Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Histori

Ketika Sunan Ampel Ikut Sabung Ayam hingga Membangun Masjid Peneleh Surabaya

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
14 November 2024
A A
Masjid Jami Peneleh Surabaya yang didirikan oleh Sunan Ampel. MOJOK.CO

ilustrasi - masjid Jami Peneleh Surabaya yang didirikan oleh Sunan Ampel. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Di Kampung Peneleh, Surabaya terdapat sebuah bangunan masjid tua yang diperkirakan sudah berusia lebih dari enam abad atau 600 tahun. Ialah Masjid Jami Peneleh Surabaya. Masyarakat mempercayai masjid itu didirikan oleh Sunan Ampel pada 1421 H saat dia singgah di sana.

***

Saya mengunjungi Masjid Jami pada 2022 lalu. Letaknya cukup unik karena berada di tengah-tengah pemukiman dan berada di pusat kota Surabaya, tepatnya di Jalan Peneleh Gang V.

Saya datang ke lokasi mendekati waktu zuhur. Hanya ada satu orang tua yang duduk di saf pertama perempuan, sambil melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Sementara, saf laki-laki masih kosong. 

Sambil menunggu waktu azan, saya melihat-lihat isi bangunan. Tak lama kemudian datang seorang laki-laki yang hendak bersiap azan. Rupanya, dia adalah Takmir Masjid Jami Peneleh, Muhammad Sufyan. 

Usai salat zuhur, saya menyapa Sufyan dan bertanya seputar Masjid Jami Peneleh. Dengan senang hati, Sufyan mau menceritakannya.

Awal mula Sunan Ampel mendirikan Masjid Jami Peneleh Surabaya

Berdasarkan cerita Sufyan, masyarakat percaya jika masjid tersebut didirikan oleh Raden Rachmat atau Sunan Ampel. Letaknya yang berada di dalam kampung, merupakan ciri khas bangunan dari Wali Songo.

“Meskipun nggak ada bukti otentik, tapi para sesepuh cerita kalau masjid yang dibangun oleh para wali ya modelnya seperti ini, yakni masjid besar di dalam kampung, bukan di pinggir jalan atau jalan besar,” kata Sufyan saat ditemui di Masjid Jami Peneleh pada Kamis, 20 Oktober 2022.

jemaah yang sedang berdoa di Masjid Jami Peneleh Surabaya. MOJOK.CO
jemaah yang sedang berdoa di Masjid Jami Peneleh Surabaya. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Mulanya, Sunan Ampel diberi hadiah oleh Raja Majapahit berupa tanah di daerah perdikan atau kawasan Ampel Denta. Dia pun begegas datang ke Surabaya. Alih-alih melintasi jalur darat, Sunan Ampel memilih jalur sungai dengan menaiki perahu.

Dalam perjalanan tersebut, Sunan Ampel singgah di Kampung Peneleh. Di sana, dia mencoba berbaur dengan masyarakat kampung yang masih menganut hinduisme, animisme, dan dinamisme. Salah satu caranya dengan mengikuti permainan sabung ayam. 

Hebatnya, saat perlombaan sabung, ayam milik Sunan Ampel tak pernah kalah. Warga yang mulai tertarik akhirnya sering mengajak ngobrol Sunan Ampel. Saat itulah, secara tidak langsung Sunan Ampel memasukkan topik-topik Islam dalam diskusinya.

“Wali Songo dalam menyebarkan syiar agama islam itu semrawuh (terbuka) dalam masyarakat. Dia beradaptasi di situ dan memasukkan nilai-nilai keagamaan,” ujar Sufyan.

Pembicaraan itupun diterima dengan baik, hingga warga yang berkumpul semakin banyak. Alhasil, Sunan Ampel mendirikan Masjid Jami Peneleh Surabaya untuk beribadah sekaligus berdiskusi.

Arsitektur Masjid Jami Peneleh yang Unik

Saya memasuki ruang tengah Masjid Jami Peneleh seluas 999 meter persegi. Ruangan yang menyerupai joglo itu menjadi ruang utama shalat untuk jemaah.

Iklan

Ornamen dan arsitektur bangunannya terkesan lawas. Terdapat sepuluh tiang kayu jati yang menyangga sisi bangunan. Berdasarkan literatur, tiang itu disebut sebagai Soko Guru atau penyangga utama. Soko Guru melambangkan malaikat Allah yang berjumlah sepuluh.

Di sekeliling langit-langit masjid, terdapat ukiran Arab bertuliskan nama para sahabat Nabi Muhammad yang ikut berjuang menegakkan ajaran Islam. Mereka adalah Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Saya seolah diingatkan untuk selalu berjuang dan mengingat perjuangan para sahabat.

Bangunan dalam Masjid Peneleh Surabaya yang didirikan Sunan Ampel. MOJOK.CO
Bangunan dalam Masjid Peneleh Surabaya. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Sementara itu, di setiap ventilasi kaca terdapat juga ukiran nama 25 nabi. Nama tersebut seolah mengelilingi dan menjaga bangunan masjid dari marabahaya. Lalu di sebelah utara, terdapat lima daun jendela besar bergaya klasik yang menyinari bagian dalam masjid.

Menyimpan barang-barang kuno

Langkah saya terhenti di area pintu masuk masjid, saat melihat kotak besi yang bergembok. Atasnya dibuat transparan dengan kaca, sehingga saya tahu ada bencet atau jam matahari di sana. 

