Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kotak Suara

Yuk, Intip Isi Disertasi Rieke Diah Pitaloka: Kekerasan Negara Hadir Lewat Pendataan

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
9 Februari 2023
A A
disertasi rieke diah pitaloka mojok.co

Ilustrasi pengambilan data pribadi (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK – Rieke Diah Pitaloka akan merilis buku terbarunya dalam waktu dekat. Buku yang memuat hasil disertasi doktoralnya ini, mengungkap mekanisme pendataan yang simpang siur yang berujung pada kekerasan simbolik.

Politisi perempuan dari PDIP itu akan segera merilis bukunya yang berjudul Kekerasan Simbolik Negara: Kebijakan Rekolonialisasi. Buku ini merupakan hasil disertasinya berjudul “Kebijakan Rekolonialisasi: Kekerasan Simbolik Negara Melalui Pendataan Perdesaan”, yang telah diuji untuk promosi doktoralnya 2022 lalu.

Buku ini menghimpun temuan Rieke tentang kekerasan simbolik dalam pendataan perdesaan. Di dalamnya, ia menelusuri kesimpangsiuran data pemerintah yang diperoleh melalui mekanisme top-down, yang ternyata tidak terintegrasi antara satu lembaga dengan lembaga yang lainnya.

Parahnya lagi, data-data tersebut juga menunjukkan angka yang jauh berbeda untuk kategori yang sama. Padahal, menurut Rieke, data merupakan basis utama untuk menentukan kebijakan publik, khususnya untuk mencapai kesejahteraan warga desa.

Mekanisme Top Down Rugikan Rakyat

Rieke meminjam pandangan Pierre Bourdieu dan Nick Couldry dalam menganalisis temuannya itu. Menurut dua filsuf cum sosiolog ini, data yang diproduksi melalui mekanisme pendataan top-down dan tanpa melibatkan warga desa dipastikan telah menjadi bagian dari kekerasan simbolik, yang seolah-olah terjadi secara alamiah dan berulang.

Lebih lanjut, riset ini juga membuktikan bahwa model pendataan bottom-up yang lebih terintegrasi, terkoneksi, dan mudah divalidasi, dapat menghasilkan Data Desa Presisi (DDP) sebagai basis dari kebijakan publik.

Model pendataan perdesaan yang mengafirmasi keterlibatan warga desa dan menggunakan teknologi digital tersebut, menurut kesimpulan Rieke, dapat menjadi pengganti dari kekacauan data birokrat yang tak lebih dari pseudo-data yang menghasilkan pseudo-policy.

Pergeseran Bentuk Kekerasan Negara

Selain dikenal sebagai seniman, Rieke adalah politisi yang—dalam studinya—aktif meneliti topik kekerasan negara. Sebelum bikin disertasi, Rieke telah menulis tesis yang juga ia bukukan dengan judul Banalitas Kekerasan: Telaah Pemikiran Hannah Arendt tentang Kekerasan Negara (2010).

Dalam penelitiannya itu, ia mengomparasi bagaimana pola-pola kekerasan negara yang dilakukan Nazi Jerman juga terjadi di Indonesia semasa Orde Baru. Sementara dalam disertasinya ini, Rieke berangkat dari pertanyaan: apakah ketika Orde Baru runtuh, kekerasan negara masih ada, dan bagaimana polanya?

Alhasil, ia pun menemukan bahwa di era demokrasi kekerasan negara masih terjadi. Namun, bentuk kekerasan negara ini sudah tidak lagi secara terang-terangan, melainkan secara simbolik.

“Di era demokrasi, kekerasan itu telah bersembunyi di balik aturan yuridis alias undang-undang, yang mana undang-undang itu lahir karena adanya data yang dirujuk,” ujar Rieke, dalam podcast Unpacking Indonesia yang tayang di kanal Youtube Zulfan Lindan, dikutip Rabu (8/2/2023).

“Sementara data itu sendiri tidak tiba-tiba muncul. Ia terbentuk karena adanya pendataan, yang sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan, di mana setiap lembaga negara punya program pendataan,” sambungnya.

Data Bukanlah Sekadar Angka

Rieke menjelaskan bahwa mekanisme pendataan di perdesaan dapat menunjukkan bentuk kekerasan simbolik negara kepada warganya. Menurutnya, selama ini orang-orang menganggap bahwa data itu sekadar statistik.

Padahal, kata Rieke, di balik angka tersebut ada nasib dan harapan jutaan warga negara, mengingat dalam setiap pengambilan keputusan pasti para stakeholder mengacu pada data yang berupa angka tersebut. Jadi, seperti apa kebijakan akan diambil tergantung pada data yang diacu.

Iklan

“Tidak ada satu rupiah pun penganggaran negara untuk kebijakan, yang tidak mengacu pada data,” tegas Rieke.

Lantas, yang menjadi masalah berikutnya adalah kebanyakan pemangku kebijakan memakai pseudo-data. Warga dalam pendataan tidak dilibatkan. Alhasil, data-data tersebut tidak mampu merepresentasikan kebutuhan atau kondisi nyata masyarakat, maka hasilnya pun berupa pseudo-policy.

Dengan demikian, meminjam gagasan Bourdieu dan Couldry, itu menjadi bentuk kekerasan simbolik negara kepada warga. Karena, dengan pseudo-policy, yang lahir bukanlah kesejahteraan warga, melainkan hanya kesengsaraan, kemiskinan, dan penindasan secara struktural dan lumrah.

“Selain isu energi dan pangan, persoalan kedaulatan data menjadi sesuatu yang fundamental untuk sebuah negara,” tegasnya.

“Kalau tidak ada data yang akurat, bagaimana negara dapat mewujudkan visi bangsa?” kritik Rieke.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Amanatia Junda

BACA JUGA Banalitas Kekerasan di Mata Rieke Diah Pitaloka: Bagaimana Negara Memfasilitasi Kejahatan?

Terakhir diperbarui pada 9 Februari 2023 oleh

Tags: disertasikekerasan simbolikPemilu 2024pseudo-datarieke diah pitaloka
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Derita Mahasiswa S3 Sebelum Gila, Tertawakan Diri Sendiri Dulu
Esai

Mahasiswa S3 Tertawa di Koridor Kampus Bukan karena Bahagia, tapi Menertawakan Nasibnya Sebagai Pabrik Akademik dan Nasib Jurnal Ditolak 5 Kali

14 November 2025
Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, KKN Undip.MOJOK.CO
Kampus

Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, Semua Urusan Jadi Mudah Meski Suasana Bikin Tak Betah

14 Juli 2024
Komeng: Olok-Olok Rakyat Biasa untuk Menertawakan Politik MOJOK.CO
Esai

Komeng Adalah Bentuk Olok-Olok Paling Menohok yang Mewakili Lapisan Masyarakat Biasa untuk Menertawakan Politik

19 Februari 2024
bayi prabowo gibran di sumatera selatan.MOJOK.CO
Ragam

Kisah Bidan yang Membantu Persalinan Bayi Bernama Prabowo Gibran di Sumatera Selatan

16 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.