Tanya
Halo, Mojok!
Ini pertama kalinya saya mengirimkan tulisan ke Mojok dan kebetulan tulisan saya ini sebetulnya adalah bentuk dari keresahan saya sebagai orang tua.
Jadi begini. Saya adalah orang tua dari seorang anak laki-laki yang saat ini berusia 6 tahun. Sebut saja anak saya ini namanya Bagas gitu biar gampang. Secara umum, Bagas tidak jauh berbeda dengan anak-anak seusianya. Prestasinya di sekolah cukup bagus meskipun nggak bagus-bagus amat. Dia juga memiliki teman yang cukup banyak dan tergolong sebagai anak yang aktif di sekolah.
Namun ada satu permasalahan yang membuat saya agak khawatir dengan masa depan Bagas. Bagas sangat suka bermain gadget, bahkan terkadang terkesan berlebihan. Memang saya memberikan akses gadget pada Bagas. Saya juga sudah menetapkan batas-batas penggunaan gadget yang wajar. Namun belakangan Bagas terkesan semakin ketagihan bermain gadget.
Pertanyaan saya, apakah keputusan saya memberikan akses gadget pada Bagas itu sudah tepat? Ataukah saya sebaiknya melarang Bagas menggunakan gadget sama sekali? Jika Bagas diperbolehkan menggunakan gadget, bagaimana cara saya mengatur penggunaannya sehingga tidak mengganggu aktivitas Bagas sebagai anak. Terima kasih atas jawabannya. Semoga Mojok semakin berkibar dan dicinta pembacanya.
Jawab
Gadget sudah menjadi barang yang tidak mengenal status dan usia. Semua kalangan kini telah memegang teknologi yang sama dan perkembangan ini sudah sulit untuk dibendung. Termasuk pemaparannya kepada anak-anak. Seberapa besar pun usaha orangtua untuk menjauhkan anaknya dari gadget, nyatanya dalam kehidupan sehari-hari, hal ini tetap tidak mungkin untuk dilakukan.
Kami memahami kegusaran Anda sebagai orang tua dengan anak yang sudah aktif menggunakan gadget. Di satu sisi Anda merasa bahwa, Anda tidak dapat menjauhkan anak dari gadget, tapi di sisi lain, kedekatan anak dengan gadget dirasa menjadi ancaman untuk perkembangan anak. Melarang anak secara total malah berakibat anak di-bully karena dibilang kudet (kurang update) oleh teman-temannya. Situasi ini memang terasa seperti buah simalakama.
Sejatinya, tidak ada yang salah dari mengenalkan anak dengan gadget. Jika penggunaannya dalam pengawasan yang tepat dan digunakan dengan aturan yang jelas maka gadget juga bisa mendukung perkembangan anak. Meski dirasa banyak menimbulkan dampak negatif, gadget juga bisa memberikan dampak positif. Gadget bisa membantu anak belajar mengenal banyak hal, memperbanyak kosakata, mengenal suara dan meningkatkan skill membaca. Gadget juga bisa membantu meningkatkan kemampuan visual anak. Benda-benda yang terlihat lewat layar gadget biasanya tampak lebih jelas dan detail sehingga bisa melatih kemampuan visual anak untuk lebih jeli dalam melihat gambar.
Toh, pada akhirnya, gadget menjadi barang yang berada di sekitar anak dan ini memunculkan rasa keingintahuan anak untuk ikut menggunakan. Terlebih jika ia sering melihat orang tuanya menggunakan. Karena pengaruhnya memang sudah tidak terhindarkan, maka ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan sebagai orang tua untuk tetap dapat memaksimalkan fungsi gadget demi kebaikan perkembangan anak. Beberapa cara tersebut adalah:
1. Kenalkan Gadget Sebagai Media Belajar, Bukan Media Bermain
Sering kali demi kepentingan “Wah dikasih gadget anak saya jadi diam, jadi saya bisa mudah beraktivitas” atau “anak saya kalau dikasih gadget jadi nggak nangis lagi”, orang tua melupakan dan membiarkan anak menguasai gadget dan lebih banyak digunakan untuk bermain game. Hal ini menanamkan pemahaman pada anak bahwa gadget adalah media bermain, yang terkadang dimainkan anak tanpa pengawasan dari orang tua. Tidak sedikit orang tua dengan anak yang sudah aktif menggunakan gadget, tidak memahami apa aktivitas yang dilakukan anak dengan gadget-nya. Orang tua bisa saja paham anaknya bermain game, tapi tidak memahami game apa yang dimainkan anak. Apakah game itu bisa mendatangkan pembelajaran atau sekadar permainan biasa.
