Investasi arloji antik tak pernah mati. Semakin tua umur arloji maka akan semakin menarik karena nilainya semakin tinggi. Sebagai barang investasi, bisnis arloji antik kini mulai dilirik banyak orang tak terkecuali anak muda.
***
Husen Kusuma Wijaya (34), datang menenteng dua koper ke sebuah warung kopi di Pasar Seni Gabusan, Bantul, tempat kami membuat janji bertemu, Rabu (5/1) malam. Dia letakkan dua kopernya di meja tempat kami duduk. Ketika Husen membuka kedua kopernya, ada puluhan arloji bernilai jutaan di dalamnya.
“Yang paling mahal ini, cuma Rp30 juta harganya,” kata Husen menunjuk salah satu koleksinya, sebuah arloji merek Omega seri Speedmaster Michael Schumacher tahun 2001.
Di kalangan para pemain arloji antik Jogja, Husen dikenal sebagai pelelang arloji ulung. Dalam sebulan, ratusan arloji dapat dia jual melalui forum lelang yang diadakan melalui Facebook, mulai dari yang harganya jutaan, puluhan juta, bahkan terkadang sampai ratusan juta. Wajar, ketika memperkenalkan koleksi arlojinya yang seharga Rp30 juta, Husen menggunakan kata ‘cuma’.
Perkenalan Husen dengan arloji terjadi sejak tahun 2007, meski baru benar-benar mendalami dunia bisnis ini pada 2012 silam. Sang kakak, yang lebih dulu bermain di dunia arloji, mengantarkannya untuk mulai mengenali berbagai macam jam tangan. Dari koleksi-koleksi kakaknyalah Husen mulai terseret masuk ke dunia arloji, meski saat itu belum ada niatan untuk ikut menggeluti bisnis ini.
“Sampai akhirnya karena tuntutan ekonomi, enggak punya duit, iseng main arloji, mulai bisnis ya sudah jalan,” lanjut pria asal Imogiri itu.
Dengan modal terbatas, awalnya Husen mengoleksi dan menjual jam-jam kualitas KW. Sekitar setahun menjual jam-jam KW, barulah dia mulai terjun ke bisnis jam-jam original. Husen mulai menyadari bahwa arloji merupakan komoditas investasi yang cukup menjanjikan hingga akhirnya dia menceburkan dirinya ke dunia tersebut.
Alasan terkuat dia terjun ke investasi arloji karena harga arloji tak pernah turun. Semakin tua, nilainya justru akan semakin tinggi, terlebih ketika arloji tersebut memiliki nilai historis yang tinggi seperti pernah dipakai oleh tokoh ternama. Bahkan di tengah pandemi, harga arloji justru naik gila-gilaan.
Setahun yang lalu, Tag Heuer yang sedang dia kenakan masih dia beli dengan harga Rp.5 juta. “Sekarang harganya sudah di angka Rp13 juta, itu paling murah,” ujarnya.
Memang, ada beberapa catatan sebuah jam tangan bisa jadi alat investasi atau tidak. Dua faktor utama yang paling menentukan adalah faktor kelangkaan dan merek. Semakin langka dan banyak yang mencari, maka semakin potensial untuk dijadikan alat investasi.
“Kalau brand, yang paling banyak diburu sekarang memang Omega dan Rolex, dari penjualan juga dua brand itu yang paling gampang menjualnya,” kata Husen Kusuma Wijaya.
Tak harus bermodal besar
Zidni Huda baru berusia 25 tahun. Dia juga beru memulai bisnis dan investasi arloji sejak 2019 silam. Tapi jangan tanya koleksi arloji yang dia miliki.
“Sekarang di rumah ada belasan ribu arloji,” jawab pemuda Kotagede itu.
Perkenalannya dengan arloji memang sudah lama. Kakeknya adalah penggemar arloji, sehingga sejak kecil Zidni sebenarnya sudah akrab dengan berbagai jenis arloji. Namun dia tak pernah menyadari bahwa arloji merupakan salah satu komoditas investasi yang menjanjikan. Dia hanya suka, namun belum paham mana arloji yang bagus dan mana yang tidak.
Akhir 2018, dia iseng membeli sebuah arloji dari sebuah toko barang-barang antik di Jogja. Itu adalah arloji pertama yang dia beli dengan uangnya sendiri.
“Jam Seiko tahun 80-an, saya beli harga Rp150 ribu. Niatnya buat koleksi, karena saya emang suka barang-barang vintage,” ujarnya.
