3 Bisnis Sarjana yang Sangat Diremehkan padahal Cuannya Tak Kalah dari Gaji PNS dan Kerja Kantoran

Ilustrasi - 3 bisnis sarjana yang sering diremehkan padahal cuan tak kalah dari gaji PNS dan kerja kantoran. (Ega Fansuri/Mojok.co)

PNS atau kerja kantoran lain menjadi profesi yang didambakan oleh banyak sarjana. Salah satu faktornya tentu karena bayangan gaji besar. Cukup jarang sarjana memilih untuk merintis bisnis sendiri. Karena menganggapnya penuh perjudian.

Mojok merangkum cerita beberapa bisnis sarjana yang diremehkan, padahal cuannya tak kalah besar dari gaji PNS dan kerja kantoran.

#1 Sarjana bisnis paper bag

Bisnis paper bag pada dasarnya adalah bisnis yang tak dikehendaki oleh orang tua Iksan (28), sarjana kampus swasta Jogja. Sebab, karena sudah mengenyam pendidikan tinggi, harapan orang tua Iksan adalah agar ia lulus bisa kerja kantoran. Selain keren secara status sosial, siapa tahu ia bisa hidup layak dengan gaji besar.

Iksan lulus kuliah alias menjadi sarjana pada 2018. Pemuda asal Kulon Progo itu pun sempat mencicipi bagaimana rasanya kerja kantoran. Ia bekerja di salah satu surat kabar mainstream di Jogja, mengisi posisi di Staf SDM.

Iksan (28) tinggal kerja kantoran di Jogja demi bisnis paper bag yang beromzet Rp30 juta MOJOK.CO
Iksan (28), si pengusaha paper bag dan sewa sepatu di Jogja. (Aly Reza/Mojok.co)

“Sayangnya cuma bertahan setahun. Nggak betah karena udah kebiasaan cari uang sendiri. Jadi nggak enak aja ikut orang,” ujar Iksan saat saya temui, Rabu (8/5/2024) sore WIB.

Sejak SMA hingga kuliah, Iksan memang sudah terbiasa bisnis. Di masa-masa tersebut ia menggeluti bisnis jual beli HP. Secara hasil juga lumayan, tak kalah dari kerja penuh tekanan di bawah orang lain (kerja kantoran). Oleh karena itu ia memilih keluar dan mencoba merintis bisnis lagi.

Omzet Rp30 juta hingga buka lapangan kerja

Setelah resign, awalnya ia mencoba bisnis Warmindo. Sayangnya terhantam pandemi dan tak bisa survive lagi hingga menutupnya pada 2022. Singkat cerita, di tahun itu pula ia merintis bisnis paper bag.

“Omzet bulanan (bisnis paper bag) minimal Rp30 juta perbulan. Saya jualnya online. Tapi buat orang Jogja sendiri biasanya langsung ke sini (rumah kontrakannya di Wirobrajan, Jogja),” jelas Iksan.

Wirobrajan ia gunakan sebagai semacam toko offline. Sementara untuk produksi, ia melakukannya di rumahnya di Kulon Progo. Hingga saat ini, Iksan mengaku mempekerjakan sekitar 30-an ibu-ibu rumah tangga di rumahnya.

“Upahnya tergantung berapa banyak paper bag yang ibu-ibu lipat. Upahnya antara Rp30 ribu sampai Rp80 ribu sehari. Mereka sudah seneng karena ada pemasukan harian,” ujar sarjana kampus swasta Jogja tersebut.

Kondisi tersebut tentu saja membuat orang tuanya turut bangga. Karena meski tak kerja kantoran atau menjadi PNS, Iksan justru bisa sukses dengan bisnis yang ia rintis sendiri.

#2 Sarjana Bisnis cuci helm bikin hidup tenang

Bisnis cuci helm di Jogja sudah Ageng (35) geluti sejak 2020. Hingga saat ini, kata Sarjana kampus negeri Jogja itu, omzetnya terbilang stabil. Itulah kenapa ia merasa nyaman menggeluti bisnis tersebut.

Ketika lulus alias baru saja menjadi sarjana pada 2012, Ageng mengaku sempat bekerja di sebuah pabrik di Sukabumi, Jawa Barat. Akan tetapi ia hanya bertahan selama enam bulan saja. Karena secara gaji pun tak ada bedanya dengan di Jogja.

Sekembali di Jogja, Ageng pernah mencoba beberapa bisnis. Salah satunya bisnis ticketing. Ia juga pernah mencoba menjadi driver ojek online (ojol). Hingga akhirnya pada 2020, sarjana asli Jogja itu memilih merintis bisnis cuci helm karena sudah tertarik sejak lama.

Ageng (35), alumni UNY yang buka jasa bisnis cuci helm di Jogja. (Aly Reza/Mojok.co)

“Untuk helm half face (biasa) ongkosnya Rp30 ribu. Sementara untuk full face Rp40 ribu. Saya menerima juga jasa cuci helm sepeda. Harganya lebih murah, Rp15 ribu,” beber Ageng saat saya mampir ke tempatnya di “Cuci Helm Mister Iceng”, Jalan Kaliurang Km 4,5, Rabu (12/6/2024) petang WIB.

“Dalam satu bulan bisa mendapat omzet sebesar Rp6,5 juta hingga Rp7 juta,” sambungnya.

#3 Buka warung makan tak bisa diremehkan

Sarjana buka warung makan entah kenapa dianggap “kurang pas”. Karena banyak orang terlanjur menganggap pekerjaan yang layak untuk para sarjana kalau bisa ya menjadi PNS agar punya kehidupan terjamin.

Meski begitu, Miko (29) tetap nekat memilih merintis bisnis kuliner: membuka warung makan di sebuah kampus swasta Bengkulu sejak tiga tahun terakhir ini.

Miko lulus dari kampus negeri di Solo pada 2019. Ketika pulang ke Bengkulu, ia memang berniat untuk bisnis kuliner keci-kecilan. Saat itu ia tertarik untuk jualan sempolan seperti di Solo.

Karena dari hasil ngobrol dengan penjual sempolan di Solo, omzetnya bisa Rp3 juta sampai Rp5 juta perbulan. Angka yang menggiurkan untuk bisnis yang sering dianggap remeh itu.

“Kalau cuma jualan kecil-kecil seperti itu, kenapa harus kuliah jauh-jauh di Solo? Toh ujung-ujungnya hanya jualan. Lulusan SD atau SMP pun bisa kalau cuma jualan kecil-kecilan seperti itu,” sayangnya, begitulah respons keluarga Miko yang ia ceritakan pada saya, Rabu (15/5/2024).

“Keluarga merasa jadi PNS itu lebih aman. Nggak ada PHK, ada pensiunan. Di mata keluarga, pekerjaan yang mapan itu ya jadi PNS,” sambung sarjana kampus negeri Solo tersebut.

Meski tak menyebut angka, Miko mengaku penghasilan dari buka warung makan di kantin kampus tak bisa disepelekan. Namun, orang tuanya masih menaruh harapan agar ia tetap mencoba mendaftar CPNS.

Miko tentu menuruti. Tapi untuk bisnis warung makannya tersebut, ia masih ingin melanjutkannya karena memang menjanjikan.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin

BACA JUGA: 4 Renungan jika Ingin Jadi Driver Ojol, Pekerjaan Sampingan yang Tak Semudah Bayangan

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

 

Exit mobile version