Asus Zenfone Max Pro M1 yang Sering Saya Sumpahi Malah Berjasa Ketika Bikin Video Klip Jono Terbakar

Asus Zenfone Max Pro M1 yang Sering Saya Sumpahi Malah Berjasa Ketika Bikin Video Klip Jono Terbakar MOJOK.CO

Asus Zenfone Max Pro M1 yang Sering Saya Sumpahi Malah Berjasa Ketika Bikin Video Klip Jono Terbakar MOJOK.CO

MOJOK.COAkhirnya, Asus Zenfone Max Pro M1 yang sering saya sumpahi malah berjasa. Berkat hape ini, video klip Jono Terbakar bisa selesai dan hasilnya memuaskan.

Sampai hari ini, saya masih nggak nyangka kalau kamera Asus Zenfone Max Pro M1 ada gunanya juga. Nggak cuma dipakai buat memotret sunset Embung Tambakboyo. Bukan karena saya nggak punya aktivitas lain yang lebih produktif, tapi memang hanya di momen itu, hasil gambar hape ini terlihat lebih lumayan.

Buat saya, nama hape ini aja udah terdengar nyebelin. Nggak praktis banget. Asus Zenfone Max Pro M1. Udah cocok bersanding sama PSBB, PPKM Mikro, Darurat, Level 3, Level 4. Hash! Saya bukan dukun bayi yang kadang jago memberi nama anak, bukan pula David Gadgetin yang ahli mengulas produk. Saya hanya orang yang beruntung dipercaya membuat video klip berbekal hape dengan spesifikasi kamera kentang. Jadi begini ceritanya.

Suatu malam, tepat pukul 00.00 WIB, sebuah pesan singkat mampir di WhatsApp saya.

“Kai, bantuin aku mau nggak?”

Seketika saya bersiap bangkit dari rebahan sebab pengalaman berkata: teman yang nge-chat malam-malam pasti minta dijemput. Kalau nggak ban bocor ya habis bensin. Sejurus kemudian, orang yang sama mengirimkan sebuah file.

“Ini lagu baruku. Nek gelem sesuk aku mbok dibantu nggawe video klip. Sesuk iki. Selo-selonan wae wkwk #raceto.”

Saya kira ada masalah darurat apa gitu sampai harus chat malam-malam. Saya cuma bisa nyengir. Nihan Lanisy atau lebih dikenal dengan nama panggung Jono Terbakar memang serandom itu. Nggak beda jauh sama aksinya di atas panggung.

Diminta bantuan salah satu musisi paling produktif di Jogja, tentu saja saya senang. Saya kira banyak orang yang mengantre untuk bisa berkolaborasi bareng penyanyi “Sepatuku Sporty” ini. Di sisi lain, saya bingung. Bantuan seperti apa? Bikinin konsep? Bantu ngerekam? Mau ngrekam pakai Asus Zenfone Max Pro M1? Jangan bercanda. Pokonya nggak jelas nih, setengah-setengah kayak kebijakan pemerintah terkait pandemi aja!

Yo kita sama-sama bingung wae. Ketemu wae njuk kita soting berbekal kepasrahan dan keadaan yang ada wkwk.”

Bajigur raceto tenan.”

Baiklah, malam itu juga, saya putuskan dengerin lagunya dulu. Duh, kok malah tambah bingung. Pertama soal lirik. Lirik lagu terbaru Jono Terbakar bertajuk “Minulya ini cukup unik. Meski di tiap barisnya berisi kalimat puitis, tapi antara bait satu dengan yang lain berbeda pokok bahasan. Kedua soal teknis. Meski berkecimpung di dunia audio visual, sebenernya saya nggak jago soal pengambilan gambar dan, yang nggak kalah bikin panik, saya nggak punya kamera.

“Udah pakai hape aja. Kalau masih nggak pede, nanti pakai nama anonim hahaha.”

Alih-alih lega, saya malah deg-degan mendengarnya. Pasalnya, saya tahu betul gimana kualitas gambar Asus Zenfone Max Pro M1 ini. Di kardus memang tertulis 16 MP untuk kamera belakang dan 5 MP untuk kamera depan. Namun, kenyataannya, gambar yang dihasilkan nggak sejalan dengan digit angka megapikselnya.

Pagi harinya, saya menghubungi beberapa teman. Berharap dapat pinjaman kamera, atau, syukur-syukur dapat juru rekamnya sekalian. Sayang, usaha saya gagal. Fokus seketika beralih. Gimana cara mengatasi kamera hape yang hasil gambarnya noise and shaky? Alhamdulillah ada aplikasi bernama Open Camera. Sebelum berangkat ke tempat Mas Jono, saya sempatkan mengulik aplikasi itu.

