Gus Iqdam saat ini tengah menjadi idola baru di kalangan anak-anak muda. Kesediaannya merangkul “orang-orang bermasalah” membuatnya begitu dikagumi hingga memiliki ribuan jemaah dari beragam latar belakang. Dari pengajian-pengajian Gus Iqdam, banyak di antara jemaah yang akhirnya menemukan jalan tobatnya masing-masing
***
Tidak dimungkiri, dalam tiga tahun terakhir ceramah-ceramah KH. Bahauddin Nursalim (Gus Baha) yang tersebar di YouTube dan platform media sosial lain sangat sering didengar oleh banyak warganet. Gus Baha pun menjadi sosok yang begitu digandrungi.
Alhasil, berdasarkan data dari Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) pada 2022, NU menobatkan Gus Baha sebagai dai NU paling populer di media sosial. Unggul—dalam konteks kepopuleran tentunya—dari dua gurunya, Prof. Quraish Shihab dan KH. Mustofa Bisri (Gus Mus).
Alasan umum kenapa ceramah-ceramah Gus Baha sangat digandrungi adalah karena memberi optimisme pada masyarakat awam atas rahmat Ilahi. Gus Baha menghadirkan Islam yang lebih “membumi”, Islam yang menawarkan kemudahan-kemudahan, Islam yang tak mengukur kualitas taat hanya pada itensitas ibadah formal saja, dan singkat kata, Islam yang terasa sangat dekat dan mengayomi wong-wong cilik.
Segmen dakwah mirip Gus Baha dan Gus Miftah
Orbitnya nama Gus Baha ke peta dakwah nasional lantas membuat banyak umat Islam, terutama kalangan awam seperti saya, merasa lega karena merasa memiliki pembela. Merasa dihantarkan untuk benar-benar sangat dekat dengan Allah Swt tanpa prosedur-prosedur yang menyulitkan.
Mengiringi era Gus Baha, baru-baru ini turut orbit seorang mubaligh muda NU dengan segmentasi dakwah yang mirip Gus Baha, namun versi lebih rebel sedikit. Para jemaah memanggilnya Gus Iqdam. Kemunculan Gus Iqdam membuat umat Islam, terutama kalangan awam dan marjinal, bertambah-tambah rasa ayemnya.
Sementara menurut, Farisi (23), seorang kawan asal Yogyakarta yang belakangan mengikuti pengajian-pengajian Gus Iqdam di YouTube menyebut, Gus Iqdam adalah Gus Miftah dalam versi lite.
“Wonge nyenengke (orangnya menyenangkan). Nggak heran kalau banyak kalangan yang akhirnya nyaman sama beliau. Nggak menyalah-nyalahkan juga,” ungkapnya saat kami ngobrol lewat telepon.
Meski hanya menyimak lewat YouTube, namun Farisi mengaku merasa ayem (tenang). Ia sendiri mengatakan sebenarnya tak terlalu suka menyimak pengajian yang menurutnya isinya cenderung menakut-nakuti.
Farisi baru mulai nyaman mendengarkan pengajian setelah munculnya nama Gus Baha. Lalu kini muncul Gus Iqdam yang ia jadikan sebagai idola sekaligus panutan baru.
“Gus Baha dan Gus Iqdam itu sama lah. Ngasih semacam angin segar, kalau surga itu ya untuk orang-orang kayak kita juga,” imbuhnya.
Masyhur di Karesidenan Kediri dan Madiun
Usut punya usut, Gus yang bernama asli Muhammad Iqdam Kholid tersebut merupakan salah satu dzuriyah dari keluarga besar pendiri Pondok Pesantren Mambaul Hikam, Blitar, Jawa Timur.
Gus kelahiran 27 September 1994 itu disebut sudah mulai merintis Majelis Ta’lim Sabilu Taubah sejak 2018 silam.
Dalam beberapa kesempatan ngajinya, Gus Iqdam yang merupakan alumni di Pondok Pesantren Al Falah, Ploso, Kediri, Jawa Timur mengaku dulu hanya memiliki tujuh jamaah di Sabilu Taubah.
Namun, seiring testimoni yang tersebar dari mulut ke mulut, jamaah Gus Iqdam pun terus bertambah. Lalu seiring dengan sering viralnya potongan-potongan ceramah Gus Iqdam di media sosial, khsusunya TikTok, kini ribuan orang dari berbagai daerah di Karisedanan Kediri dan Madiun menghadiri Majelis Ta’lim Sabilu Taubah.
Bahkan semakin ke sini jemaah yang hadir tak hanya dari dua karesidenan tersebut, melainkan dari berbagai daerah di Jawa Timur. Malah dalam satu edisi ngaji rutinan di minggu lalu, ada juga seorang jemaah yang bela-belain hadir dari Kalimantan, menempuh perjalanan darat berhari-hari demi bisa bertemu-muka dengan sosok Gus Iqdam.
Gusnya para bajingan
Dalam beberapa kesempatan, Gus Iqdam tak segan mengakui bahwa memang jemaahnya berupa kelompok besar orang-orang dengan latar belakang hitam dan kelam, alias bajingan.
Ada maling, penjudi, pemabuk, preman, orang yang jiwanya tengah terguncang dan kelompok-kelompok marjinal lain. Entah yang sudah pensiun dan sudah taubat atau yang masih aktif.
Di samping ada pula jamaah dari kalangan orang-orang tua, orang awam maupun santri. Semuanya tumpah ruah, melebur dalam Majelis Sabilu Taubah.
“Bajingan-bajingan ini kalau nggak ada yang ngurus kan bahaya. Kalau nggak ada yang ngurus jadi perusak bangsa. Tapi kalau sudah diurus begini, insyaAllah jadi pembangun bangsa,” ujar Gus Iqdam suatu kali saat menjelaskan kenapa jemaah-jemaah ‘unik’ hadir di majelis miliknya.
Prinsip dakwah yang kurang lebih sama dengan yang Gus Baha pakai. Yakni mengambil dasar dari riwayat dakwah Nabi Isa; Innama ana tobibun udawi al mardlo. Sesungguhnya saya adalah dokter yang memang tugasnya menyembuhkan orang sakit. Yang namanya kiai itu tugasnya ya dandani (memperbaiki) orang-orang yang rusak. Bukan malah menjauhi dan terus-terusan menghakimi.
Menemukan pembela setelah dikutuk masuk neraka
Lewat kawan lama semasa nyantri di Lasem, Ainul (25), saya tersambung dengan Darmuji (27). Ainul dari Blora, sementara Darmuji dari Cepu. Keduanya tergabung dalam sebuah komunitas Fiz R di Blora, Jawa Tengah.
Ainul dan beberapa temannya anggota komunitas, termasuk Darmuji, baru saja mengikuti ngaji rutinan Gus Iqdam pada Selasa lalu. Ngaji on location untuk yang pertama kali setelah hanya bisa menyimak via YouTube di minggu-manggu lalu.
Darmuji sebenarnya pernah sangat kecewa dengan para kiai. Pemicunya dari pengalaman buruknya saat sowan ke seorang kiai yang dikenal “ma’rifat”; kiai itu bisa membaca masa lalu seseorang.
Niat awalnya ia ingin meminta nasihat bagaimana agar jalan hidupnya bisa lurus, tak semrawut, tak mabuk-mabukan, dan main perempuan. Sayangnya, alih-alih mendapat jawaban, sang kiai tersebut justru menolak Darmuji yang hendak menghadap.
“Kamu itu sudah ahli neraka! Katanya seperti itu. Tapi Gus Iqdam ini beda. Beliau ini nggak anti sama orang-orang yang katanya ahli neraka ini,” ungkap Darmuji.
Dapat obat setelah putus cinta karena dianggap miskin dan tak punya masa depan
Sementara Ainul akhirnya menemukan obat atas rasa kecewanya kepada Tuhan selama ini. Sejak lulus pesantren, Ainul justru sengaja menjauh dari urusan-urusan agama setelah berbagai persoalan hidup menghantam ia dan keluarganya. Terutama dalam hal ekonomi dan asmara.
Rasa sakit hatinya memuncak saat orang tua pacaranya memintanya untuk putus karena ia hanyalah anak orang miskin yang disebut tak punya masa depan cerah.
“Guyonan Gus Iqdam, nggak keren ah, masak hidup jadi kocar-kacir gara-gara asmara-asmaraan. Keren itu kalau diputus, langsung madhep (menghadap) Gusti Allah, rajin ibadah, sudah, langsung cerah hidup kita,” akunya.
Namun, lebih dari itu, Ainul yang saat ini bekerja sebagai sopir di sebuah pabrik, kini mengaku lebih santai dalam menghadapi kesulitan hidup. Tak sesumpek sebelum-sebelumnya, terutama terkait kondisi ekonomi.
Ia kini memegang teguh nasihat Gus Iqdam yang sering disampaikan saat ngaji. Intinya, asal berusaha mendekat ke Allah—yang kata Gus Iqdam salah satunya dengan suka ngaji—urusan akhirat saja dijamin aman, apalagi hanya perkara duniawi.
Gus Iqdam tak pernah melarang jemaah berhenti total dari maksiat
Di Sabilu Taubah sendiri para jemaah tak pernah merasa Gus Iqdam menghakimi mereka. Begitu juga oleh jemaah lain yang hidupnya cenderung lurus-lurus saja. Mereka justru merasa didem-dem (ditenangkan) bahwa mereka, meski berlatar belakang tak karu-karuan, punya hak yang sama atas belas kasih Allah Swt.
Gus Iqdam tak pernah secara gamblang dan tegas meminta agar mereka berhenti total dari kebajinganannya masing-masing. Gus Iqdam seolah memberi ruang agar mereka merenung sendiri, menemukan jawaban dan hidayah sendiri, lalu mengentaskan diri dari dunia gelap atas dasar kesadaran sendiri. Tanpa tekanan, tanpa ada yang menakut-nakuti.
Gus Iqdam selama ini melakukan dengan mencoba melatih dan membiasakan para jemaah untuk ngempet (menahan diri) agar tidak berbuat maksiat. Walaupun hanya satu malam saja.
“Ngaji di sini prinsipnya zero criminal. Tidak boleh ada tindak kriminal. Yang masih suka maling, khusus pas lagi ngaji di Sabilu Taubah jangan maling. Sepulang ngaji jangan mabuk, judi, atau mojok-mojok sama pacar. Minimal satu malam saja pas hadir di Sabilu Taubah. Syukur-syukur bisa berhenti total.” Kira-kira demikian alarm yang sering Gus Iqdam bunyikan dalam setiap momen ngaji rutinan di Sabilu Taubah atau pengajian umum di desa-desa.
Pembiasaan tersebut nyatanya sedikit demi sedikit oleh Ainul dan Darmuji rasakan efeknya. Meski belum lepas total, akan tetapi kini pelan-pelan mulai ada rasa malu tiap kali hendak mabuk-mabukan atau main perempuan.
“Masuk akalnya Gus Iqdam, beliau dawuh (bilang) kan, nyimak ngaji Gus Iqdam dan salawatan khas Sabilu Taubah itu rasanya sudah seneng dan sangat asyik. ‘Untuk bahagia ternyata gampang nggeh? Nggak perlu mengeluarkan duit buat maksiat. Ikut ngaji (Gus Iqdam) sudah bisa seneng kok’. Saya renungkan dawuh Guse itu ada benarnya juga,” ujar Ainul.
Ngaji rutin malam Selasa yang super gayeng
Ngaji-ngaji utuh Gus Iqdam bisa disimak di YouTube. Para jemaah online bisa menyimaknya melalui kanal YouTube resmi Gus Iqdam Official jika ingin mendapatkan video dengan suara jernih dan visual yang sedikit lebih jelas.
Kanal YouTube Gus Iqdam Official akan melakukan live streaming ngaji rutinan malam Selasa dan malam Jumat. Nah, ngaji rutinan malam Selasa ini lah yang paling gayeng dan jemaah Sabilu Taubah yang lebih akrab disebut “ST Nyell” menunggunya. Baik yang hadir langsung ke markas Sabilu Taubah di Ponpes Mambaul Hikam II, Karanggayam, Blitar, atau yang menyimak secara online.
Sebab, format ngaji di malam Selasa memang santai dan penuh guyonan. Jemaah bahkan bisa ngaji sambil ngerokok dan ngopi. Apalagi Sabilu Taubah menyediakan kopi gratis untuk seluruh jemaah yang hadir.
Pembawaan Gus Iqdam yang lucu dan suka meroasting para sobat ambyar membuat suasana ngaji selalu penuh dengan gelak tawa dan sorak-sorai dari jamaah. Selain itu Gus Iqdam suka asal ceplos dengan diksi dan istilah-istilah khas daerah plat AE-AG yang terdengar renyah dan mengundang gelak tawa.
Sementara khusus malam Jumat, format ngaji lebih khidmat karena membaca Maulid Simtudduror.
“Ngajinya (malam Selasa) rileks mawon, sing santai. Yang penting panjenengan (para jemaah) seneng,” ujar Gus Iqdam acap kali.
“Kalau malam Jumat harus khusyuk karena hormat Kanjeng Nabi,” imbuhnya
Gus Iqdam selalu bagi-bagi rezeki di tengah-tengah ngaji
Porsi pembacaan kitab kuning dalam ngaji malam Selasa memang tak terlalu banyak. Selebihnya digunakan Gus Iqdam untuk dua hal.
Pertama, menasihati jemaah terkait hal-hal yang berhubungan dengan ibadah dan akhlak dengan gaya ceplas-ceplos ala Gus Iqdam. Kedua, sesi ngobrol dengan jamaah yang berarti juga jadi sesi bagi-bagi rezeki.
Di tengah-tengah ngaji, Gus Iqdam akan memanggil beberapa jemaah yang datang dari jauh, terutama yang hadir dari luar Blitar. Selain itu Gus Iqdam juga akan memanggil jemaah-jemaah yang masuk kategori unik. Iqdam akan memberi uang sebagai apresiasi atas tekadnya hadir di Majelis Sabilu Taubah.
“Prinsipnya panjenengan semua demen (suka) dengan ngaji. Maksiatnya libur dulu. Kalau suka ngaji, insyaAllah segala urusan beres,” demikian yang coba terus Gus Iqdam tanamkan pada para jemaahnya.
Yang sempat viral di TikTok beberapa waktu lalu adalah saat Gus Iqdam bersama beberapa jemaah patungan untuk membelikan motor pada seorang jemaah bernama Hari. Pemuda yang bikin haru karena sanantiasa mengantar ibu dan bapaknya yang tak bisa melihat untuk hadir di setiap pengajian Gus Iqdam. Kabarnya Gus Iqdam dan beberapa jemaah saat ini juga tengah patungan untuk merenovasi rumah keluarga Hari agar menjadi lebih layak huni.
Quotes Gus Iqdam selalu FYP TikTok
Hampir setiap potongan video ngaji Gus Iqdam yang ada di TikTok pasti FYP. Siapa nyana, kutipan-kutipan Gus Iqdam yang sederhana dan terkesan ceplas-ceplos itu ternyata pengguna TikTok sangat menyukai.
Malahan dari TikTok pula lah akhirnya banyak anak-anak muda yang bergabung menjadi ST Nyell, rutin hadir di ngaji malam Selasa. Di antara quotes Gus Iqdam yang FYP TikTok misalnya:
Semua orang pernah nakal. Tapi jangan sampai tidak mencoba taat kepada Allah. Nggak apa-apa dicoba-coba dulu ibadah. Nanti pelan-pelan jadi suka, nyaman. Loh ibadah kok coba-coba? Ya nggak masalah. Wong mabuk itu orang jadi suka awalnya ya karena coba-coba kok.
Kalau ada orang nakal tapi mau ngaji, dia pasti jadi laki-laki yang bercita-cita mencabut gunung dari akar-akarnya, bukan membobol keperawanan wanita.
Jika kamu ingin diperhatikan sama Allah, maka kamu harus berbuat baik. Sama kayak ke pasangan. Bagaimana mau dikasih perhatian kalau kamu nggak berbuat apa-apa.
