Berkunjung ke Pura Jala Siddhi Amertha, Melihat Sekolah Hindu di Sidoarjo

Pura Jala Siddhi Amertha di Sidoarjo. (Nurfitriani/Mojok.co)

Pura Jala Siddhi Amertha merupakan destinasi wisata religi yang ada di Sidoarjo. Pura ini dibangun atas inisiatif kebhinnekaan Komandan Armada Timur TNI AL agar membangun 3 tempat ibadah berbeda di komplek marinir.

***

Saya tiba di depan Pura Jala Siddhi Amertha pada Rabu (23/3/2022) pagi. Lokasinya sekitar 2 km dari Bandara Juanda. Nuansanya begitu hening. 20 meter tepat di pinggir jalan besar sebelum masuk menuju pura terdapat Gereja Katolik Santo Paulus. Saya disambut seekor anjing hitam di pintu masuk pura yang bergaya khas seperti gapura candi.

Tak lama kemudian saya bertemu dengan Endra (31). Ia adalah salah satu penjaga sekaligus pengajar sekolah agama hindu atau pasraman yang ada di pura. Namun, sayangnya pemangku pura yang akan saya temui berhalangan hadir. Saya berencana untuk datang lagi pada perayaan Banyu Pinaruh.

Berdiri atas semangat kebhinnekaan

Minggu (27/3/2022) pagi, beberapa mobil dan motor sudah berjajar rapi di depan pintu gapura. Di bangunan yang mirip dengan aula terbuka, tampak banyak umat mulai anak-anak hingga dewasa sedang beraktivitas. Semua mengenakan selendang kuning yang diikat di pinggang, atasan kebaya  putih dan bawahan menggunakan lilitan kain.

Beberapa ibu dan remaja putri membawa sesajen untuk sembahyang. Endra (31) meminjamkan selendang kuning dan mengantar saya untuk mendokumentasikan aktivitas umat.

umat hindu mojok.co
Umat Hindu bersiap sembahyang di Pura Jala Siddhi Amertha. (Nurfitriani/Mojok.co)

Tepat di sebelah kiri bangunan mirip aula terbuka, umat berbaris antre untuk melakukan palukatan atau pembersihan diri. Dua pemangku berbaju dan udeng putih menyiramkan beberapa air ke kepala umat secara bergantian. Kegiatan ini dilakukan sehari setelah Hari Raya Saraswati yang jatuh pada hari Sabtu (26/3/2022).

Banyu Pinaruh biasa dirayakan sehari setelah Hari Raya Saraswati atau turunnya ilmu pengetahuan, ini semacam kegiatan pembersihan diri,” ungkap Endra. Banyu Pinaruh mempunyai arti: banyu artinya air, pinaruh artinya pengetahuan. Kesempatan ini jadi hari yang baik untuk merengkuh pengetahuan yang turun di hari sebelumnya

Sementara itu, Endra juga menjelaskan nama Jala Siddhi Amertha sangat berhubungan dengan sejarah berdirinya pura ini. Jala Siddhi Amertha berarti Kehidupan sempurna yang berasal dari air/laut. Ini berkaitan dengan latar belakang berdirinya yang berada di wilayah Angkatan Laut.

Endra kemudian mengajak saya memasuki halaman utama. Semua alas kaki dilepas. Kepala saya diperciki sedikit air suci dari gentong kecil. Aroma dupa terasa lebih kuat, bercampur dengan harum bunga kamboja. Setelah menunggu beberapa menit, saya dipertemukan dengan Agus Wijaya (54), salah satu pemangku di Pura Jala Siddhi Amertha.

“Dulu pura ini di bangun atas perintah Panglima Armada Timur. Waktu itu beliau memerintah untuk membangun pura di tanah angkatan laut, pura ini awalnya diberikan kepada tentara angkatan laut yang beragama hindu, tapi di surat itu juga diperintahkan selain tentara, ini juga diperuntukkan pada semua umat Hindu,” tutur Agus Wijaya membuka cerita.

