Kasir Indomaret dan Alfamart adalah pekerjaan yang banyak dicari anak muda. Gerai Indomaret dan Alfamart tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Dua jenama waralaba minimarket ini menduduki urutan teratas retail dengan cabang terbanyak.
Tahun 2021, Indomaret tercatat punya 19.113 gerai, sedangkan Alfamart punya 16.060 gerai. Dengan jumlah sebanyak itu, keduanya menyerap lebih dari seratus ribu pekerja. Paling banyak tentu ada di gerai sebagai pramuniaga dan kasir.
Menjadi pramuniaga dan kasir dua jenama ini tentu butuh persiapan. Tak sekadar cakap dalam melaksanakan tugas, tetapi juga harus punya kekuatan mental. Kami menyajikan panduan menjadi kasir Indomaret dan Alfamart dari orang-orang yang masih bekerja di tempat tersebut maupun mantan tim rekrutmennya.
***
Minimarket adalah dunia yang penuh suara. Suara denting bel saat pelanggan membuka pintu, suara langkah sepatu yang mengitari rak demi rak barang, tit-tit-tit bunyi pemindai barang, sampai suara tayangan iklan yang disetel nonstop salah satu layar televisi di sudut ruangnya.
Bagi Keiko, bunyi-bunyian itu adalah bagian dari hidupnya sebagai penjaga minimarket. Tempat bak akuarium kaca ini, membuatnya terus hidup, menjadi manusia yang bertemu dengan banyak orang. Menuntutnya yang tak bisa bersosialisasi menjadi banyak berinteraksi.
Keiko adalah tokoh dalam novel Convenience Store Woman karya Sayaka Murata. Sejak di bangku kuliah hingga usianya beranjak semakin tua, Keiko masih terus bekerja di minimarket. Tempat ini telah menjelma jadi bagian tak terpisahkan dari dirinya. Di dunia nyata, minimarket adalah bagian dari hidup banyak orang. Baik pembeli maupun orang yang menggantungkan hidup di sana.
Siap mengikuti tes masuk
Seperti yang dirasakan Wina (19), perempuan ini merasa beruntung, tak lama setelah mengentaskan pendidikan SMA ia bisa langsung bekerja. Ia diterima bekerja di sebuah gerai Alfamart di Temanggung.
“Sebenernya dulu itu daftar nggak niat-niat banget, cuma pengen coba aja. Kebetulan banyak teman juga yang kerja di sana,” ucapnya saat dihubungi Mojok.
Setelah mendaftar, ia mendapat panggilan untuk interview secara daring. Kemudian menjalani beberapa tes tertulis. Menunggu panggilan kembali hingga akhirnya bisa mulai bekerja di minimarket dengan status pekerja kontrak.
“Kontrak setahun, kemudian nanti ditinjau lagi apakah bisa diperpanjang atau nggak,” terangnya.
Tak seperti Wina yang langsung bekerja selepas lulus SMA, Riko (23) dulu sempat mengenyam studi di perguruan tinggi. Namun, karena merasa tidak cocok dengan jurusan studi ditambah persoalan ekonomi, lelaki asal Lampung ini akhirnya pilih cabut dan mencari kerja. Indomaret jadi pilihannya.
“Saya mulai kerja sekitar bulan September 2019. Sampai sekarang, ya syukur cukup betah,” ujarnya.
Mental kuat dan siap kejar target
Bekerja di garda depan industri retail, sekilas tampak sederhana, menjalankan rutinitas dan prosedur yang sudah disusun sejak awal. Namun, bagi mereka, itu bukan perkara mudah. Dua sosok ini berbagi hal yang perlu dipersiapkan jika hendak menjadi pramuniaga atau kasir di Indomaret dan Alfamart.
Buat Wina, hal yang perlu dipersiapkan adalah mental yang kuat. Perempuan yang sebelumnya tak punya pengalaman bekerja karena baru lulus SMA ini mengaku perlu penyesuaian untuk menghadapi beragam tantangan.
“Mental itu penting, harus kuat. Selain ketemu dengan macam-macam pelanggan juga harus kejar target,” jelas Wina.
“Misalnya promo mingguan. Masnya kalau belanja pasti ditawarin kan? Itu memang karena kita ada targetnya. Misal satu hari harus jual 100 pcs, satu shift jadinya 50 pcs. Selain itu pulsa juga harus menawarkan,” terusnya.
Saya terbayang ujaran yang biasa saya terima ketika membayar belanjaan di kasir Indomaret dan Alfamart, “pulsanya sekalian, Kak?”
Setiap gerai memiliki target yang beragam. Target ditetapkan sesuai tingkat keramaian dan rata-rata angka penjualan di masing-masing gerai. Tempat Wina bekerja tergolong tidak terlalu ramai sehingga targetnya tak terlalu berat. Tingkat keramaian juga berpengaruh pada jumlah kru yang dipekerjakan.