Dan tentunya masih banyak quote-quote Gus Iqdam yang tersebar di TikTok. Quote-quote yang kemudian jadi pintu masuk bagi banyak orang untuk duduk bersama di Sabilu Taubah. Termasuk saya sendiri. Bermula dari menyimak ngaji Gus Iqdam di YouTube, saya kok akhirnya punya dorongan untuk sowan ke Karanggayam. Semoga suatu saat terealisas saja lah.
Yang menyimak dengan riang di sudut-sudut belakang
Lewat seorang teman pula, saya mendapat testimoni dari Muzaki (29), ST Nyell asli Blitar yang memang sering mengikuti rutinan ngaji Gus Iqdam secara langsung di markas Sabilu Taubah.
Melalui sambungan telepon, Muzaki yang sehari-hari berprofesi sebagai pedagang sayur menyaksikan sendiri betapa banyak “orang-orang unik” yang merasa digembirakan hatinya oleh Gus Iqdam.
Muzaki memang lebih sering menyimak pengajian dari belakang, sangat jauh dari kursi Gus Iqdam. Di bagian paling belakang itu, ia melihat anak-anak muda maupun dewasa yang cenderung urakan. Tak jarang mereka saling sahut, berteriak kencang untuk merespon guyonan yang Gus Iqdam lempar ke jemaah yang hadir.
Untuk tipikal jemaah yang suka kekhusyukan, kehadiran mereka tentu amat sangat mengganggu. Namun, ia melihat sendiri bagaimana cara Gus Iqdam mengajari mereka untuk ngegas dan ngerem di waktu yang tepat.
“Misalnya, pas ada jemaah putri diminta maju Gus Iqdam untuk tanya jawab. Kalau ada yang suit-suit (cat calling), Gus Iqdam pasti akan melempar gojlokan ke mereka yang arahnya adalah bagaimana agar kita menghormati perempuan. ‘Jangan sorak-sorak. Kayak nggak pernah lihat perempuan aja’, gitu kata Gus Iqdam. Terus pas Gus Iqdam baca kitab, pasti ada lah pendekatan bagaimana para jamaah ini bisa tahu, kapan waktu serius, kapan waktu guyonan,” jelasnya.
Doa Gus Iqdam terasa melegakan hati
Yang jelas, mereka, jamaah-jamaah urakan itu, tampak begitu ceria mengikuti ngaji Gus Iqdam. Bahkan ketika salawat disenandungkan, mereka yang mayoritas tak hapal, terlihat sangat menikmati. Malah berubah jadi haru ketika sesi akhir Gus Iqdam membaca doa dalam bahasa Jawa.
“Jujur, pas Gus Iqdam baca doa, rasanya itu, Ya Allah, saya yakin pasti diampuni. Rasanya lega,” ungkap Zaki. Rasa lega itu lah yang lantas membuat Zaki menjadi begitu lapang dan ringan dalam menjalani hidup.
Ia juga mengaku tengah berusaha meningkatkan kualitas ibadah dan kualitas akhlak seperti ajaran Gus Iqdam. Sebab, dari kitab yang dibaca Gus Iqdam tentang fadloilu al ibadah (keutamaan-keutamaan ibadah), ternyata setiap ibadah memiliki keutamaan yang bersifat dua arah; duniawi dan ukhrawi.
Ringkasnya, efek senang ibadah tak hanya sekadar membereskan urusan akhirat, tapi urusan dunia, entah ekonomi atau problematika hidup yang lain pun juga akan mendapat jalan keluar oleh Allah Swt.
“Kata Gus Iqdam, masalah kaya, miskin, pinter, itu mbuh urusan Gusti Allah. Yang penting jangan berhenti jadi orang baik. Karena kita nggak tahu persis, entah kebaikan yang mana yang bakal menyelamatkan kita,” tuturnya.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Menyambangi Muslim Krabi, NU ‘Cabang’ Thailand Selatan yang Idolakan Nissa Sabyan
Cek berita dan artikel lainnya di Google News