MOJOK.CO – Salip menyalip elektabilitas antara Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo sebagai capres di berbagai survei semakin ketat. Terbaru, Populi Center merilis data yang menununjukkan keunggulan Prabowo.
Lembaga survei Populi Center baru saja merilis hasil survei terkait elektabilitas calon presiden RI 2024 pada Senin (29/5/2023) kemarin.
Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto unggul atas pesaing terdekatnya, seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan eks gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Ketua Umum Partai Gerindra tersebut mendapat dukungan sebayak 22,8 persen. Ia unggul atas pesaing terdekatnya, Ganjar Pranowo sebesar 21,2 persen dan Anies Baswedan yang meraih dukungan 13,5 persen.
Bahkan dalam simulasi tiga nama, Prabowo masih melesat. Ia meraup elektabilitas sebesar 35,8 persen, unggul tipis atas Ganjar yang meraih 34,4 persen, dan jauh di atas Anies di posisi ketiga yang punya dukungan 21,5 persen.
Lantas, apa kunci yang bikin elektabilitas Prabowo melesat dalam survei ini?
Kunjungan ke elite adalah kunci
Peneliti Populi Center Rafif Pamenang Imawan menjelaskan, faktor utama yang bikin Prabowo unggul salah satunya adalah kunjungan-kunjungannya ke elite-elite partai dan ormas.
Seperti yang kita ketahui, sepanjang pekan kemarin Prabowo melakukan kunjungan ke sejumlah tokoh. Mulai dari mantan wapres Jusuf Kalla, ulama Habib Luthfi, Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka, hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Langkah tersebut yang sebenarnya agak terlambat dilakukan oleh Ganjar Pranowo dan PDIP sebagai kompetitor terkuat Prabowo,” ujar Rafif yang dihubungi Mojok, Senin (29/5/2023).
Ganjar dikatakan terlambat karena, menurut Rafif, Ganjar dan PDIP membutuhkan dukungan dari kelompok pemilih yang lebih beragam dalam pilpres nanti. Berdasarkan hasil survei Populi Center, Ganjar mendapat dukungan paling banyak dari masyarakat yang memilih PDIP (68,6 persen).
Sementara untuk Prabowo, meski segmentasi dukungannya juga paling banyak dari pemilih Gerindra, ia juga mendapat dukungan dari pemilih partai-partai besar. Seperti Partai Golkar (45,8 persen) dan PKB (39,2 persen).
“PDIP tidak boleh menggantungkan suara mereka, misalnya, ke PPP yang bukan menjadi parpol Islam terbesar, maupun ke parpol-parpol kecil lain seperti Hanura dan PSI,” kata Rafif.
“Mereka perlu membuka ruang dialog kepada parpol dan ormas lain untuk kemudian bisa memberi dukungan pada Ganjar. Ini yang sudah dilakukan Prabowo,” Jelasnya.
Jokowi effect
Lebih lanjut, Rafif juga memaparkan bahwa Prabowo cenderung mengakomodasi para relawan Jokowi. Hal ini terlihat, misalnya, pada Maret lalu ada klaim 30-50 kelompok relawan Jokowi siap mendukung Prabowo dalam Pemilu 2024 mendatang.
Terbaru, dalam pertemuannya dengan Gibran, para relawan Gibran (yang sebagian besar juga pendukung Jokowi) bahkan turut mendeklarasikan dukungan mereka pada pencapresan menhan tersebut.
Menurut Rafif, mengakomodasi relawan Jokowi juga bisa menjadi kunci kemenangan. Sebab, meski secara teknis Jokowi adalah kader PDIP, tapi ia juga mewakili suara masyarakat luas yang bahkan bukan kelompok pemilih PDIP.
“Sebagai pembanding, misalnya, SBY besar karena mendirikan partai, sementara Jokowi besar melalui kelompok-kelompok relawan,” kata Rafif.
“Sementara para kelompok relawan ini kemudian akan melihat siapa capres yang bisa mengakomodasi mereka, ataupun melanjutkan program-program dari Jokowi, dan itu yang akan mereka pilih,” pungkasnya.
Populi Center sendiri melakukan surveinya secara nasional pada periode 4 hingga 12 Mei 2023. Sampel responden tersebar secara proporsional di 38 provinsi di Indonesia, termasuk di empat daerah otonomi baru, yaitu Papua Tengah, Papua Barat Daya, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
Metode pengambilan data dalam survei ini melalui wawancara tatap muka (face to face interview) dengan 1.200 responden menggunakan metode acak bertingkat (multistage random sampling), dengan Margin of Error (Mo) +-2,83 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi