Bikin SIM Online Pakai Aplikasi Digital Korlantas Bikin Ribet Orang Tua

Bikin SIM Online Pakai Aplikasi Digital Korlantas yang Bikin Ribet Orang Tua MOJOK.CO

Bikin SIM Online Pakai Aplikasi Digital Korlantas yang Bikin Ribet Orang Tua MOJOK.CO

MOJOK.COAplikasi Digital Korlantas untuk perpanjangan SIM online masih agak ribet, khususnya buat orang tua gaptek dan nggak ada yang mendampingi.

Ketika pandemi sedang tinggi-tingginya, adanya SIM online patut disyukuri. Nggak perlu keluar rumah. Namun sayangnya, prosedur di dalam layanan online itu lumayan bikin ribet orang tua. Selain itu, kalau bisa, biayanya dikurangi sedikit, dong.

Jadi gini. Beberapa waktu yang lalu, SIM ibu saya sudah mau habis ketika jumlah kasus baru harian Covid-19 meningkat drastis. Ketika googling pakai hape saya, beliau menemukan informasi soal SIM online. Ibu agak lega karena nggak perlu antre. Saya membantu ibu mengunduh aplikasi Digital Korlantas dari Google Play Store.

Aplikasi SIM online yang “mengayomi” pengguna ponsel jadul

Aplikasi untuk SIM online yang diunduh ibu menggunakan Lollipop 5.0. Artinya, fasilitas perpanjangan SIM online ini masih terbuka bagi mereka yang menggunakan ponsel keluaran 7 sampai 8 tahun yang lalu. RAM cuma 2 GB pun masih oke. Ramah untuk semua golongan.

Satu hal yang penting adalah kamu perlu menyiapkan memori sekitar 93 MB. Meskipun Google Play Store menuliskan ukurannya hanya 34 MB (saat saya menulis artikel ini), setelah perpanjangan SIM selesai dilakukan, bobot untuk aplikasinya saja membengkak hingga 65 MB dan selebihnya dibutuhkan terkait data dan cache.

Perlunya integrasi fitur perpanjangan SIM online dengan aplikasi tes kesehatan dan psikologi

Setelah membuat akun, ibu saya menggunakan fitur verifikasi dokumen secara digital. Sayangnya, SIM tidak terdeteksi dan diminta datang ke Satpas atau Satuan Penyelenggara Administrasi SIM. Hmm… singkatan dalam singkatan. Khas banget. Hehehe….

Nah, karena SIM yang lama tidak terdeteksi, ibu juga perlu melakukan verifikasi NIK. Sayangnya, ibu saya mengalami kendala di mana verifikasi NIK untuk SIM online yang melibatkan live selfie beberapa kali eror sebelum akhirnya berhasil. Setelah nantinya kita menyelesaikan tes psikologi dan tes kesehatan, SIM lama akhirnya bisa terdeteksi.

Gimana ya, emak-emak gaptek tentunya membutuhkan proses yang simpel dan straightforward kalau soal teknologi, salah satunya bikin SIM online. Sayangnya, setelah masuk ke submenu “Perpanjangan SIM”, ibu saya membaca bahwa beliau harus lulus tes kesehatan dari aplikasi erikKes dan tes psikologi dari aplikasi epPsi dengan ukuran tulisan yang terlalu kecil untuk mata orang tua.

Dua aplikasi ini sebenarnya tersedia sebagai submenu dari menu “SIM” dan tersedia tautan menuju ke sana dari informasi awal yang diberikan oleh submenu “Perpanjangan SIM”, tetapi mengapa tidak dibuat user experience yang lebih memudahkan? Khas banget, ya. Kalau bisa ribet, ngapain dibuat simpel.

Seharusnya, kalau mau bikin SIM online, bisa dibuat prosedur seperti ini: misalnya pengguna ditanya apakah sudah melakukan tes tersebut. Jika iya, sistem akan melakukan verifikasi hasil tes, kemudian melaju ke tahap berikutnya.

