun lalu mendaftar ke Teknik Sipil UNY agar linier dengan jurusan SMK-nya yakni Konstruksi Bangunan, pada kesempatan tes kali ini, ia ingin mendaftar ke UPN Jogja. Jurusannya antara Teknik Pertambangan atau Teknik Perminyakan. Ia merasa cocok, karena meski tidak linier dengan jurusan SMK tapi sama-sama kerja lapangan.
“Sepertinya ini percobaan terakhir saya. Kalau gagal, saya mau fokus cari kerja yang lebih menjanjikan saja,” curhatnya.
Bagi Dewi, tidak banyak kesempatan untuk meluangkan waktu belajar. Ia harus bekerja karena kondisi menuntutnya begitu. Sehingga, meski masih ada kesempatan ia sudah tidak yakin untuk kembali ujian jika gagal tahun ini.
“Kalau gagal ya saya teruskan di UT saja. Toh, sarjana tidak harus dari kampus yang bagus seperti kebanyakan orang. Tapi saya tetap usahakan yang terbaik,” ungkapnya dengan senyum.
Dewi adalah salah satu potret calon mahasiswa yang harus berjuang lebih keras demi bisa kuliah. Di luar sana, barangkali, masih banyak calon mahasiswa yang harus menghadapi beragam situasi yang menuntut mereka menjadi kuat.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News