Stadion Bahrain, yakni Bahrain National Stadium, menyimpan memori memalukan bagi Timnas Indonesia, sekaligus menjadi bagian dari catatan kebobrokan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).
Setalah 12 tahun, Timnas Indonesia akan kembali menginjakkan kaki di rumput stadion itu. Apa yang terjadi selanjutnya adalah yang kini tengah ditunggu oleh publik tanah air: dengan gairah untuk menebus memori kelam masa silam, meski menantinya pun harus punuh debar.
***
Wajah-wajah putus asa tampak dari orang-orang yang berkumpul di balai desa. Tak ada energi untuk sekadar memaki. Hanya tersisa gumaman lirih saat papan skor menunjukkan angka 10-0. Hari itu, Rabu (29/2/2012), Timnas Indonesia dibantai Bahrain tanpa ampun.
Usai gelaran Piala AFF 2010, warga desa saya di Rembang, Jawa Tengah, memang mulai gemar nonton bareng setiap pertandingan Timnas Indonesia.
Di tahun-tahun tersebut, belum banyak warga yang memiliki televisi sendiri di rumahnya. Alhasil, nonton bareng di televisi balai desa menjadi solusi. Suasana desa pun jadi gayeng. Saya masih sangat ingat masa-masa itu.
Timnas Indonesia memang gagal juara di Piala AFF 2010. Bahkan gagal juara juga di gelaran SEA Games setahun setelahnya. Namun, banyak warga desa saya tetap optimis, bahwa Timnas Garuda sudah teramat dekat dengan gelar juara. Tinggal menunggu waktu. Pokok’e ditelateni olehe nonton.
Hingga akhirnya sengkarut di tubuh PSSI terjadi dan menimbulkan kekacauan fatal dan mecatatkan peristiwa memalukan di stadion markas Bahrain.
Era bobrok PSSI
Terlalu panjang untuk menulis era-era kebobrokan PSSI di masa silam. Secara singkat begini:
Mulanya adalah konflik internal PSSI yang melahirkan dualisme kepengurusan sekaligus dualisme kompetisi. Saat itu, PSSI di bawah pimpinan Djohar Arifin melalui PT. Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) membentuk Indonesia Premier League (IPL) sebagai kompetisi resmi pada musim 2011-2012.
Namun, sejumlah klub yang sebelumnya sudah bermain di Indonesia Super League (ISL) menolak bermain di kompetisi PT LPIS. Alasannya jelas: musim sebelumnya, PT LPIS gagal menjalankan roda kompetisi LPI. Dengan kata kain, PT LPIS dianggap tidak profesional dalam mengurus kompetisi.
Atas polemik tersebut, anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI saat itu, La Nyalla Mattalitti, memotori terbentuknya Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI). Di bawah KPSI inilah ISL tetap diperbolehkan bergulir.
Hanya saja, PSSI Djohar Arifin menegaskan kalau kompetisi resmi hanyalah IPL. Sementara status ISL adalah breakaway league. Singkat cerita, kondisi itu pun berimbas pada Timnas Indonesia.
Ingatan memalukan Timnas Indonesia di Bahrain National Stadium
Tanpa mengerdilkan para pemain dan staf pelatih saat itu, tapi Timnas Indonesia harus diakui bertandang ke Bahrain National Stadium dalam kondisi sangat pincang.
Dalam rentang 2011-2012, Timnas Indonesia sebenarnya menghadapi pertandingan penting: babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2014. Tergabung di Grup E bersama Iran, Bahrain, dan Qatar. Dari total enam pertandingan (home-away), enam-enamnya kalah. Kekalahan memalukan terjadi di laga terakhir saat melawat ke Bahrain.
Aji Santoso secara tiba-tiba ditunjuk menjadi pelatih, menggantikan Wim Rijsbergen yang dipecat lantaran lima kekalahan Skuad Garuda sebelumnya.
Sial bagi Aji. Sebab, selain waktu terbatas, memanasnya konflik PSSI dan KPSI di tahun 2012 membuatnya tidak punya banyak pilihan pemain. Dia hanya bisa memanggil pemain dari klub-klub kontestan IPL.
Padahal, kenyataannya, banyak pemain dari kompetisi itu yang masih minim jam terbang. Sedangkan para pemain terbaik seperti Kurnia Meiga, Boaz Solossa, Cristian Gonzales, Hamka Hamzah, bermain di ISL, sehingga tidak bisa membela Merah Putih.
Hasilnya seperti sudah saya singgung di awal tulisan (dan mungkin sudah banyak orang tahu), Timnas Indonesia dibantai 10-0 di Bahrain National Stadium. Hingga saat ini, kekalahan itu tercatat sebagai kekalahan paling besar sekaligus paling memalukan dalam sejarah panjang Skuad Merah Putih.
Jual-beli skor yang sempat menyeruak
Kekalahan telak Timnas Indonesia dari Bahrain itu sempat memicu kecurigaan dari AFC.
AFC merasa ada yang janggal dari hasil pertandingan tersebut. Sebab, dalam beberapa catatan pertemuan ke belakang, kekuatan Indonesia dengan Bahrain bisa dibilang berimbang.
Maka dari itu, AFC sempat melakukan pemeriksaan kepada sejumlah pemain dan staf Timnas Indonesia atas indikasi dugaan jual-beli skor. Namun, memang tak terbukti hingga saat ini.
“Sebagai pelatih kepala, tentu saya yang paling tahu soal tim. Saya sudah tegaskan tidak ada jual-beli skor,” tegas Aji Santoso tiap ditanya wartawan pada saat itu.
“Kekalahan kita murni karena kalah kualitas,” sambungnya.
Timnas Indonesia tak ingin balas dendam
Timnas Indonesia akan kembali bertandang ke Bahrain National Stadium, Kamis (10/10/2024) pukul 23.00 WIB, dalam lanjutan babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Saat jumpa pers Rabu (9/10/2024) waktu Bahrain, Shin Tae Yong selaku pelatih kepala Skuad Garuda menekankan tidak sedang ingin mengingat-ingat memori memalukan masa silam.
Dia juga tidak datang ke Bahrain dalam rangka balas dendam. Dia dan anak asuhnya hanya menjamin memberikan penampilan terbaik untuk menjaga asa lolos Piala Dunia 2026 bersama Skuad Garuda.
“Kami sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk pertandingan ini dengan sungguh-sungguh. Jadi saya berharap kita bisa menyajikan penampilan yang bagus di pertandingan nanti,” ujarnya dalam keterangan tertulis PSSI.
“Semua pemain di tim kita melakukan hal bagus sejauh ini. Tidak cuma pemain keturunan (yang berkontribusi). Semua pemain di tim memberikan yang terbaik,” imbuhnya.
Mengganti ingatan lama dengan ingatan baru
Di saat bersamaan, pemain belakang Timnas Indonesia, Calvin Verdonk bahkan menjanjikan permainan agresif.
“Kita memiliki tim yang bagus dengan kualitas memadai. Jadi itu adalah alasan kenapa kita tidak terkalahkan di dua pertandingan terakhir,”tegas Verdonk.
Timnas Indonesia sudah mengantongi dua poin dari dua laga awal babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Tim asuhan Shin Tae Yong menahan imbang Arab Saudi dengan skor 1-1 di Stadion King Abdullah dan bermain tanpa gol lawan Australia di Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Dua poin itu membuat Timnas Indonesia berada di posisi keempat klasemen sementara, persis di bawah Bahrain.
Artinya, asa untuk bicara lebih jauh di panggung dunia masih terbuka. Begitu juga asa untuk mengganti ingatan lama dengan ingatan yang baru.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.