Berselang seminggu, Zidni iseng menawarkan arlojinya di media sosial. Memasang harga Rp250 ribu, ternyata tak butuh waktu lama untuk mendapatkan pembeli. Dari situlah Zidni menyadari bahwa jam-jam antik seperti yang banyak dimiliki kakeknya dulu punya nilai investasi yang menjanjikan. Dan sejak 2019, Zidni memilih untuk total menggeluti dunia bisnis ini.
Koleksi jam tangannya bervariasi, mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta. Terakhir, dia menjual Rolex vintage seharga Rp80 juta.
“Kalau baru mulai bisa kok modal ratusan ribu. Saya modal pertama cuma Rp150 ribu, yang penting mau dulu pasti ada jalan,” kata Zidni.
Satria Effendi, 30 tahun, juga baru sekitar dua tahun ini berkecimpung di dunia bisnis dan investasi arloji. Sebelumnya, dia lebih fokus pada bisnis aksesoris berbagai jenis batu. Di dekat tempatnya mencari aksesoris batu di pusat Kota Jogja, ternyata terdapat sebuah toko arloji antik. Setiap hari Satria melihat berbagai jenis jam antik di toko tersebut. Witing tresno jalaran soko kulino. Perlahan, Satria mulai jatuh cinta.
“Saya lihat kok lama-lama bagus, saya iseng beli buat saya pakai,” kata Satria.
Arloji pertama dia beli pada akhir 2019. Sebuah arloji merek Seiko tahun 70-an dengan harga Rp400 ribu. Beberapa bulan dipakai, Satria mulai bosan. Iseng, dia tawarkan jam tangan pertamanya ke media sosial dan ternyata ada yang mau membelinya dengan harga Rp600 ribu.
“Dari situlah saya sadar, ternyata arloji lebih menjanjikan daripada batu,” ujarnya.
Sadar akan pengetahuannya tentang arloji yang terbatas, Satria bergabung dengan Arloji Jogja, sebuah komunitas para pemain arloji di Jogja. Dari sanalah Satria banyak belajar bagaimana strategi investasi arloji yang baik, arloji seperti apa yang potensial untuk dijadikan barang investasi, dan sebagainya.
Sekitar dua tahun berjalan, usahanya terus berkembang, koleksinya juga terus bertambah hampir 300 buah. Dia lebih banyak menyasar pasar menengah ke bawah, dengan harga arloji mulai dari ratusan ribu sampai paling tinggi Rp10 juta.
“Menyesuaikan modal saja, jadi kalau mau main di arloji bukan berarti harus punya modal puluhan atau ratusan juta. Saya malah lebih banyak bermain di harga ratusan ribu, yang penting telaten,” kata pemuda Kulon Progo itu.
Investasi arloji antik tak pernah mati
Dunia arloji vintage atau antik bisa dibilang enggak ada matinya. Semakin tua umurnya, nilainya justru akan semakin tinggi karena semakin dicari. Itu mengapa arloji antik jauh lebih menjanjikan untuk dijadikan komoditas investasi dibandingkan dengan arloji keluaran terbaru.
Kalau seseorang membeli arloji baru, dan dia ingin menjual lagi, kemungkinan besar harganya akan turun karena di pasaran masih banyak. Tapi jika seseorang membeli jam antik, terutama merek-merek tertentu dan masih dalam keadaan mulus, maka tinggal tunggu waktu saja harganya naik bahkan bisa berkali-kali lipat.
“Jadi tinggal beli, simpan atau kalau mau dipakai ya pakai, nanti kalau harga sudah naik tinggal dijual,” kata Irwan Kurniawan.
Di kalangan pemain arloji di Jogja, Irwan salah satu yang paling senior. Dia mulai terjun di dunia arloji sejak tahun 90-an. Selepas lulus SD dia langsung bekerja di sebuah pasar di Jakarta. Di tempat kerjanya, Irwan iseng membantu seorang tukang servis arloji antik bekas kapten kapal. Lama-lama Irwan makin mahir memperbaiki semua jenis jam tangan.
Tapi hobinya terhadap arloji terhenti ketika awal tahun 2000-an karena ia harus bekerja kantoran. Sampai akhirnya dia kembali terjun ke bisnis arloji sekitar tahun 2008, setelah dia menjual jam tangan Rolex-nya seharga Rp9 juta, padahal dia hanya membelinya dengan harga Rp2 juta.