Prosesi Banyu Pinaruh. (Nurfitriani/Mojok.co)

Proses pendirian pura dimulai pada tahun 2003. Agus Wijaya dan beberapa tokoh umat Hindu dipercaya menjadi panitia pembangunan. Setelah melewati diskusi yang panjang, akhirnya disetujui pura berdiri di atas lahan pemberian TNI AL seluas 3000 meter persegi.

Setelah itu, umat berbondong-bondong membantu pendanaan untuk proses pembangunan. Hingga akhirnya pada tanggal 23 Juni 2009, Pura Jala Siddhi Amertha diresmikan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Tedjo Edhy Purdijatno. “Membangun pura itu tidak mengenal batas akhir, artinya kalau ada yang rusak diperbaiki terus menerus,” kata Agus Wijaya.

“Bukan cuma pura, di sini dulu ada 3 lokasi peribadatan. Masjid, gereja, dan pura. Luasnya hampir sama semua. Tapi karena pertimbangan (menghindari) penumpukan umat saat hari besar, lokasi pendirian masjid diputuskan sedikit terpisah,” imbuh Agus.

Gaya arsitektur perpaduan jawa dan bali

Pura terbagi menjadi tiga bagian, mandala luar, mandala tengah dan mandala utama. Tempat saya bercakap dengan Agus Wijaya berada di mandala utama. Bangunan yang ada di mandala luar terdiri dari tempat parkir depan pintu gerbang yang berdekatan dengan kantin.

“Dari awal, seluruh bangunan pura memang direncanakan memilih alkulturasi gaya bali dan jawa,” tutur Agus mengenai gaya arsitektur Pura Jala Siddhi Amertha. Semisal bangunan Kori Agung. Kori artinya pintu, sedangkan Agung adalah besar. Bangunan ini bergaya jawa. Sedangkan gapuranya bergaya gapura majapahit. Untuk padmasananya (kiblat sembahyang) bawahnya style bali tapi atasnya gaya Jogja atau Prambanan.

Agus Wijaya, pemangku Pura Jala Siddhi Amertha. (Nurfitriani/Mojok.co)

Mandala tengah biasa digunakan untuk kegiatan sosial. Di sana terdapat Bale Wantilan, Beji, Sanggah Surya, Bale Pawaregan dan Bale Kul-kul. Bangunan yang mirip aula terbuka tadi ternyata bernama Bale Wantilan, biasa digunakan pada saat pementasan kesenian, pernikahan atau acara sosial lainnya.

Beji, tempat bersuci sebelum upacara keagamaan. Sanggah Surya, tempat meletakkan banten. Bale Pawaregan, semacam dapur untuk makanan umat. Di sebelah Bale Wantilan terdapat ruang-ruang yang biasa digunakan saat sekolah agama hindu. Satu bangunan kecil meninggi dimana terdapat kentongan menggantung di atasnya merupakan Bale Kul-kul.

“Bale Kul-kul alat komunikasi sosial jaman dulu, dulu di kerajaan Hindu kalau ngumpulin orang mau sembahyang pakai kul-kul itu,” kata Agus.

Bangunan utama biasa digunakan untuk sembahyang dan upacara pada hari besar. Kori Agung terdiri dari 3 pintu. Tengahnya memiliki lambang swastika keemasan. Dua patung buto menunggu di sisi kanan dan kiri. Beberapa bangunan dibalut kain berwarna merah. Samping kiri Kori Agung, terdapat Bale Gong (tempat berlatih dan menyimpan alat musik gong).

Padmasana. (Nurfitriani/Mojok.co)

Terdengar bunyi genta dan bacaan mantra Kitab Weda di Bale Pawedan. Energi mantra bersamaan dengan suara genta yang dibunyikan pemangku di bale ini diharap bisa sampai pada seluruh umat yang ada di pura.

Semua umat duduk rapi berjarak dengan sesajen di depan masing-masing. Bagian paling ujung depan merupakan padmasana. Suasana khidmat dan hening. Beberapa bale ada juga di sini, mulai untuk penyimpanan, hingga bale untuk menyanyikan lagu suci.

Selain bersih, penataan tanaman hias dan bonsai sangat memanjakan mata. Pohon kamboja berderet-deret menambah aroma pura kian harum dan sakral. Meski lepas alas kaki, tak khawatir kotor karena rumput dan lantai di sini bersih dan terjaga.

