Laptop Merah Putih Memang Layak Dihargai Rp10 Juta. Nggak Setuju? Kamu Nggak Nasionalis, Ya?

Laptop Merah Putih Memang Layak Dihargai Rp10 Juta. Nggak Setuju? Kamu Nggak Nasionalis, Ya? MOJOK.CO

Laptop Merah Putih Memang Layak Dihargai Rp10 Juta. Nggak Setuju? Kamu Nggak Nasionalis, Ya? MOJOK.CO

MOJOK.COSiapa yang berani nggak mendukung proyek pemerintah bernama laptop Merah Putih? Jangan ngawur, ya. Ini laptop dengan spek paling luar biasa.

Sebagai bangsa yang hobi menggunakan tagline “Cintailah produk-produk Indonesia”, ada dua proyek super ambisius yang tengah digarap elite politik tahun ini. Pertama, tidak lain dan tidak bukan adalah garapan Vaksin Nusantara yang bisa diracik sendiri di hadapan anggota DPR. Kemudian yang kedua, Laptop Merah Putih yang katanya digarap untuk menyaingi MacBook.

Agar bisa menyaingi laptop besutan Apple, tentu saja perlu dana besar untuk bidang Research And Development. Jadi, yasudah, keluarkan saja dana Rp17 triliun untuk mewujudkannya. Lagian buat minta dananya tinggal ketuk pintu Bu Menkeu. Kalau kurang ya tinggal naikin tarif cukai rokok. Urusan selesai, proyek berjalan, walau kita tahu dugaan mangkrak itu besar sekali.

Berdasar berita yang beredar, proyek super ambisius laptop Merah Putih ini kabarnya bakal menghasilkan laptop dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri yang tinggi. Jadi, bukan cuma impor bahan-bahan dari luar negeri terus dirakit di Indonesia. Malah, kabarnya, laptop ini bakal digarap menggunakan prosesor buatan dalam negeri. Mantap kali.

Sampai saat ini, impian kayak gitu baru bisa dilakukan oleh Apple lewat Apple Silicon M1 ketika berhasil menggunakan chipset garapan sendiri. Bahkan brand laptop ternama sekelas ASUS saja masih menggunakan chipset bikinan Intel atau AMD karena belum mampu bikin sendiri. Sebagai sebuah cita-cita, ini jelas hal yang mulia. Meski kita sama-sama tahu, ini ibarat mereka yang non-muslim dan bukan Jawa bercita-cita jadi Presiden. Hampir mustahil.

Selain hardware, katanya software laptop Merah Putih mau pakai bikinan dalam negeri. Aduh, saya nggak tahu ini keinginan yang kebablasan atau tidak ya. Bahkan Huawei yang perusahaan gede sudah berdiri puluhan tahun belum berhasil bikin software sendiri. Ini kok ya kita bercita-cita bikin software sendiri, padahal software komputer masyarakatnya aja masih banyak yang pake bajakan. Masih oke kalau mau bikin aplikasi, tapi software? Ya mending bangun dari mimpi, deh.

Yah, saya akui, membuat laptop Merah Putih ini sebuah aksi yang mulia. Apalagi, sedari awal menjadi elite politik, Presiden Jokowi juga mendorong industri dalam negeri agar mampu membuat produk sendiri. Misalnya, mobil Esemka yang luar biasa nyata itu. Persoalan berhasil atau tidak, yang penting sudah didorong untuk maju. Entah gaib atau jadi bermanfaat ya itu urusan belakangan

Apalagi, bila benar-benar terwujud, laptop Merah Putih ini akan menjawab impian masyarakat Indonesia untuk punya laptop dengan spek tinggi berharga murah. Bisa saja Laptop Merah Putih ini menjadi “Xiaomi”-nya dunia perlaptopan dunia. Dengan harga yang katanya dimulai dari Rp5 hingga Rp10 juta, untuk hitungan laptop, harga yang ditawar tergolong menggiurkan. Tapi, bagaimana dengan spesifikasinya?

Nah, ini yang sedang membuat heboh jagat maya. Semalam nih beredar rincian spesifikasi laptop Merah Putih yang bakal digarap elite politik kita. Entah ini benar atau bukan, tapi kehebohan yang terjadi sukses menaikkan branding mereka. Sungguh strategi marketing yang luar biasa. Bahkan sebelum dibuat saja, brand laptop Merah Putih telah berhasil menarik minat konsumen Indonesia. Entah minat untuk membeli atau memaki.

Berbekal prosesor dengan dua core seperti Celeron N4000, RAM 4GB DDR4, HDD (IYA HARDDISK DRIVE BUKAN SSD) 32GB (IYA 32 GIGABYTE), dan monitor seluas 11 inci entah dengan panel apa, lalu terakhir menggunakan OS Chrome OS. Sebuah laptop yang luar biasa. Aduh, maaf, saya mau ketawa dulu.

Terlepas dari persoalan harga, banyak orang meragukan laptop dengan spek seperti ini bisa digunakan di Indonesia. Apalagi, laptop berjenis Chromebook itu harus selalu terkoneksi dengan internet dalam penggunaannya. Hal ini jelas berbanding terbalik dengan keadaan di Indonesia di mana ketersediaan internet belum benar-benar bisa merata, apalagi dengan kualitas yang lumayan. Lumayan aja belum, apalagi bagus.

Seandainya dibanderol dengan harga Rp5 juta, “kaum mendang-mending” tentu bakal lebih memilih membeli laptop ASUS yang walau masih pakai Celeron atau AMD A9 tapi setidaknya sudah pakai SSD 128Gb. Lantas, bagaimana bisa laptop dengan spek tadi bisa terserap oleh pasar? Apalagi dengan harga segitu?

Tentu saja proyek ini bisa sukses diserap pasar dengan kekuatan marketing paling luar biasa dalam sejarah Indonesia, yakni strategi memasarkan lewat ORANG DALAM. Ya namanya proyek negara, apalagi Kemendikbud, masa iya sekolah-sekolah nggak mau pakai… hehehe. Terserah sekolahnya sudah ada jaringan internet untuk siswa atau belum, yang penting ada laptopnya aja dulu. Terpakai atau tidak ya urusan belakangan, yang penting proyeknya berhasil berjalan.

Lalu untuk soal harga, banyak juga netizen yang mencibir padahal belum tahu nilai lebih dari laptop Merah Putih ini. Bahkan, seandainya dengan spesifikasi seperti di atas dihargai Rp10 juta, ada satu faktor penting yang membuatnya layak dihargai demikian. Apakah itu karena mark up anggaran proyek negara? Tentu saja bukan. Yang membuatnya menjadi mahal ya jelas brand Merah Putih yang melekat pada laptopnya.

Masa iya nama Merah Putih yang melekat ini nggak bisa dihargai mahal, kalian ini nggak nasionalis ya? Apa kalian ini komunis yang kerjanya protes melulu? Mau saya laporin Danrem setempat apa?

Ini proyek ambisius dan besar banget nilainya, masa iya akhirnya elite politik punya proyek beginian diprotes melulu. Tolong Opa Luhut, ini yang pada protes laptop Merah Putih ditangkepin aja, kalau perlu dibuang ke Papua via jaringan Kementerian Sosial.

BACA JUGA Thinkpad X1 Carbon, Laptop yang Bisa Memahami Jiwa Kemiskinan dan Banyaknya Cicilan dan ulasan proyek pemerintah lainnya di rubrik KONTER.

Exit mobile version