Singkat cerita, menjelang siang, saya berangkat menuju rumah Mas Jono Terbakar. Sesampainya di sana, Mas Jono dan istri sudah berada di depan rumah bersama mobil yang siap jalan. Saya disuruh memasukkan motor ke garasi dan ikut naik ke dalam mobil. Situasi ini jelas tak seperti yang saya bayangkan. Saya pikir kita bakal duduk berdua di ruang tamu, ngobrolin konsep. Mau di bawa ke mana saya? Perasaan semalam nggak ada obrolan soal perjalanan ini deh.

“Sori ya buru-buru, nanti aku jelaskan,” kata Mas Jono Terbakar.

Selepas menjemput Abdul dan Becik (dua anak Mas Jono), saya baru dijelaskan hendak ke mana. Ternyata cuma mau ambil roti di daerah Patangpuluhan, Kota Jogja. Asem og. Saya kira mau diajak ke lokasi syuting. Saya sudah berpikir jauh, menduga diajak ke sebuah tempat sakral seperti makam atau tempat-tempat lain, merujuk pada lagunya yang bernada gelap. Hadeeeh.

Dalam perjalanan, saya bertanya beberapa hal. Mulai dari lirik, proses rekaman, hingga konsep video klip yang hendak dicapai. Mas Jono Terbakar menjelaskan satu per satu.

Dari obrolan itu, saya mencoba menyimpulkan apa yang sebenarnya hendak dibicarakan di lagu ini: tentang kesadaran manusia yang seringnya datang belakangan. Oke, saat itu saya langsung kepikiran beberapa ide yang cocok untuk mendampingi lagunya. Tapi lagi-lagi saya dibuat keder. Mas Jono mau syutingnya saat itu juga dan rampung secepatnya.

Wew! Ini Jono Terbakar atau Roro Jongrang?

Konsep udah ada, tapi gimana caranya mewujudkannya sementara ruang dan waktu yang diberikan terbatas? Sekadar pengingat, saat itu saya sedang di mobil bersama keluarga yang hendak mengambil sebuah kue. Aku kudu piye.

Seketika saya mengaktifkan kamera Asus Zenfone Max Pro M1 yang sebetulnya menyedihkan itu lalu merekam apa saja yang ada di sekitar. Potret jalanan, kemacetan lampu merah, pengamen berkostum Captain America, Abdul kentut, perkelahian kakak beradik, tingkah polah bocah di minimarket, sampai wajah pusing Mas Jono dan Istri melihat anaknya sedang ribut. Semua saya ambil tanpa tahu mau diapakan gambar-gambar itu nantinya.

Sepulang “piknik” bersama keluarga Nihan Lanisy, saya meminjam laptop teman. Maklum, laptop saya sudah kelewat uzur untuk ngedit video. Nah, tantangan selanjutnya ialah gimana caranya menjahit gambar-gambar dari hape Asus Zenfone Max Pro M1 yang saya rekam secara spontan menjadi kesatuan cerita video klip?

Saya tonton ulang hasil rekaman tadi. Saya perhatikan lamat-lamat. Memang, kamera Asus Zenfone Max Pro M1 ini suram sekali.

Ah, saya mencoba menepikan dulu pikiran itu. Lewat potongan-potongan video itu, saya melihat bahwa interaksi manusia yang paling kuat terasa. Poin inilah yang menjadi titik tolak saya dalam merangkai cerita. Bagian itu saya pisahkan, sambung, beri efek, dan seterusnya hingga menjadi satu kesatuan. Treatment yang saya gunakan ini lebih lazim digunakan untuk bikin film dokumenter ketimbang video klip.

Begitulah hasilnya. Meski cukup jauh dari bayangan konsep awal, tapi saya senang dengan prosesnya. Bukti saya masih bisa berdaya di situasi serba terbatas bersama Asus Zenfone Max Pro M1 ini. Oh iya, ini kali pertama juga saya merekam dan mengedit sendiri karya audio visual. Terima kasih Youtube, tutorialmu sangat membantu. Dan yang paling melegakan tentu saja respons Mas Jono selaku klien.

Mantep tenan lho iki, dudu lip service.”

Kalau diingat, kocak aja gitu syuting video klip pakai hape yang sering saya sumpahi sendiri karena kameranya jelek. Tapi, mungkin kalau hape saya iPhone, video klip ini nggak bakal jadi. Lha wong saya nggak punya. WKWKWK.

BACA JUGA Asus ROG Phone 5: Hape Gaming Terbaik, Pembungkam Bacotan Player Noob dan Super Toxic dan kisah pengalaman seru bersama gadget kentang lainnya di rubrik KONTER.

Exit mobile version