Kalangan mahasiswa di Surakarta atau Solo resah. Mereka meminta Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka turun tangan. Soalnya, banyak kejadian kehilangan di sekitar lingkungan kampus mereka. Di sekitar kampus Universitas Negeri Sebelah Maret (UNS) saja, tercatat, bulan April 2023 ada 18 laporan kehilangan mulai dari printer, handphone, hingga piano dan sepeda motor.
Bulan Mei lebih ngeri lagi, ada 39 aduan kehilangan di lingkungan sekitar kampus tersebut. Sedang di kawasan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) helm jadi barang yang kerap hilang.
***
Awal Juni 2023, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengirim surat pernyataan terbuka kepada Gibran Rakabuming selaku Walikota Kota Surakarta dan Polresta Surakarta. Sebabnya, kasus kehilangan barang yang marak terjadi di lingkungan sekitar kampus.
Saking gemesnya dengan banyaknya kasus kehilangan, BEM UNS bahkan membuat akun Instagram @kanalkehilangan.uns untuk mempermudah pendataan bagi mahasiswa yang mengalami kehilangan. Hasilnya, di bulan April ada 18 laporan kehilangan barang dan di bulan Mei ada 39 aduan kehilangan.
Barang yang hilang juga beragam, mulai dari helm, handphone, laptop, printer, sepeda motor, hingga alat musik piano.
Surat terbuka ke Gibran, minta tepati janji untuk perketat keamanan
“Lingkungan sekitar kampus UNS sudah tidak aman!” kata Presiden Mahasiswa UNS Hilmi Ash Shidiqi kepada Mojok menyebut alasannya membuat surat pernyataan terbuka yang ditujukan untuk Gibran Rakabuming
Kepada Mojok, Presiden Mahasiswa UNS Hilmi Ash Shidiqi menilai kalau lingkungan sekitar kampus UNS sudah tidak aman. Surat itu juga ia kirim ke Polresta Surakarta.
Lihat postingan ini di Instagram
Surat terbuka yang dikirim oleh BEM UNS kepada Walikota Surakarta, Gibran Rakabuming
BEM UNS menilai kondisi keamanan di lingkungan sekitar kampus UNS sudah parah. Lewat surat itu, ia meminta Gibran agar menepati janjinya untuk mengadakan patroli polisi dan menindaklanjuti aduan barang hilang yang dilaporkan ke kepolisian.
Di samping tuntutan dalam surat terbuka itu, Hilmi berharap agar Gibran dan Polresta Surakarta bersedia untuk melakukan audiensi bersama.
Satu hari setelah surat pernyaatan itu mereka kirim, saya datang ke Polsek Jebres pada Jumat (2/6/2023) untuk meminta tanggapan. “Soal maraknya kasus barang hilang ini, memang kami sedang dirapatkan bersama Polresta Surakarta,” kata salah satu petugas yang saya dapati sedang berjaga di Polsek Jebres.
Malam harinya, seperti yang disiarkan oleh akun @UNSfess_ terlihat mobil polisi sedang patroli di lingkungan sekitar kampus UNS dan ISI Surakarta.
Helm jadi barang yang sering hilang
Tak hanya itu, helm jadi salah satu barang yang paling sering hilang di Surakarta. Dari penelusuran saya di laman Unit Layanan Aduan Surakarta, setidaknya ada 20 laporan kehilangan helm selama enam bulan terakhir. Paling banyak hilang di kawasan sekitar kampus.
Kehilangan barang—tak hanya helm—ini sedang masif di wilayah Jebres dan sekitarnya, yang mana dekat dengan UNS dan ISI Surakarta.
Sempat ramai di media sosial ketika salah satu warga Solo mengadu ke Gibran lewat akun Twitter-nya, bahwa helmnya telah hilang ketika mengikuti pengajian. Twit itu langsung direspons oleh Gibran, dengan bilang akan mengganti helm warganya yang hilang itu.