Di tempat Wina misalnya, hanya ada lima kru yang dibagi ke dalam dua shift setiap harinya. Kru itu bertanggung jawab atas semua hal yang ada di toko. Mulai dari kebersihan, penataan barang, hingga pekerjaan berat mengangkat kardus-kardus barang yang baru dikirimkan truk kontainer.
“Dulu pas tempat saya banyak ceweknya, ya kami harus angkat-angkat juga. Sekarang, porsi cowoknya ditambah. Jadi bisa dibagi dengan mereka. Yang cewek lebih ringan,” curhatnya.
Agak berbeda, Riko bekerja di Indomaret yang tergolong besar dengan angka penjualan tinggi di kotanya. Ada beberapa kategori Indomaret, mulai dari Indomaret biasa, Indomaret Fresh, hingga Indomaret Point.
“Di tempat saya total krunya 12 orang. Termasuk delivery man, karena Indomaret ini tergolong besar menerima pemesanan online juga,” katanya.
Siap bertemu konsumen dengan berbagai karakter
Bekerja di minimarket dengan sirkulasi pembeli tinggi tentu membawa tantangan tersendiri. Selain kudu berhadapan dengan lebih banyak orang, juga mengantisipasi potensi keculasan pengunjung yang mengutil barang.
“Semua pekerjaan retail menurut saya punya permasalahan yang sama. Titik beratnya ngurus barang dan juga berhadapan dengan konsumen yang tidak selalu ramah dan kooperatif,” paparnya.
“Tentang barang itu yang ekstra banget. Ada yang namanya stock opname (SO) untuk menghitung ulang stok barang itu ada berapa. Mengantisipasi barang hilang yang tidak tercatat,” lanjutnya.
Jika ada barang yang hilang, para kru di gerai yang bertanggungjawab menggantinya. Inilah alasan mengapa bekerja di gerai besar membawa banyak tantangan. Potensi barang hilang lebih tinggi.
Bekerja di tim yang solid dan saling mendukung, menurut Riko, bisa mengurai beban berat yang ada di pundaknya. Ketika ada barang hilang, mereka kompak saling bantu mencari solusi. Mengecek ulang perhitungan nota sampai membagi rata tanggungan jika barang itu memang hilang.
“Tim yang solid ini bikin betah,” tegasnya singkat.
Bekerja sebagai pramuniaga maupun kasir di Indomaret atau Alfamart memang belakangan banyak dicari. Peluang terbuka besar seiring terus bertambahnya gerai-gerai dua jenama waralaba minimarket ini.
Bekerja di retail, meski dengan sejumlah tantangan, menjamin pendapatan sesuai Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), pegawai juga mendapat beberapa tunjangan dan juga asuransi. Inilah yang membuat pekerjaan ini dicari.
“Gaji sesuai UMR. Terus dapat BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan. Selain itu ada uang makan juga sih, tiap bulan dijatah,” kata Wina.
Siap dengan ‘teman-teman libur, kamu masuk’
Mojok juga menghubungi Feri (40) yang pernah bekerja sebagai tim rekrutmen Alfamart di salah satu cabang di pulau Jawa. Saat masih bekerja di sana, ia sering berkeliling ke beberapa kota untuk melakukan walk in interview atau yang menurutnya di Alfamart disebut Lamaran Datang Langsung (LDL).
“Ada daerah di branch tempatku yang kalau LDL itu pendaftarnya sampai 100-200 orang,” ujarnya.
Menurutnya, pendaftar yang kebanyakan anak muda lulusan SMA/SMK ini tertarik karena gaji yang sesuai upah minimum daerah dan adanya asuransi. Selain itu, aspek yang menguntungkan juga didapat dari sisi pengembangan diri.
“Ya kalau di retail besar kan ada program pengembangan diri, training, dan segala macam. Beda sama kalau kerja di toko kelontong kecil gitu misal yang tidak ada peningkatan kompetensi,” jelasnya.
Tapi ia mengakui juga kalau bekerja di sektor retail itu tergolong berat. Tanggung jawab besar dan sistem libur yang tak mengenal akhir pekan atau tanggal merah. Dua narasumber Mojok sebelumnya juga berujar kalau sistem kerja mereka yakni lima hari kerja satu hari libur.
“Jadi ya kalau Lebaran aja buka kan. Begitulah, karena liburnya beda. Timeline-nya beda sama yang lain. Itu jadi salah satu tantangannya,” ujarnya.
Selain itu tantangan tentu saja tanggung jawab untuk menjaga barang di gerai. Feri berujar bahwa banyak alasan karyawan mengundurkan diri karena keberatan dengan nota barang hilang (nbh) yang harus mereka ditanggung.
“Suatu hari, pas aku ikut atasanku, dia bilang ke para calon karyawan ‘kalau kerja itu harus siap, jadi tentara itu siap perang, risikonya bisa meninggal. Kalau di retail ya risikonya teman-teman libur kamu masuk’,” pungkasnya.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono