Kuliah adalah tujuan Titi* (24) setelah lulus SMA. Namun, berkali-kali mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi, Titi selalu gagal. Hingga ia mencari peluang arah dengan daya tampung yang banyak. Akhirnya, ia lolos di Universitas Airlangga (Unair) Fakultas Vokasi Jurusan Pengobat Tradisional (Battra).
***
Di masa-masa SMA, Titi sudah mempersiapkan diri agar lolos masuk perguruan tinggi. Mulanya, ia mengkurasi kampus mana yang akan ia daftar. Yang jelas, Titi memilih kampus yang lokasinya ada di Surabaya, mengingat ekonomi keluarganya belum stabil pada saat itu.
Titi akhirnya lolos di ujian Mandiri, meski harus membayar uang gedung. Keluarganya sangat mendukung pilihan Titi untuk berkuliah.
“Aku nggak ada pikiran gapyear sama sekali atau setelah SMA langsung kerja, aku cuman kepikiran kuliah setelah lulus. Bagaimana pun caranya,” kata Titi, Jumat (7/3/2025).
Oleh karena itu, pada kesempatan terakhirnya, Titi menyeleksi matang-matang pilihannya agar punya peluang besar diterima. Ia mempertimbangkan kampus dan jurusan dengan daya tampung paling banyak. Maka, ia bertemu dengan Program Studi D4 Pengobat Tradisional di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya.
Jurusan Pengobat Tradisional Unair banyak peminat
Fakultas Vokasi Unair, Surabaya memiliki tiga departemen yakni teknik, kesehatan, dan bisnis. Titi sendiri memilih departemen kesehatan karena merasa kurang percaya diri untuk masuk teknik maupun bisnis.
Sementara itu, Departemen Kesehatan memiliki delapan program studi seperti Keperawatan, Teknologi Kesehatan Gigi, Fisioterapi, Teknologi Radiologi Pencitraan, Teknologi Laboratorium Medik, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Teknologi Veteriner, Terapan Imaging Diagnostik, dan Pengobat Tradisional.
“Saya melihat Fakultas Vokasi Unair membuka peluang banyak, kayak kuotanya banyak daripada jurusan-jurusan yang lain,” ucapnya.
Akhirnya, dari delapan program studi di atas, Titi mengecek keketatan mandiri sarjana terapan – Saintek. Melansir dari laman resmi Unair, Pengobat Tradisional memiliki keketatan 85,71 persen dibandingkan Teknologi Laboratorium Medik sebesar 17,65 persen. Artinya, presentasenya semakin kecil, maka persaingan masuknya semakin ketat.
“Selain itu, saya merasa diri saya hanya mampu di Pengobat Tradisional, karena bayanganku dulu ya cuma bikin jamu,” ujarnya.
Namun, bayangan Titi sirna setelah memeriksa umum mengenai Program Studi D4 Pengobat Tradisional di internet, mulai dari materi yang akan ia pelajari informasi sampai peluang karir setelah lulus.
Sering dikira dokter
Alumni Pengobat Tradisional Unair sering dikira dokter
Jauh berbeda dengan gambaran Titi sebelumnya, Pengobat Tradisional tak hanya belajar membuat jamu melainkan belajar akupunktur, pijat, herbal, dan nutrisi. Jamu sendiri masuk dalam kompetensi herbal.
“Yang banyak akupelajari justru akupunktur, pengobatan tradisional dari Cina,” kata dia.
Dari sana, Titi belajar mengenal berbagai sindrom atau gejala-gejala penyakit yang dialami manusia. Mulai dari memahami titik-titik akupunktur, memperhatikan cara orang tersebut berperilaku, mengenali gejala fisiknya, hingga membuat ramuan herbal.
Tak jauh berbeda dengan dokter, untuk mengobati pasien Titi harus melakukan pemeriksaan, observasi, pendengaran, persepsi, dan perabaan. Misal, mulai dari pasien itu duduk, letih lesunya, bentuk matanya, suaranya, nadinya, dan sebagainya.
“Kami bahkan sering dikira dokter padahal terapis,” ucapnya.
Sebagai informasi, lulusan program vokasi (D4) kesehatan Unair memang bekerja di rumah sakit, klinik, dan laboratorium. Titi sendiri sempat terkejut karena karena pada mulanya ia memang menghindari pekerjaan yang banyak berinteraksi dengan orang lain.
Mengirim lamaran kerja setelah kuliah
Usai lulus kuliah dari Vokasi Unair hingga sekarang, Titi masih sulit mencari pekerjaan yang linier di bidangnya. Padahal, sebelum ia mendaftar dan dinyatakan lolos kuliah di Vokasi Unair, Titi sudah punya harapan dengan peluang kerja yang bagus.
“Masa depan cerah dengan Vokasi Unair. Lulusan Vokasi Unair memiliki prospek kerja yang cerah di berbagai sektor,” dikutip dari laman resmi Vokasi Unair yang juga membuat Titi tergiur dan semakin mantap memilih Pengobat Tradisional pada saat itu.
Namun, setiap kali Titi memeriksa lowongan kerja di rumah sakit atau puskesmas yang memang menyediakan Poli Batra untuk layanan Pengobat Tradisional, ia kurang beruntung karena belum ada lowongan untuknya. Sementara, Poli Batra yang paling banyak justru ada di Surabaya tapi sudah penuh.
Oleh karena itu, banyak alumni battra yang memilih membuka lapangan kerja sendiri. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplemen, mereka dapat membuka Griya Sehat, yakni fasilitas pelayanan kesehatan tradisional yang menyelenggarakan perawatan atau pengobatan tradisional komplementer oleh tenaga kesehatan.
Selain itu, alumni bisa membuat praktik mandiri bahkan mengeluarkan produk yang berhubungan dengan battra seperti skincare natural, minuman herbal, dan lain sebagainya. Tentu saja, alumni harus melengkapi syarat-syarat tertentu.
Sementara itu, Titi masih dalam pencarian karier. Ia percaya, lulusan Pengobat Tradisional masih banyak dibutuhkan di dunia kerja. Ia juga yakin jika peluangnya masih terbuka lebar.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Redaktur : Ahmad Effendi
BACA JUGA: Lulusan D3 Selalu Diremehkan di Dunia Kerja, Didiskriminasi Sampai Ditolak Perusahaan 100 Kali atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.
