Harga tidak selalu lebih murah tapi jam buka jadi andalan
Selain di Jalan Perumnas, saya pernah berbincang cukup lama dengan Nur Faiz (38). Seorang pemilik warung Madura di Sorowajan, Bantul yang kiosnya berjarak hanya sekitar 30 meter dari sebuah gerai Indomaret.
Kami duduk berdua di emperan warung pada Selasa (5/7/2022) silam. Waktu sudah lewat pukul sepuluh malam, namun suasana toko malah makin ramai. Hal ini membuat Faiz harus mondar-mandir. Melayani pembeli lalu kembali duduk dan berbincang dengan saya.
Seperti di warung tempat Muhdiyin dan Ulfa, andalan Faiz juga bensin, rokok, dan minuman kemasan. Selain itu, ada hal lain yang membuatnya tak gentar berdekatan dengan Indomaret.
Secara harga, ia mengaku sulit untuk bisa menawarkan harga jauh di bawah toko-toko kompetitor. Namun ia percaya, dengan pelayanan yang baik dan jam buka sepanjang waktu, warungnya tetap bisa bertahan dengan mengambil ceruk yang tersisa.
Beruntungnya, Indomaret di dekat tempatnya juga tidak buka 24 jam. Sehingga, ketika malam, waktunya panen cuan bagi Faiz. Selain itu, ia memegang prinsip hidup yang sederhana sehingga tak terlalu mempersoalkan urusan persaingan bisnis.
“Kalau bagi saya, sederhana nggak papa. Saya merantau tidak untuk jadi kaya, yang penting bisa hidup, bertanggung jawab pada keluarga. Itu sudah jadi kebanggaan,” ujarnya tenang, lalu menyalakan sebatang rokok Sampoerna.
Kompak dan tidak saling sikut sesama warung Madura
Tak sekadar mengelola toko saja, ia juga dipasrahi tanggung jawab lain menjadi koordinator lapangan Paguyuban Pedagang Sembako Madura (PPSM) Yogyakarta. Seingat pria ini, ada 230-an pedagang kelontong Madura di Jogja yang tergabung di dalamnya. Di sana, ia bertugas mengatur ketertiban sesama pedagang kelontong Madura.
Salah satu tugas yang biasa ia laksanakan sebagai koordinator lapangan adalah mengatur jarak antar-warung. Ini yang sesekali menjadi persoalan antarsesama pedagang kelontong dari Madura di perantauan. Menurut Faiz, idealnya antar-warung berjarak 200-500 meter.
“Kalau ada yang terlalu dekat, biasanya kami tegur. Sesama perantau dari Madura nggak boleh saling sakit menyakiti. Kalau terlalu dekat kan nanti pasti ada perasaan saling saingan,” tegasnya.
Namun, prinsip itu hanya ia terapkan bagi sesama perantau Madura. Jika ada warga lokal hingga Indomaret dan Alfamart yang buka toko berdekatan dengan warung Madura, baginya tidak masalah. Solidaritas sesama perantau inilah yang kemudian jadi penguat di perantauan. Membuat mereka tak gentar, untuk sekadar berdiri di dekat Indomaret dan Alfamart.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Bisnis Palugada Toko Kelontong Madura
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News