Bus sleeper kini jadi andalan banyak orang bepergian. Kenyamanan serta privasi kerap jadi alasan para pengguna bus ini untuk bepergian. Apalagi jika menempuh perjalanan jarak jauh seperti dari Jogja ke Jakarta, bus sleeper tentu jadi pilihan.
***
Iky (32, bukan nama sebenarnya), mengaku kapok menggunakan kereta api ke Jakarta. Perjalanannya ke Jakarta 2 tahun lalu bikin dia tak mau lagi menyentuh kereta ekonomi, serta jika ada urusan ke Jakarta, dia memilih untuk pakai bus sleeper. Alasannya kenyamanan.
“Aku kalau nggak salah di kereta lebih dari 8 jam, Mas. Rasanya pengin nangis naik kereta ekonomi selama itu. Betul sih, mungkin kalau pakai eksekutif bisa nggak separah itu, tapi aku ke Malang pake eksekutif sama aja nggak nyaman,” ungkapnya pada saya (21/06/2024).
Iky mengaku, dia tak anti kereta. Bahkan dia mengaku kereta api adalah satu-satunya moda transportasi yang bisa diandalkan kecepatan waktunya. Dia ke mana-mana selalu pakai kereta api, dan baginya tak ada yang bisa mengalahkan kereta terkait kepastian waktu. Tapi, dia mengeluhkan kenyamanan dan tingkah penumpang yang kadang ajaib.
“Aku kira penumpang ajaib itu cuman di kereta ekonomi. Ternyata di eksekutif juga banyak yang tingkahnya ajaib. Perjalanan kan lama ya, bisa lebih dari 4 jam, kalau terganggu ya nggak nyaman.”
Lanjut Iky, dia mengaku ingin mencoba bus sleeper untuk bepergian. Baginya, jelas bus ini bisa menawarkan privasi dengan tiket yang lebih murah.
“Aku kerap lihat di TikTok, tiket 400 sampai 600 ribu dapet fasilitas semewah itu. Dan nggak diganggu penumpang lain. Ya siapa yang nggak tertarik.”
Ke Jakarta pakai bus sleeper
Hepi (26), pekerja musik asal Jogja, membagikan pengalamannya menaiki bus sleeper Jogja-Jakarta saat mendatangi konser Avenged Sevenfold. Baginya, bus ini benar-benar nyaman untuk jadi moda bepergian.
Saya bertanya, kenapa Hepi tidak memakai kereta api ke Jakarta, alasannya adalah harga tiket dan fasilitas. Hepi saat itu menggunakan bus sleeper dari PO Semeru, tiketnya 350 ribu rupiah. Harga tiket itu bagi Hepi, lebih murah ketimbang kereta api ekonomi. Saya sempat cek simulasinya lewat Traveloka, dan, Hepi benar.
“(Tiket bus) seharga kereta yang ekonomi, tapi kamu dapet maem, kursi lebih penak, dan kamu lebih dapet privasi, tanpa gangguan orang lain, karena bilik sendiri.”
“Mungkin kalau kereta eksekutif lebih enak, tapi aku bepergian jauh sendirian, tentu butuh privasi.”
Baca halaman selanjutnya
Hepi mengaku nyaman saat melakoni perjalanannya kemarin menggunakan bus sleeper. Kursinya empuk, makanannya pun enak, tidak sumpek, dan tidur bisa nyenyak. Oleh karena itulah dia pulang dari Jakarta ke Jogja pun tetap pakai bus sleeper.
Saya sempat tanya, selama perjalanan, adakah kekurangan sleeper yang bikin dia terganggu. Secara garis besar, dia mengaku tidak ada. Nyaman-nyaman saja. Hanya saja, ada catatan yang baiknya diperhatikan untuk para pengguna bus yang ingin mencoba perjalanan jauh dengan sleeper.
“Kalo pake sleeper dan dapet seat atas, pasti akan kerasa limbung karena pengaruh center of gravity. Terus head room itu cukupan buat tinggi 175, tapi kalo posisi pas duduk, bukan nyender, amannya merunduk agar tidak kejeduk waktu ada gronjalan.”
Catatan lain adalah perkara waktu. Hepi mengingatkan, ini bus, jelas tidak bisa dibandingkan dengan kereta api perkara jaminan ketepatan waktu. Jadi misal ingin mengejar ketepatan, pakai kereta api saja.
Barcelona vs Real Madrid
Bus sleeper memang menawarkan banyak fasilitas yang menyenangkan. Hepi mencontohkan kalau pake PO Sinar Jaya, bisa pake kelas Suites Family, yang bisa muat keluarga satu anak. Selain itu, bagi para perokok, beberapa bus menyediakan smoking area. Di pantry, misal, atau ada dedicated smoking area untuk beberapa PO lain.
Hanya saja, memang ketenaran bus sleeper untuk orang awam masih kalah jauh dibanding kereta api. Menurut Adi (28), salah satu pengguna setia bus Jawa Timur, akses informasi “yang tidak jelas” membuat orang-orang ragu menggunakan bus. Maksudnya, bus tidak bisa seakurat kereta api perkara prediksi kedatangan.
“Ibarat e saya yg udah biasa ngebis aja, pas kemarin terpaksa naik damri ke Jakarta ya ketar-ketir. Apalagi pas momen arus balik Idulfitri.”
Dia setuju bahwa bus, entah sleeper atau bukan, sebenarnya bisa lebih cepat ketimbang kereta. Hanya saja, bus bisa kena macet, dan itu adalah salah satu variabel yang bikin bus susah diprediksi. Kereta api memang membaik, terlebih pasca Jonan, makin bisa diandalkan. Adi menambahkan, mau kereta, mau bus, sebenarnya sama saja. ini perkara pilihan.
“Emang kadang bus vs kereta ini udah bukan untung rugi, tapi Barca atau Madrid, hahahaha.”
Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin
BACA JUGA 4 Rekomendasi PO Bus Sleeper Terbaik di Indonesia
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.