Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan

Cerita Penjual Duwet Tentang Hal-hal yang Hilang di Pasar Legi Kotagede

Agung Purwandono oleh Agung Purwandono
4 Desember 2023
A A
Cerita Penjual Duwet tentang Hal-hal yang Hilang di Pasar Legi Kotagede MOJOK.CO

Ilustrasi Cerita Penjual Duwet tentang Hal-hal yang Hilang di Pasar Legi Kotagede. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Yang hilang dari Pasar Kotagede

Widi, lahir dan besar di Kotagede. Ia merasakan perubahan dari tahun ke tahun di Kotagede. Termasuk suasana di Pasar Legi. 

“Sekarang itu jalanannya macet, mau pagi, siang, sore. Apalagi pas akhir pekan atau malam Minggu,” kata Widi. 

Saat kecil, Widi masih merasakan suasana jalanan di Kotagede yang relatif lengang. Kalau pun ramai itu di hari-hari tertentu saat hari pasaran. 

Nama Pasar Legi disematkan karena dulunya pasar ini hanya bukan di hari pasaran Legi. Keberadaan Pasar Kotagede konon bahkan sudah ada sebelum kerajaan Mataram Islam lahir. Sekarang pasar ini buka tiap hari. Sebelum pandemi, salah satu ciri khasnya di setiap pasaran legi, selalu ada penjual unggas.

“Yang hilang itu suasana saat hari pasaran Legi. Dulu itu pasti ramai dengan orang-orang yang menjual hewan, terutama unggas dan burung. Sekarang sudah tidak ada lagi,” kata Widi. 

Saat masih ramai, orang-orang dari Yogyakarta dan sekitarnya untuk jual beli hewan piaraan khususnya ayam dan burung.

Selain pasar unggas tiap Legi yang hilang, salah satu hal yang menurut Widi jadi ciri khas Pasar Kotagede adalah keberadaan andong. 

Angkutan tradisional yang mengandalkan tenaga kuda ini di masa lalu dengan mudah ditemui di sekitar Pasar Kotagede. “Sekarang jarang banget lihat andong. Dulu bahkan sampai Pasar Beringharjo,” kata Widi mengingat masa lalu. 

Tak terasa, duwet yang saya beli itu sudah berkurang banyak karena saya makan. Perut yang sedikit melilit karena buah yang asam membuat saya teringat pada tujuan utama saya untuk makan  pagi di Tongseng dan Gulai Mbah Salam. 

“Pun telas, Mas gulene,” kata Bu Walijah, penerus kuliner legendaris Mbah Salam. Saya akhirnya memesan sate klatak sebagai obat kecewa karena gule yang habis.

Buah lokal yang kini menghilang

Saat duduk menunggu sate itulah, seorang kakek tiba-tiba mengambil buah duwet di plastik yang saya letakan di meja.

“Wah ini duwet, buah jaman aku cilik,” kata laki-laki tua itu sambil mengunyah sebiji duwet. Matanya merem melek karena mencecap rasa manis, sepet, dan kecut yang jadi satu. Namanya Untung (68), tinggal di Ngipik, Bantul. Tidak begitu jauh dari Kotagede. 

Kami akhirnya ngobrol tentang buah-buahan yang kini tak tampak lagi di pasar karena sudah langka. Ia menyebut buah mundu, wuni, kokosan, salam. Buah yang dulu dengan mudah ia dapatkan di sekitar rumah. 

Widi dengan duwet yang ia jual. Ia memilih jual buah musiman daripada jual buah impor di sekitar Pasar Kotagede. (Agung P/Mojok.co))

Sambil menyantap sate pesanannya, dari mulutnya mengalir obrolan tentang duwet, buah yang sudah langka itu. Dulu di tempatnya masih mudah menemui buah-buahan seperti duwet, salam, mundu, wuni, kokosan dan lainnya.

Iklan

Sama seperti Pak Untung, saya berharap, buah-buahan itu suatu hari akan muncul lagi di pasar tradisional. Bukan sekadar nostalgia, tapi karena memang buah lokal itu memang layak ada di sana untuk menantang buah-buahan impor. 

Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin

BACA JUGA Saat Hanung Bramantyo Coba Menghilangkan Mitos Keramat Novel ‘Cinta Tak Pernah Tepat Waktu’

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 5 Desember 2023 oleh

Tags: duwetkotagedepasar kotagedepilihan redaksi
Agung Purwandono

Agung Purwandono

Jurnalis di Mojok.co, suka bercocok tanam.

Artikel Terkait

elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025
Terpaksa jadi maling, buronan polisi, hingga masuk penjara karena lelah punya orang tua miskin MOJOK.CO
Ragam

Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya

22 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO
Ragam

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Ragam

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Atlet pencak silat asal Kota Semarang, Tito Hendra Septa Kurnia Wijaya, raih medali emas di SEA Games 2025 Thailand MOJOK.CO

Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

22 Desember 2025
Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025

Video Terbaru

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.