Gagal Menembus ITB Berkali-kali hingga Bisa Kuliah UGM Nyambi Kerja Part Time

Ilustrasi - Ditolak ITB, Keterima UGM dengan Beasiswa Perintis. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak awal adalah kampus incaran Zuhdi Ardi. Kampus yang dia incar dengan segenap perjuangan. Namun, di Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja lah dia akhirnya meneruskan mimpinya menjadi sarjana tanpa biaya karena Beasiswa Perintis.

Mimpi yang terbentur ekonomi

Zuhdi merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara. Dia berasal dari keluarga yang terbilang sederhana.

Bahkan, saat pandemi Covid-19, kondisi ekonomi keluarganya sempat jatuh. Keluarganya jelas saja berada dalam kesulitan.

Sejak SMA Zuhdi memang sudah punya mimpi untuk kuliah di ITB. Hanya saja, karena terbentur kondisi ekonomi tersebut, dia sempat gap year selama satu tahun.

Kendati begitu, tekadnya untuk bisa kuliah dan kelak menjadi sarjana memang tidak pernah padam. Oleh karena itu, dia berupaya mencari cara bagaimana agar tetap bisa kuliah tanpa harus membenani orang tuanya.

Hingga akhirnya, pada 2022, Zuhdi mendapat informasi perihal Beasiswa Perintis. Yakni beasiswa dari Rumah Amal Salman (Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) pengelola zakat, infak, sedekah dan lainnya yang berfokus pada pendidikan dan teknologi).

Beasiswa Perintis sendiri berupa bimbingan persiapan masuk perguruan tinggi negeri yang didukung biaya kuliah dan hidup selama empat tahun (delapan semester). Harapan bisa kuliah di ITB pun makin menyala dalam diri Zuhdi.

Mimpi masuk ITB yang terhenti

Zuhdi akhirnya mengikuti bimbingan persiapan masuk perguruan tinggi negeri dari Beasiswa Perintis. Dia sangat tekun mengikuti program bimbingan bertajuk Learning Camp Beasiswa Perintis tersebut.

Sebab, Zuhdi memang punya harapan besar kuliah di ITB, kampus impiannya.

Saat itu, sebenarnya Zuhdi juga menyiapkan opsi kampus lain selain ITB, yakni UGM. Namun, ITB adalah target utamanya.

Sayangnya, Zuhdi kurang beruntung. Beberapa kali mengikuti seleksi, hasilnya dia dinyatakan tidak lolos untuk masuk ke ITB.

Awalnya berat “move on” dari ITB, meskipun sudah diterima UGM

Kesempatan Zuhdi untuk mengenyam pendidikan tinggi sebenarnya masih sangat terbuka. Pasalnya, meskipun tak diterima di ITB, tapi dia dinyatakan lolos UGM alias masih diterima di salah satu kampus papan atas di Indonesia.

Hanya saja, Zuhdi sempat merasa berat untuk “move on” dari ITB. Dia bahkan sempat menunda registrasi ulang di UGM hingga batas waktu terakhir, berharap ada keajaiban yang bisa membawanya kuliah di kampus impian yang sudah dia incar: ITB.

“Saya sempat down, tetapi memang kita sering kali punya rencana, tapi rencana Allah sepertinya lebih baik selama kita bisa bersikap adaftif akan kuasa tersebut. Mudah-mudahan banyak kebaikan tersendiri untuk mencapainya,” ujar Zuhdi pada akhirnya dalam cerita yang dia bagikan pada Rumah Amal Salman, Jumat (17/1/2025).

Beasiswa Perintis tidak cuma kasih bekal uang

Zuhdi pun legowo menerima ketidakberuntungannya kuliah di ITB. Akan tetapi, dia merasa, kuliah di UGM—meskipun bukan impiannya—tetap akan menghasilkan hal-hal baik bagi dirinya.

Toh pada dasarnya Zuhdi sudah mendapat bekal banyak dari Beasiswa Perintis. Bekal yang membuatnya menjadi pribadi yang adaptif.

Ditolak ITB, Keterima UGM dengan Beasiswa Perintis MOJOK.CO
Zuhdi Ardi, mahasiswa Manajemen Sumberdaya Akuatik UGM. (Dok. Rumah Amal Salman)

“Beasiswa Perintis bukan soal bantuan biaya hidup (saja). Adanya pembinaan soft skill dan hard skill membuat saya bisa banyak mengembangkan diri,” terang pemuda yang kini tercatat sebagai mahasiswa Manajemen Sumberdaya Akuatik UGM tersebut.

“Bahkan saya dan teman-teman memiliki projek bersama sebagai bentuk implementasi dari hasil pembinaan bulanan,” sambungnya.

Uang beasiswa tidak untuk foya-foya

Mojok beberapa kali menemukan fenomena, ketika mahasiswa menggunakan beasiswanya untuk hidup berfoya-foya di perantauan. Tapi Zuhdi tidak seperti. Dia cukup bijak dalam mengalokasi Beasiswa Perintis yang dia terima dari Rumah Amal Salman.

Sebagian uang Beasiswa Perintis dia gunakan untuk menabung. Sementara sebagian yang lain Zuhdi gunakan untuk kebetuhan pengembangan diri, seperti mengikuti kursus, bootcamp, dan sejenisnya.

Bahkan, mahasiswa UGM tersebut masih menyempatkan mengambil pekerjaan part-time dan freelance untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena sejak awal dia memang bertekad tidak membenani biaya pada orang tua.

Sosok pekerja keras

Etos Zuhdi yang seperti itu memang diakui oleh Ketua Beasiswa Perintis, Sekar Septiani.

Sekar menuturkan, Zuhdi merupakan salah satu penerima manfaat Beasiswa Perintis angkatan 2022 yang menunjukkan loyalitas yang tinggi.

Zuhdi di mata Sekar juga merupakan salah satu penerima manfaat yang cukup progresif. Dia terlibat projek tahunan Beasiswa Perintis dalam Komunitas Tuju Cita yang bertujuan untuk mewujudkan kemandirian anak melalui pendidikan dan kewirausahaan.

“Sejauh ini Zuhdi termasuk adik binaan yang pekerja keras dan juga memiliki minat belajar di bidang apapun, termasuk di luar keilmuan seperti IT,” kata Sekar.

“Mudah-mudahan banyak yang terinspirasi dari kisah Zuhdi, sehingga lahirlah sosok-sosok lainnya untuk menggapai cita,” pungkasnya.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Ditolak ITS 2 Kali, Universitas Brawijaya Selamatkan Saya untuk Tetap Kuliah di Kampus Bergengsi atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

Exit mobile version