“Jam itu untuk menentukan waktu sholat. Kalau kena matahari baru bisa dipakai, lihatnya dari arah bayangan atau arah condong matahari,” kata Sufyan menjawab rasa penasaran saya. 

Saya kemudian bertanya tentang sumur berdiameter sekitar 50 centimeter yang kini sudah ditutup dengan keramik. Sufyan mengatakan sumur itu merupakan peninggalan Sunan Ampel.

Dulu warga menggunakan sumur itu untuk mengambil air wudhu. Sebagian warga percaya sumur itu terhubung dengan sumur di Masjid Sunan Ampel yang berjarak sekitar lima kilometer. 

Sebagai informasi, sebagian warga Surabaya percaya jika sumur di masjid Sunan Ampel terhubung dengan sumur zam-zam di Mekkah. Otomatis, sumur di Masjid Jami Peneleh juga terkena isu tersebut. 

“Orang-orang sampai percaya kalau air di sumur ini bisa menyembuhkan penyakit,” kata Sufyan.

Akhirnya, sumur di Masjid Jami Peneleh Surabaya ditutup untuk menghindari informasi yang masih omon-omon itu. Para pengurus masjid takut jika sumur itu dikultuskan sampai merusak aqidah.

Sumur sebagai tempat menyimpan senjata

Sumur yang sudah ditutup di Masjid Peneleh Surabaya. MOJOK.CO
Sumur yang sudah ditutup di Masjid Peneleh Surabaya. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Selain karena takut dikultuskan, Sufyan mengungkap kandungan air di dalam sumur sudah tidak sehat lagi, sebab sudah terkontaminasi dengan logam berat. 

Konon, sumur itu dijadikan sebagai tempat penyimpanan senjata oleh Laskar Hizbullah dan penjajah semasa perang kemerdekaan. Semasa kecil, Sufyan pernah melihat senjata itu secara langsung.

“Dulu sama sesepuh saya dilihatkan, bahkan diambilkan senjatanya karena airnya nggak sampai dua meter, biisa dipanjat. Dari lantai dasar sumur saja sebenarnya sudah kelihatan,” ucapnya.

Peneliti memang belum mengecek kondisi kandungan air di dalam sumur tersebut. Namun, para sesepuh berpikir jika senjata besi itu mengalami korosi selama bertahun-tahun, maka airnya bisa membahayakan warga sekitar untuk wudhu.

Bedug Masjid Jami Peneleh Surabaya menemukan tambatannya

Langkah saya berlanjut ke tangga serambi Masjid Jami Peneleh Surabaya. Saya melihat ada bedug kecil dengan ukuran diameter satu meter dengan panjang dua meter. 

Sufyan bercerita perjalanan bedug itu cukup panjang untuk menemui tambatan hatinya. Mulanya, ia hanyut di sekitaran Kali Mas, tak jauh dari depan gang Masjid. Warga kemudian memungutnya.

Tak lama kemudian, salah satu warga di kawasan Ampel meminta bedug itu untuk dikirimkan ke Masjid Ampel. Setelah dikirim, warga mencoba untuk membunyikannya. Rupanya, suara yang keluar tidak sempurna. 

bedug di serambi masjid. MOJOK.CO
Bedug di serambi masjid. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Tak lama kemudian, bedug itu dipindahkan lagi ke Masjid Kemayoran Jakarta. Rupanya sama saja, suara yang dihasilkanpun tidak terdengar nyaring. Ibarat asam di gunung, garam di laut lalu bertemu dalam belanga. Rupanya, bedug tersebut hanya berbunyi keras di Masjid Jami Peneleh.

Dilirik sebagai cagar budaya

Setelah menjelaskan isi masjid, kami duduk santai di depan serambi. Di sana, saya menyinggung soal piagam penghargaan yang terpajang di tempat saf perempuan. 

Piagam yang berada di dalam bingkai itu berisi penghargaan untuk Masjid Jami Peneleh sebagai Masjid Cagar Budaya atau Bersejarah di Kota Surabaya. Tertera juga tanda tangan dari Ketua Umum Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla pada Jumat (6/3/2020).

Namun, Sufyan justru sangsi dengan adanya piagam tersebut. Status cagar budaya tak memberikan dampak banyak bagi masjid maupun warga sekitar.

“Kalau namanya cagar budaya, kan seharusnya pemerintah menjaga segala keperluan dan kebutuhan dipenuhi, kan gitu? Padahal di sini nggak, kami rawat masjid ini hanya dari swadaya masyarakat,” ucap Sufyan. 

Masjid Jami terhitung sudah mengalami dua kali renovasi, yakni di tahun 1970-an dan 1986. Berdasarkan cerita kyai sepuh yang diturunkan ke Sufyan, serambi tersebut digunakan untuk menampung jemaah yang membludak. Apalagi ketika hari Jumat.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Menyelamatkan Keindahan Masjid Sheikh Zayed Solo dari “Ulah Ngawur” Oknum Pengunjung

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 14 November 2024 oleh

Tags: kampung sejarah penelehmasjid di surabayamasjid peneleh surabayasejarah masjid peneleh
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Bagi Takjil di Surabaya Ajang Unjuk Keserakahan MOJOK.CO
Ragam

Jalanan Surabaya Penuh Orang-Orang Serakah, Tak Ada Kata Ngalah untuk Orang-Orang Miskin dan Lemah

20 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
borobudur.MOJOK.CO

Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur

15 Desember 2025
bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.