Jika belum, pengguna diarahkan ke aplikasi untuk melakukan tes. Ke depannya, saya harap ini bisa diwujudkan oleh Korlantas Polri untuk mengurangi banyaknya pengguna yang harus mengulang karena tidak sadar akan perlunya hasil 2 tes tersebut.

Perlu diketahui juga bahwa aplikasi erikKes dan e-PPsi merupakan browser-based app yang terpisah dari aplikasi Digital Korlantas. Sekilas kita akan diimbau untuk menginstal aplikasi e-PPsi demi kemudahan, tetapi tidak ada respons ketika diklik logonya dan mungkin hal ini masih dalam tahap pengembangan.

Di setiap aplikasinya, pengguna perlu membuat akun dan melakukan verifikasi live selfie yang lagi-lagi tidak langsung berhasil. Betul jika verifikasi live selfie harus dilakukan untuk mencegah tes dikerjakan oleh orang lain, tetapi akun untuk ketiga aplikasi kan bisa dibuat terintegrasi?

Selebihnya, menggunakan kedua aplikasi itu memberikan pengalaman yang cukup berbeda. Tes kesehatan melalui e-RikKes yang tampilannya didominasi oleh warna hijau itu berlangsung cukup cepat dan simpel dikerjakan. Sementara itu, tes psikologi melalui e-PPsi yang tampilannya didominasi oleh warna merah cukup menguras waktu dan pikiran.

Ibu saya harus menjawab lebih dari 500 soal e-PPsi. Tujuannya untuk menguji kemampuan kognitif, motorik, psikis, dan penglihatan untuk berpikir dan mengambil keputusan secara cepat dan akurat. Semua soal itu harus dikerjakan kurang dari 1 jam! Edan, soal sebanyak itu, lho!

Kamu nggak perlu mengunduh hasil kedua tes setelah dinyatakan lulus karena otomatis terintegrasi dengan aplikasi digital Korlantas Polri untuk pembuatan SIM online.

Live selfie untuk menggantikan pasfoto? Mengapa tidak!

Setelah lulus dari kedua tes, ibu saya kembali lagi ke aplikasi Digital Korlantas dan menemukan informasi lainnya bahwa dibutuhkan pasfoto berlatar biru dengan resolusi 480×640 piksel. Bikin SIM online malah bikin ribet orang tua saja.

Permintaan pasfoto 480×640 piksel memang sekali nggak asing buat saya. Itu mirip resolusi VGA dengan orientasi portrait yang bisa diperoleh dengan melakukan kompresi file full resolution untuk pasfoto berukuran 3:4. Gimana buat emak-emak gaptek? Ya jelas bingung!

Karena cukup malas melakukan kompresi, saya meminta ibu untuk mengirimkan foto full resolution tersebut mentah-mentah. Untung saja, pengajuannya tidak ditolak. Jika sebenarnya Korlantas memang tidak strict dengan resolusi VGA ini, saran saya cukup menuliskan bahwa pasfoto yang diunggah memiliki aspect ratio 3:4, minimal beresolusi 480×640, dan ukuran file-nya wajar. Jadi, pengguna tidak perlu repot-repot melakukan kompresi.

Hal yang lebih baik lagi, mengapa tidak disediakan pilihan untuk melakukan live selfie secara langsung sebagai alternatif? Korlantas bisa langsung memastikan resolusi kamera pengguna memadai dan mengatur aspect ratio 3:4. Jadi, jumlah aplikasi yang dikembalikan terkait kesalahan pasfoto bisa dipangkas.

Bagaimana dengan warna biru sebagai latar belakang? Bisa meminta pengguna untuk berdiri di tembok berwarna biru, lebih baik lagi jika bisa menerapkan fitur virtual background seperti yang digunakan di aplikasi Zoom atau Microsoft Teams. Pilihan kedua memang lebih sulit, tetapi sangat membantu bagi mereka yang tidak menemukan tembok berwarna biru ketika mau perpanjangan SIM online.

