Menunggu wisuda memang waktu yang mendebarkan, itulah yang dirasakan oleh Radera, mahasiswa jurusan Manajemen Universitas Wijaya Kusuma Surabaya angkatan 2020. Radera akan berhadapan dengan dunia kerja, dan dalam jeda waktu tersebut, dia mengirimkan banyak lamaran kerja di banyak tempat. Dan ini bikin dia merasa gelisah karena kebanyakan tidak sesuai ekspektasi.
***
Kesibukan Radera, mahasiswa jurusan Manajemen yang tinggal menunggu wisuda ini adalah berkawan dengan JobStreet, Kalibrr, dan semacamnya. Meski ini terlihat seperti langkah yang lumrah, tapi ada alasan lain yang bikin Radera memilih cari kerja di situs lowongan kerja tersebut.
Radera mengatakan bahwa banyak banget informasi tentang lowongan kerja yang bodong, alias penipuan. Meski kesempatan diterima lebih besar jika dikirimkan langsung ke perusahaannya, tapi dia memilih untuk memakai situs lowongan kerja agar tak terjebak penipuan. Di sisi lain, jarang juga ada perusahaan yang buka lowongan secara direct ke media sosial perusahaan. Mau tak mau, dia harus berkutat dengan situs loker yang ada.
Tapi itu pun tak berarti bebas masalah. Kecepatan respons perusahaan pada situs lowongan kerja kerap jadi masalah. Dia pernah melamar pada suatu perusahaan, tapi responsnya amat lambat.
“Saya bahkan sampai lupa pernah melamar di situ. Saya apply di salah satu perusahaan BUMN di bulan Februari, eh dipanggil interview November, hehehe.”
Upah juga jadi masalah
Selain perkara susahnya apply, upah juga jadi concern untuk Radera. Dia kerap mendapati gaji tempat dia melamar bekerja tak sesuai harapan. Saat saya tanya berapa gaji yang ditawarkan kepadanya, dia menjawab di angka 2-2.5 juta. Jelas itu tidak sesuai dengan UMR Sidoarjo, tempat dia bermukim sekarang.
Dia sebenarnya tak mencari kerja yang muluk-muluk, baginya asal sesuai dengan job desc dan gajinya UMR (setidaknya), itu sudah cukup baginya. Masalahnya, yang dia temui tak sesuai dengan harapannya.
Dilansir dari Glints, gaji lulusan manajemen berbagai bidang memang bervariasi. Tapi angka terendahnya adalah 3.5 juta, jelas berbeda dengan tawaran yang diterima oleh Radera. Apalagi Radera adalah orang Sidoarjo, yang UMR-nya saja sudah menyentuh 4 juta lebih. Tawaran tersebut, jelas memberatkan Radera.
Baca halaman selanjutnya