Mojok berbincang dengan korban yang pernah kehilangan helm dan petugas keamanan kampus.
Mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Bita (20) sudah mengikhlaskan helmnya yang raib. Kejadiannya di penghujung tahun 2022. Siang itu, kata Bita, dirinya sedang membeli bahan masakan di toko sayur dekat kampus.
“Helmku merek Cargloss, sebetulnya udah rusak. Saat itu aku taruh di jok, helm temanku di spion. Tapi cuma helmku aja yang hilang, Bingung kenapa malah ambil helm yang udah rusak” tuturnya sambil cekikikan.
Bita memilih tidak melaporkan helmnya yang hilang ke pihak berwajib. Ketika mengetahui helmnya sudah tidak ada di toko sayur, dirinya memilih untuk tidak mencari tahu lebih lanjut.
Seorang mahasiswa, lewat tweet siaran di akun @UNSfess_ pada awal Juni 2023 membagikan berita kehilangan helmnya. Dari ceritanya, helm ia raib dimaling oleh pelaku yang mengenakan atribut ojek online. Pelaku masuk ke parkiran kos korban di dekat kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Helm hilang di parkiran kampus
Subro (49) sudah belasan tahun bekerja sebagai petugas keamanan sepeda motor di UMS. Saya menemui Subro di angkringan depan kampus.
Baginya, kasus kehilangan helm di parkiran kampus ini sudah jadi hal yang lumrah. Beberapa kali juga ia berhasil menangkap pelaku yang mencuri helm di parkiran kampus.
“Dulu banyak banget. Satu minggu itu bisa dua kali yang melapor helmnya hilang. Kalau sekarang, [di UMS] signifikan sudah berkurang,” pungkas Subro.
Paling baru, katanya, akhir Mei lalu pencuri helm berhasil membawa kabur helm mahasiswa Ilmu Komunikasi. Namun, petugas keamanan tidak dapat menangkap pelaku karena aksi pencurian itu tidak terjangkau oleh CCTV.
Dari beberapa kejadian penangkapan yang pernah ia lakukan, Subro paling ingat betul ketika pelaku maling helm adalah mahasiswa. Ia berhasil menghentikan pelaku di gerbang keluar kampus.
“Dia mahasiswa dari Fakultas Hukum. Bawa kabur helm orang di parkiran. Waktu diinterogasi, apa motifnya, dia bilang ambil helm karena helmnya juga hilang,” cerita Subro.
Jika pelaku adalah orang umum yang masuk ke area kampus, Subro dan petugas keamanan lainnya kesulitan untuk menangkap pelaku.
“Kalau ada mahasiswa mengadu helmnya hilang, biasanya kami cek CCTV. Kalau udah dapat nomor plat motor pelaku, bisa kami setop di gerbang. Jika pelaku ternyata dari luar UMS, susah. Nggak bisa ketangkap kalau dia nggak balik lagi ke sini,” katanya.
Kebanyakan helm hilang ketika kegiatan penyambutan mahasiswa baru
Subro sering dapat laporan dari mahasiswa yang kehilangan helm di parkiran kampus. Namun, menurutnya, paling banyak laporan datang ketika acara penyambutan mahasiswa baru.
Mahasiswa baru itu, kata Subro, masih di fase unjuk gigi di kehidupan barunya pada jenjang perkuliahan. Tak heran baginya kalau banyak mahasiswa yang datang ke kampus membawa helm yang harganya mahal.
“[Helm berharga mahal] jadi target maling,” tambahnya.
Dari pengalaman itu, Subro jadi rajin mengingatkan mahasiswa agar selalu menjaga helmnya sendiri. Jika memang helmnya mahal, ia sarankan agar dititipkan ke pos atau dibawa ke dalam kelas.
Reporter: Novali Panji Nugroho
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Bebas dan Nyaman, Kos Eksklusif Menjamur di Jogja, Kaum Mendang-mending Minggir Dulu
Cek berita dan artikel lainnya di Google News