Fenomena Koin Jagat, Bukti Ekonomi RI Tidak Baik-baik Saja?

ilustrasi - pemburu koin jagat yang mencari peruntungan untuk mengubah nasib. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Salah satu warga Surabaya, Irul (35) kecewa dengan aplikasi Koin Jagat. Sudah berhari-hari dia mengikuti permainan mencari koin yang katanya bisa ditukar dengan uang itu, tapi tak kunjung hoki. Malahan dia kesal dengan warga Surabaya yang mencari koin dengan cara brutal, misalnya dengan merusak tanaman atau fasilitas umum.

Tak hanya Irul, saya melihat melihat orang-orang, dari yang tua sampai muda sibuk mencari koin di sepanjang jalan pusat kota Surabaya. Ada yang membungkukkan badannya, menyalakan senter dari gawai, meraba permukaan tanah, bahkan memanjat dinding, pohon, dan sebagainya.

Orang-orang berharap koin tersebut bisa menghasilkan keberuntungan. Berdasarkan aplikasi Koin Jagat, warga bisa mencari koin yang tersebar di taman-taman, alun-alun, atau tempat umum lainnya. Pemerintah Kota Surabaya sampai turun tangan untuk menjaga ketertiban umum.

Salah satu tempat berburu koin yang saya jumpai adalah Taman Prestasi, Surabaya. Di sana, saya melihat lebih dari 15 orang mencari koin. Irul (35) salah satunya. Saya jadi penasaran, mengapa banyak orang yang tertarik memainkan Koin Jagat?

Tergiur dengan hadiah uang

Saya bertemu Irul di Taman Prestasi, Surabaya pada Sabtu (16/1/2024). Pemuda yang tinggal di daerah Tugu Pahlawan itu berjalan lesu mendekati area parkir. Dia duduk terdiam di atas sepeda motornya.

“Dapat koin, Mas?” tanya saya yang mencoba basa-basi.

“Nggak e Mbak, padahal saya sudah mutar-mutar lebih dari tiga jam,” ujarnya.

Irul kemudian bercerita, mulanya dia tahu informasi soal Koin Jagat lewat media sosial TikTok. Dari sana dia mendapatkan informasi kalau koin yang ditemukan bisa ditukar dengan uang. Irul yang penasaran akhirnya mengunduh aplikasi tersebut.

Melalui aplikasi Koin Jagat, pengguna dapat mengidentifikasi keberadaan koin berdasarkan peta. Mereka harus menemukan koin dengan kode yang tertera. Setiap koin bisa ditukar dengan jumlah uang berbeda. 

Koin berwarna emas dan bisa menukarkannya dengan uang Rp100 juta, lalu koin berwarna perak senilai Rp10 juta, dan koin perunggu senilai Rp300 ribu hingga Rp1 juta. Maka tak heran, banyak orang yang tergiur.

“Saya awalnya nggak percaya, tapi kok di Jakarta sudah banyak yang katanya dapat terus bisa ditukar dengan uang,” ucap Irul, Rabu (15/1/2024). Tak hanya Surabaya dan Jakarta, Bandung juga demam Koin Jagat.

Warga memburu koin jagat di Taman Prestasi Surabaya. MOJOK.CO
Koin jagat yang ditemukan warga Surabaya. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE), Yusuf Rendy Manilet menilai jaminan penukaran koin itu menjadi salah satu faktor masyarakat menggandrungi Koin Jagat. Mereka berharap bisa mendapatkan timbal balik dari aktivitas sederhana yang mereka lakukan.

“Kombinasi mendapatkan insentif dan dorongan rasa penasaran merupakan kombinasi utama yang saya kira menjadi alasan, kenapa fenomena ini kemudian bermunculan di kota-kota besar,” ucapnya kepada Mojok, Kamis (16/1/2025).

Koin Jagat menjadi harapan warga miskin

Irul sendiri bekerja sebagai kuli pelabuhan di Surabaya. Kerjanya tidak pasti. Kadang-kadang kerjanya hanya satu hari dalam seminggu. Gajinya pun cukup tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.

“Sekarang saja harga barang banyak yang naik, seperti beras, minyak, sembako,” ucapnya.

Oleh karena itu, hadirnya Koin Jagat seolah memberikan dia harapan. Irul jadi tergiur mendapatkan uang hanya dengan mencari koin. Toh, dia punya banyak waktu kosong.

Selain itu, Irul melihat banyak orang mengetuk rumah-rumah warga di sekitar kampungnya. Mereka menawarkan pinjaman secara berkelompok. Tak sedikit juga tetangganya yang tergiur. Padahal, jika dihitung bunganya juga lumayan.

“Akhirnya mereka malah rugi, nggak ada modal lagi, lalu utangnya numpuk. Utangnya bisa sampai Rp1 juta ke atas,” kata dia. 

Sejumlah warga memburu koin Jagat di Taman Prestasi Surabaya. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Merujuk pada laporan Institute for Fiscal Studies, masalah utang cenderung konstan dialami oleh warga berpenghasilan rendah. Pinjaman yang eksploitatif dan berbiaya tinggi berhubungan erat dengan kemiskinan dan kesenjangan yang lebih besar. Akibatnya, dapat menjadi beban finasial, kesehatan dan psikologis.

Sementara itu, menurut Irul, gaya hidup masyarakat Surabaya sekarang makin tinggi. Misalnya saja untuk membeli makanan, beberapa orang memilih menggunakan aplikasi ojek online. Belum lagi kalau mereka ingin mengikuti tren yang mengeluarkan banyak biaya. 

Koin Jagat mengubah nasib warga miskin

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE), Yusuf Rendy Manilet menjelaskan fenomena Koin Jagat dapat diibaratkan seperti bermain lotre. Namun, sulit untuk mengambil kesimpulan bahwa fenomena ini berhubungan dengan kemiskinan, serta beban-beban yang ditanggung masyarakat saat ini.

“Memang ada penelitian yang menunjukkan orang yang bermain lotre berasal dari kelompok individu berpenghasilan rendah, artinya ada aspek kemiskinan di sana,” kata Yusuf.

Namun, dia berujar alasan kuat orang-orang mengikuti permainan tersebut ialah mengharapkan imbalan. Bisa jadi, kelompok individu yang berpenghasilan rendah ingin mengubah nasibnya melalui permainan semacam itu.

“Nah, saya kira fenomena ini mungkin bisa jadi acuan, artinya ketika orang tidak punya penghasilan mereka tentu akan mencari cara bagaimana mereka bisa meningkatkan penghasilan mereka dalam berbagai bentuk,” ujarnya.

Irul sendiri sudah berhenti bermain Koin Jagat. Dia mengaku kecewa karena sudah berhari-hari mencari koin tapi tak dapat. Selama tiga hari, dia mencari koin di berbagai titik, yakni Jalan Karet, Pasar Turi, Tugu Pahlawan, dan Taman Prestasi.

“Kalau dapat terus jadi kaya ya, alhamdulillah, kalau nggak ya sudah. Intinya saya kemarin begitu,” ucapnya.

Terlebih, dia sudah kapok mencari koin karena diusir petugas Taman Prestasi. Sebelumnya, dia tak tahu kenapa petugas begitu garang terhadap pemburu koin. Namun, akhirnya dia tahu kalau ada pemburu koin yang bertindak ngawur.

“Janganlah sampai merusak taman atau fasilitas umum. Ayolah, warga Surabaya ini juga harus menjaga kotanya,” ucapnya.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Taman Prestasi Surabaya, Tempat Berburu Jagat Koin Incaran dan Diburu Petugas Keamanan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Exit mobile version