Informasi kontak darurat yang tidak sepenuhnya bisa diperbarui

Untuk berjaga-jaga, ibu saya melakukan screenshot atas beberapa tahapan penting. Saya terkejut melihat informasi kontak darurat terkait nama dan hubungan dengan pemilik SIM yang tidak bisa diperbarui.

Informasi sebelumnya pun diisi secara asal, masing-masing hanya berupa satu atau dua karakter tanpa makna. Hal yang bisa diperbarui adalah alamat dan nomor hape si kontak darurat. Bagaimana jika kontak darurat ini hilang, meninggal, atau karena suatu hal tidak lagi berhubungan baik dengan pemilik SIM?

Biaya perpanjangan SIM boleh dipotong lagi, Pak Polisi?

Tes kesehatan melalui erikKes tidak dibebankan biaya, sedangkan tes psikologi melalui epPsi dikenakan biaya sebesar Rp27.500 dan hanya dapat dibayar melalui akun virtual BNI.

Perpanjangan SIM online dikenakan tarif Rp80.000 dan tambahan biaya layanan sebesar Rp10.000, sama seperti memperpanjang SIM secara luring (offline). Ini biaya kalau kamu mau ngambil sendiri SIM-nya setelah jadi. Ini aneh, ngapain bikin SIM online kalau di masa pandemi ini masih harus ngambil sendiri.

Di sinilah biayanya agak mengagetkan. Untuk pengguna di Jakarta, kamu harus membayar Rp24.400 untuk pengiriman biasa (dengan estimasi pengiriman 2 hari) atau Rp33.400 untuk pengiriman ekspres.

Pembayarannya dilakukan bersamaan dengan tarif dan biaya layanan perpanjangan SIM, tetapi terpisah dengan tes psikologi melalui epPsi. Menurut situs Cek Tarif, biaya pengiriman standar di Jakarta cuma Rp9.000 dan ekspres Rp16.000.

Saya penasaran, untuk apa selisih Rp17.400 itu? Buat biaya pengemasan, asuransi pengiriman, atau keduanya?

Satu lagi, ketika BUMN kita memiliki sistem e-money bernama LinkAja, mengapa biaya perpanjangan SIM harus dibayar melalui akun virtual BNI? Ini berarti, mereka yang bukan nasabah BNI akan dikenakan biaya transfer 2 kali (masing-masing untuk tes kesehatan dan biaya perpanjangan SIM itu sendiri).

Jika menggunakan LinkAja yang sudah tergabung dalam sistem QRIS, kan pengguna GoPay, OVO, atau Shopee Pay juga bisa membayarnya langsung dari akun mereka tanpa biaya. Kebetulan di kasus ibu saya yang bukan merupakan nasabah BNI, total biaya yang harus dikeluarkan berikut biaya transfer antarbank sebesar Rp154.900.

Untungnya, proses bikin SIM online nggak lama

Ibu saya menyelesaikan pengajuan dan membayarnya pada hari Rabu pukul 8 malam. Kamis esok harinya, tepatnya pukul 3 sore, kami mendapatkan notifikasi bahwa pengajuan sudah diproses. Hari Sabtu pukul 9 pagi, masih di pekan yang sama, SIM sudah selesai dan diserahkan kepada Pos Indonesia untuk dikirim. Cepat bukan?

Demikian pengalaman ibu saya memperpanjang SIM online. Tidak perlu keluar rumah, segalanya selesai dengan cepat dan bisa dilakukan kapan saja. Hanya saja, ada fitur-fitur yang terasa lebih baik dan memudahkan jika diintegrasikan. Biaya yang lebih terjangkau? Tentu sangat diharapkan.

BACA JUGA Mempertanyakan Kenapa Ada Kewajiban Perpanjang SIM dan Kalau Telat Harus Bikin Baru dan ulasan aplikasi lainnya di rubrik KONTER.

Exit mobile version