Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan

Desa Manggar di Rembang: Jejak Mistis yang Meneror Warga

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
8 Oktober 2023
A A
Jejak Mistis di Desa Manggar, Desa Angker di Rembang MOJOK.CO

Ilustrasi Jejak Mistis di Desa Manggar, Desa Angker di Rembang. (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Ada sebuah desa di Rembang, Jawa Tengah yang dulunya dikenal sebagai salah satu desa terangker. Namun, seiring tahun-tahun yang berganti, nuansa mistis dan angker di desa ini perlahan justru lenyap.

Mojok menelusuri cerita-cerita dari warga setempat perihal keangkeran desa ini di masa lalu, hingga bagaimana mulanya nuansa itu memudar seiring waktu.

***

Di masa lalu, Desa Manggar, Kecamatan Sluke bisa dibilang sebagai salah satu “sarangnya demit” di Rembang, Jawa Tengah. Setidaknya, demikianlah klaim dari beberapa warga setempat.

Tentu ada banyak desa lain dengan klaim demikian. Namun, ada cukup banyak cerita yang saya dapat tentang Manggar, sehingga mendorong saya untuk menulisnya. Apalagi, ada beberapa jejak keangkeran yang masih tersisa di banyak sudut desa ini.

Menariknya, jejak-jejak keangkeran itu kini justru seperti tak pernah dianggap ada. Padahal dulu menjadi momok tersendiri dan menjadi tempat yang paling warga hindari di malam hari.

Cerita mistis di batu dan pohon angker legendaris

Berdasarkan cerita yang beredar, hampir di setiap sudut Desa Manggar pasti ada batu dan pohon yang disebut jadi sarang demit. Masing-masing juga menyimpan cerita-cerita mistis tersendiri.

Dari batu atau pohon angker yang terletak di beberapa desa tersebut, beberapa di antarnya menjadi yang paling legendaris dan ikonik. Sebab, diyakini menyimpan aura mistis yang lebih besar daripada sudut-sudut yang lain.

“Dulu tempat-tempat ini orang anggap yang paling mengerikan gangguannya,” kata Mbah Syuhada (79), salah satu warga yang rumahnya tak jauh dari salah satu batu angker legendaris itu membagikan ceritanya.

Watu Tekek: Bukan sarang sembarang tokek

Jika diurut dari gapura masuk desa, Watu Tekek (batu tokek) menjadi batu angker ikonik pertama yang bakal orang jumpai jika masuk Desa Manggar.

Penamaan Watu Tekek sendiri terbilang unik. Sepintas, batu tersebut sebenarnya lebih mirip wajah monyet. Akan tetapi, hal itu tak serta merta membuatnya dinamai Watu Ketek (batu monyet).

“Sebab, dulu jadi rumahnya tokek. Di sela-sela batu ada puluhan tokek yang bersarang di situ,” terang Syuhada.

Watu Tekek, salah satu batu angker legendaris dan ikonik di Desa Manggar MOJOK.CO
Watu Tekek, salah satu batu angker legendaris dan ikonik di Desa Manggar. (Aly Reza/Mojok.co)

Konon, tokek-tokek yang hidup di Watu Tekek bukanlah tokek sembarang. Tidak sedikit warga yang percaya bahwa tokek-tokek itu adalah jelmaan lelembut.

Itulah kenapa, kata Mbah Syuhada, tidak ada yang berani mengambil tokek dari batu itu. Meskipun tergiur dengan goadaan “bisa dijual dengan harga mahal”.

Iklan

Ada yang menyebut, jika nekat mengambil apalagi jika sampai membunuh tokek dari Watu Tekek, maka bisa jatuh sakit bahkan sampai meninggal.

“Watu Tekek sudah ada sejak saya kecil. Di depan Watu Tekek dulu ada batu agak ceper. Nah, biasanya orang-orang meletakkan sesaji di situ, biar nggak diganggu. Sekarang sudah nggak ada. Tokeknya juga sudah nggak ada,” ungkapnya.

Hantu egrang yang suka menghadang orang lewat

Beredar cerita pula bahwa tokek-tokek di Watu Tekek itu kalau malam hari bisa berubah wujud menjadi tokek raksasa.

Namun, kata Mbah Syuhada, cerita yang cukup populer dari Watu Tekek adalah tentang hantu egrang.

“Kakinya panjang. Jadi sebutannya hantu egrang,” jelas Mbah Syuhada.