Pasraman, sekolah agama hindu di pura

Pura Jala Siddhi Amertha memiliki sekolah agama hindu mulai dari playgroup hingga perguruan tinggi. Menurut Agus, permasalahan umat Hindu dulu saat masih sekolah di sekolah negeri  jarang sekali disediakan guru agama. Sehingga Pura Jala Siddhi Amertha berupaya untuk memfasilitasi kebutuhan tersebut dengan membuka kelas agama tiap hari minggu.

“Awalnya dulu muridnya masih sedikit, sekitar 30-an anak. Sekarang udah semakin bertambah banyak, sekitar 300-400 an dari playgroup hingga perguruan tinggi,” tutur Wayan Hermawan (41).

Wayan Hermawan merupakan mengajar di sekolah agama hindu atau pasraman. Ia sudah 5 tahun mengajar. Saat ini ia mengajar kelas tujuh. Pembelajaran yang digunakan menyesuaikan dengan kurikulum nasional. Selain itu, di pasraman juga menekankan pembelajaran budi pekerti dan spiritual.

Siswa pasraman mengikuti kegiatan sembahyang. (Nurfitriani/Mojok.co)

Wayan Hermawan merasakan kemudahan saat mengajar di pasraman karena sudah mengenali karakter anak didiknya. Hampir semua siswa mulai disekolahkan sejak kecil. Kedekatan dengan wali murid sebagai sesama umat di pura juga memudahkan pemantauan perkembangan siswa.

“Hari ini di kelas saya beberapa siswa minta nilai, ada yang minta dikasih soal-soal, mereka berkumpul selesai upacara,” kata Wayan antusias. Seragam yang dikenakan berupa kaos berwarna dasar putih berlengan pendek dengan aksen beragam warna. Siswa SD berlengan merah, SMP lengan biru dan SMA lengan kuning.

Mengenai pembelajaran, Wayan mengaku ada tantangan untuk mengajar siswa yang masih TK. Diperlukan kesabaran dan kreativitas memilih metode pembelajaran agama yang tepat untuk anak usia dini. Menanamkan nilai spiritualitas Hindu untuk anak TK di Pura Jala Siddhi Amertha masih tergolong baru.

Sedangkan untuk Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) di pura ini merupakan cabang dari STAH Santika Dharma kampus Malang. Saat ini mahasiswanya masih belajar daring karena pandemi.

Belajar budaya dan makanan khas Bali

“Pura Jala Siddhi Amerta juga mengadakan kegiatan pelatihan menari dan gamelan. Diikuti oleh siswa pasraman dan para ibu-ibu serta bapak-bapak umat di pura. Kegiatan ini biasa dilakukan lebih intens saat menjelang ada upacara untuk tampil di acara tersebut,” tutur Endra.

Endra sendiri selain menjadi pengajar, juga bergabung dengan Karang Taruna Hindu Sidoarjo. Komunitas ini terlibat dalam mendukung kegiatan keagamaan dan sosial di tiga pura yang ada di Sidoarjo. Seringkali Karang Taruna Hindu mengadakan pelatihan kepemimpinan dan kewirausaahaan bagi anggotanya.

Suasana di dalam Pura Jala Siddhi Amertha. (Nurfitriani/Mojok.co)

Selain penataan yang asri dan artistik bernuansa bali, pura ini menyediakan kantin makanan dan kebutuhan sembahyang. Menu yang tersedia di sini antara lain babi guling, sate daging babi, sate lilit, lawar, botok, es daluman dan menu masakan bali lainnya. Selain makanan, ada juga sarana kebutuhan sembahyang seperti dupa, canang, baju sembahyang, kain dan buku-buku agama.

Berkunjung ke Pura Jala Siddhi Amertha bisa menjadi salah satu pilihan buat kalian yang ingin wisata religi di Sidoarjo. Suasana asri dan hening bisa ditengok di sini. Mengingat ini juga merupakan tempat ibadah, pengunjung harus mengikuti tata tertib pengurus di pura.

Reporter: Nurfitriani
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Modus Sindikat Jual Beli Bangku Kuliah di Pengruan Tinggi Negeri dan liputan menarik lainnya di Susul.

Exit mobile version