“Jadi awalnya malah jadi tukang servis dulu, baru bisnis jam tangan,” lanjutnya.
Peningkatan nilai arloji memang relatif lebih cepat ketimbang barang investasi lainnya seperti emas atau saham. Dari segi keamanan, Irwan juga menilai investasi arloji jauh lebih aman dibandingkan barang investasi lainnya seperti bitcoin atau saham yang nilainya sangat fluktuatif dan sulit diprediksi.
Jumlah arloji antik juga tak mungkin bertambah, tak seperti tanaman hias yang ketika harganya sedang tinggi-tingginya kemudian banyak dibudidayakan dan setelah itu harganya anjlok karena stok sudah melimpah.
“Sebagai contoh antara tahun 2009 sampai 2012, Rolex itu banyak banget, sekarang jarang dan perbandingan harganya mungkin sudah 10 kali lipat. Sekarang sudah ampun-ampunan harganya,” ujarnya.
Bahkan selama pandemi, ketika ekonomi global mengalami kelesuan, harga jam tangan vintage justru makin mahal. Irwan tak tahu pasti apa penyebabnya, tapi yang pasti, selama pandemi semakin banyak penghobi jam vintage sehingga membuat harga semakin tinggi.
“Pandemi itu malah edan-edanan harganya, sekarang mungkin sudah dua kali lipat dibandingkan sebelum pandemi,” ujar Irwan Kurniawan.
Tiada investasi tanpa risiko
Meski investasi arloji vintage terdengar aman dan sangat menjanjikan, tapi yang namanya investasi pasti ada risiko. Irwan, dan para pemain arloji lain bukan berarti selalu untung. Kadang, mereka juga buntung.
“Rugi Rp50 juta juga pernah saya,” kata Irwan terkekeh.
Kerugian seperti itu paling sering disebabkan karena salah membeli barang. Baru melihat sekilas, langsung buru-buru membelinya tanpa melihat lebih detail dan teliti lagi. Setelah dibeli, ternyata ada kecacatan pada arloji tersebut, atau lebih apesnya lagi kalau dapat jam replika atau KW. Karena itu, sebelum membeli arloji untuk investasi, apalagi yang memiliki harga tinggi, harus benar-benar memastikan keaslian dan kondisi arloji tersebut.
“Usahakan beli ke seller yang memang udah kenal dan terpercaya, kalau paling aman ya beli langsung di dealer,” ujarnya.
Kemungkinan boncos lain bisa saja disebabkan karena termakan permainan pemodal-pemodal besar. Namanya investasi, pasti selalu ada yang memainkan cara-cara tak sehat.
Misalnya dengan menggoreng jam tangan merek dan tipe tertentu sehingga membuat harganya meroket tak masuk akal. Setelah banyak yang termakan, dan harga sedang tinggi-tingginya, ternyata jam tersebut sangat banyak sehingga seketika harganya anjlok.
“Harus curiga kalau ada jam yang harganya tiba-tiba naik tidak masuk akal, bahkan melebihi harga internasional, itu pasti gorengan, enggak usah ikut-ikutan,” lanjutnya.
Tak semua arloji juga bisa dijadikan barang investasi. Setidaknya menurut Irwan, ada tiga syarat utama sebuah arloji layak untuk investasi: pertama jam tangan dengan merek-merek yang populer dan semua orang tahu. Misalnya saat ini yang paling banyak diburu adalah Rolex dan Omega. Kedua, jam tangan tersebut harus original, dan terakhir adalah jam antik dengan kondisi yang masih mulus.
Supaya bisa memilih arloji yang tepat dan tak terjebak pada permainan para pemodal, Irwan sangat menganjurkan siapapun yang ingin terjun ke dunia arloji untuk berjejaring dengan para pemain yang lebih berpengalaman. Misalnya dengan masuk ke komunitas. Sebab, di dalam komunitas itulah biasanya para pemain arloji antik saling belajar dan berbagi informasi tentang dunia perarlojian.
“Tanpa berjejaring ya bisa hancur. Sebaliknya, kalau masuk komunitas, belajar bareng, telaten, bukan hanya jadi jutawan, jadi miliarder juga mungkin,” pungkas Irwan Kurniawan.
Reporter : Hermawan R.
Editor : Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA Ayam Cha Do Jo, Tercipta dari Koki Hotel Bintang 5 yang Kena PHK dan liputan menarik lainnya di Susul.