Ditolak Unair Tak Membuat Saya Menyesal, Bisa “Terharu” Berkat Kuliah di Jurusan Keperawatan UM Surabaya

Jurusan Keperawatan UM Surabaya tak kalah dari Unair. MOJOK.CO

Laki-laki yang kuliah di Jurusan Keperawatan UM Surabaya. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Laki-laki tidak cocok masuk Jurusan Keperawatan adalah anggapan yang usang. Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya ini berhasil membuktikannya. Meskipun dulu ia tak bercita-cita sebagai perawat, melainkan ingin masuk Jurusan Kedokteran di Universitas Airlangga (Unair).

***

Fakultas Kedokteran di Universitas Airlangga memang sulit ditembus. Persaingannya ketat dengan proses seleksi yang menantang. Melansir dari data lengkap keketatan SNBT Sarjana – Saintek 2025, Kedokteran memiliki tingkat keketatan 2,9 persen. Menjadikannya program studi dengan persaingan tertinggi di rumpun saintek.

Mendengar informasi itu saja membuat Putra (24) pesimis. Ia merasa peluangnya makin menipis, mengingat jurusan yang ia ambil semasa SMA ialah IPS. Dulu, wacana soal siswa jurusan IPS sulit memilih jurusan kuliah rumpun IPA sempat tersiar masif di sekolahnya.

Namun, Unair tak menutup kemungkinan membuka peluang untuk calon mahasiswa baru jurusan IPS yang ingin masuk jurusan IPA, seperti Kedokteran. Rektor Unair Mohammad Nasih menjelaskan mahasiswa baru dengan lintas jurusan bisa memberikan keterangan, minimal nilai akhir mata pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan prodi yang mereka pilih.

“Misalnya jika di FKG, maka mereka harus memberi keterangan nilai biologi dan kimia, dan seterusnya,” jelas Nasih dikutip dari keterangan resmi, Rabu (23/7/2025).

Umumnya, siswa negeri jurusan IPS dapat memilih mata pelajaran peminatan IPA semasa sekolah. Unair juga memfasilitasi tes matrikulasi yakni program untuk membekali mahasiswa baru dengan pengetahuan dan keterampilan dasar. Minimal, mereka harus memenuhi batas minimal nilai dalam matrikulasi sebelum mengikuti perkuliahan. 

Tapi tetap saja, sebelum Putra sempat mengikuti tes matrikulasi ia sudah gagal duluan, baik di jalur SNMPTN maupun SBMPTN tahun 2019. Akhirnya, ia memilih Jurusan Keperawatan di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.

“Demi mengejar cita-cita saya sebagai perawat, saya mendaftar di UM Surabaya. Salah satu pilihan agar saya bisa mengabdikan diri di dunia kesehatan yang memegang pasien secara langsung yakni di Jurusan Keperawatan,” ujar Putra. 

Mayoritas mahasiswa Jurusan Keperawatan adalah perempuan

Putra tak mengelak jika sebagian masyarakat menganggap Jurusan Keperawatan hanya cocok untuk perempuan karena tugas-tugasnya bersifat keibuan. Begitupun di UM Surabaya yang 90 persen mahasiswanya adalah perempuan.

Namun kenyataannya, masih banyak rumah sakit yang membutuhkan perawat laki-laki untuk mengerjakan tugas di bidang-bidang tertentu. Beruntung, orang tua Putra juga tidak mempermasalahkan pilihannya masuk di Jurusan Keperawatan. Selama kegiatan yang ia lakoni positif, mereka pasti mendukung.

Jurnal berjudul “Diferensiasi Peran Perawat Laki-laki dan Perempuan di RSUD Haji Kota Makassar” mengungkap pembagian kerja berdasarkan volume kerja perawat antara laki-laki dan perempuan. Di mana, sifat laki-laki yang dilekatkan dengan sifat kuat dan perkasa kebanyakan mendapat peran yang membutuhkan tenaga lebih banyak. Misalnya, mengangkat dan memindahkan pasien.

“Jadi ya mungkin itu stigma jadul dan harus ditinggalkan ya,” kata Putra.

Baca Halaman Selanjutnya

Ketahanan yang wajib dipunya mahasiswa Jurusan Keperawatan

Ketahanan yang wajib dipunya mahasiswa Jurusan Keperawatan

Selain harus menghadapi stigma soal laki-laki masuk Jurusan Keperawatan, Putra juga harus belajar lebih giat lagi. Seperti yang Putra sebut sebelumnya, karena ia berasal dari Jurusan IPS, ia harus memahami materi-materi kesehatan dari dasar.

“Kebanyakan temanku waktu kuliah di UM Surabaya sudah ada background medis di SMK Kesehatan, sedangkan saya hanya SMA itupun jurusan IPS. Jadi, saya perlu mengejar banyak sekali untuk menyaingi teman-teman saya,” kata Putra.

Di awal-awal kuliah, Putra mengaku belum terbiasa dengan bau alami manusia seperti kotoran, darah, hingga luka yang sudah membusuk. Namun akhirnya ia berhasil bertahan. Puncaknya saat menangani penyakit gangren semasa magang.

“Saya harus mencari cara untuk bertahan sambil menunjukkan pelayanan yang profesional dan excellent ke pasien tanpa menunjukkan rasa jijik,” kata Putra.

Lebih dari itu, Putra tak pernah menyesal masuk Jurusan Keperawatan. Justru dari sana, ia merasa berharga sebagai manusia. Apalagi, saat orang lain merasa terbantu atas kehadirannya.

Makna kata terima kasih bagi relawan

Kini, alumni Jurusan Keperawatan UM Surabaya tersebut sudah bekerja di salah satu rumah sakit swasta sembari aktif menjadi relawan di Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Surabaya. Putra bercerita, ada banyak kisah yang menyentuh hatinya. 

Salah satunya, saat membantu korban kecelakaan di Jalan Mastrip, Surabaya. Korban merupakan seorang perempuan berusia 30 tahun. Saat itu, kata Putra, kondisinya cukup parah. Ada cedera di kepala sampai membuatnya lupa soal kronologi kecelakaan yang dialami.

Bahkan saat ditanya soal pertanyaan dasar seperti nama, alamat, dan nomor telepon keluarga, pasien tersebut sudah tak sanggup menjawab. Karena kondisinya membutuhkan tindakan segera, maka Putra langsung merujuknya ke salah satu rumah sakit di Surabaya.

Lima bulan kemudian, ia tak sengaja bertemu dengan perempuan tadi di sebuah konser. Mulanya Putra tak mengenali, tapi perempuan tadi tiba-tiba menyapa dan memperkenalkan diri. Ia lalu berterimakasih kepada Putra karena telah menolongnya.

“Saya jadi tersanjung, karena ada pasien yang saya tolong bahkan dengan luka yang parah, masih mengenali saya,” kata Putra.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Kepo, Kenapa Profesi Perawat Selalu Identik dengan Perempuan? atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Exit mobile version