Menurut Mbah Syuhada, ada sepupunya yang dulu pernah berpapasan dengan hantu egrang.

Sebenarnya, zaman dulu, keluar-masuk desa di atas jam 8 malam adalah sesuatu yang sebaiknya dihindari. Karena masyarakat desa percaya, jam 8 malam ke atas adalah jam di mana demit-demit Desa Manggar akan berkeliaran menampakkan diri.

Akan tetapi, saat itu ada keperluan yang memaksa sepupu Mbah Syuhada harus ke dusun sebelah dan harus melewati Watu Tekek.

Konon, sepupu Mbah Syuhada itu dihadang oleh sosok hantu egrang. Sontak saja sepupu Mbah Syuhada panas dingin hingga pingsan di tempat. Sebelum akhirnya beberapa warga yang melintas menemukannya.

“Sampai pertengahan tahun 2000-an, seingat saya tokek-tokek itu masih ada. Tapi setelahnya kok hilang. Entah bagaimana mulanya. Semakin ke sini orang-orang juga sudah mulai tak takut lagi lewat situ,” ungkap Mbah Syuhada.

Batu gong yang bergema mistis tiap tengah malam

Batu angker legendaris di Desa Manggar berikutnya ada di ujung paling utara desa. Letaknya berada di tengah perkebunan warga yang berbatasan dengan desa di lereng Bukit Rakitan.

Masih mengutip dari cerita Mbah Syuhada, batu gong konon dulu sering berbunyi tiap tengah malam. Suaranya terdengar cukup jelas di dusun-dusun bagian utara Desa Manggar.

“Dulu rumah saya kan di daerah utara desa. Sebelum pindah ke ujung selatan sini. Jadi semasa kecil sering mendengar,” akunya.

“Bagi anak-anak ya takut. Tapi bagi orang-orang tua pada masa itu sebenarnya sudah biasa,” imbuhnya.

Mbah Syuhada mengaku belum pernah melihat bentuk asli dari batu gong tersebut. Karena dulu para  orang tua melarang anak-anak kecil mendekat ke perkebunan tempat batu gong itu berada.

Hanya saja, dari cerita yang ia dengar, bentuk batu gong sebenarnya hanya berupa bongkahan batu biasa. Cuma, bunyinya saja yang terdengar seperti bunyi gong, salah satu alat musik dalam gamelan Jawa.

“Terakhir terdengar pada 80-an. Lupa persisnya. Yang jelas, waktu anak-anak (saya) lahir di tahun 80-an itu, batu gong sudah nggak terdengar lagi,” katanya.

Mbah Syuhada juga mengaku tak tahu-menahu apa yang menyebabkan batu gong kemudian berhenti berbunyi lagi. 

Batunya pun sekarang katanya sudah tidak ada lagi. Tinggal bekas tempat batunya berada saja yang tersisa.

Baca halaman selanjutnya…

Ringin Ngelo: Segala jenis demit tinggal di sini

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 9 Oktober 2023 oleh

Tags: angkerdesa manggarMistisrembang
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Gaji Rp2 jutaan pekerja pabrik Rembang ludes di awal bulan demi sewa LC, judi slot, hingga modif motor MOJOK.CO
Ragam

Gaji Cuma Rp2 Juta Ludes di Awal Bulan demi Sewa LC, Judi Slot, dan Modif Motor. Biarkan Orang Tua Merana

10 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO
Catatan

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
LKSA Darul Hadlonah Rembang tak butuh slogan "Kebersihan sebagian dari iman" atau "Jagalah kebersihan" MOJOK.CO
Ragam

Darul Hadlonah Rembang, Tempat yang Selalu Bersih Tanpa Peringatan “Jagalah Kebersihan”

21 November 2025
LKSA (panti asuhan) Darul Hadlonah Rembang beri bekal keterampilan hidup bagi anak-anak bermasalah sosial MOJOK.CO
Ragam

Darul Hadlonah Rembang: Beri Bekal Keterampilan ke Anak-anak Bermasalah Sosial untuk Arungi Kehidupan

20 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Event seni budaya jadi daya tarik lain wisata ke Kota Semarang selama libur Nataru MOJOK.CO

Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya

26 Desember 2025
Warteg Singapura vs Indonesia: Perbedaan Kualitas Langit-Bumi MOJOK.CO

Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi

22 Desember 2025
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025
Olahraga panahan di MLARC Kudus. MOJOK.CO

Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan

23 Desember 2025
Sarjana nganggur digosipin saudara. MOJOK.CO

Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

22 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.