Hal ini yang harus diubah. Game yang diberikan ke anak di gadget-nya juga bisa dipilih. Ada banyak game edukatif yang tersedia dan bisa dimanfaatkan untuk membuat waktu anak dengan gadget-nya lebih bermanfaat.
2. Ajari Anak Disiplin dengan Pembatasan Waktu Penggunaan Gadget
Membatasi waktu anak adalah cara yang banyak digunakan orangtua untuk mengatur penggunaan gadget anak. Menurut American Academy of Pediatrics, anak berusia 2-5 tahun tidak diperkenankan untuk menatap layar gadget lebih dari satu jam setiap harinya.
Akan tetapi, yang sering menjadi tantangan adalah bagaimana anak (dan orangtua sendiri) bisa patuh terhadap aturan yang sudah ditetapkan. Tidak jarang orangtua bersikap permisif terhadap aturan yang telah dibuat. Hanya karena anak tidak mengizinkan gadget untuk diserahkan kepada orangtua, orangtua kemudian membiarkan. Hanya karena anak kemudian menangis saat gadget-nya diambil, orangtua kemudian menunda pengambilan gadget dari tangan anak.
Penegakan disiplin memang membutuhkan cara-cara yang tegas. Baik terhadap anak, maupun dari sisi orangtua sendiri. Jika memang anak sudah sampai pada jangka waktu yang sudah ditentukan dalam menggunakan gadget, maka orangtua juga harus tegas menarik gadget tersebut dari tangan anak.
Ajari anak untuk memahami bahwa penggunaan gadget untuk waktu yang lama akan memberikan dampak negatif. Gunakan bahasa yang mudah dipahami anak sehingga anak memahami mengapa Anda menetapkan aturan pembatasan waktu penggunaan.
3. Dampingi Anak Saat Menggunakan Gadget
Jangan gunakan gadget sebagai media pengalih peran Anda sebagai orangtua yang harus mendampingi anak. Anak yang diberikan gadget mungkin tampak diam dan asyik dengan gadget-nya sehingga memudahkan Anda untuk beraktivitas. Minimnya pengawasan bisa memberikan pengaruh buruk pada anak, karena Anda tidak memahami apa yang dilakukan anak. Anak bisa terpapar dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan usianya. Sesederhana game yang mungkin mengharuskan anak untuk melakukan kekerasan demi “naik level” atau cara lainnya. Tentu hal ini butuh pendampingan orang tua.
4. Penggunaan Gadget Juga Bisa Menjadi Sarana Bonding dengan Anak
Dengan menggunakan gadget sebagai media belajar ditambah Anda sebagai orangtua ikut mendampingi saat penggunaannya, maka ini juga bisa menjadi momen Anda untuk bonding dengan anak. Anak yang aktif menggunakan gadget memiliki potensi kualitas bonding yang buruk dengan orangtua karena kurangnya interaksi. Akan tetapi, hal ini bisa dijembatani jika orangtua ikut mendampingi dan tetap berinteraksi dengan anak saat ia sedang beraktivitas dengan gadget-nya.
5. Aktifkan Kids Mode Saat Anak Sedang Bersama Gadget-nya
Teknologi juga memahami bahwa penggunanya bisa jadi anak di bawah umur. Fitur kids mode yang tersedia di gadget bisa Anda aktifkan ketika anak sedang menggunakan gadget. Fitur ini bisa ditemukan di pengaturan Google Play dan browser gadget Anda. Fitur ini akan menjaga anak untuk tidak sembarangan melakukan pengunduhan atau membuka laman website yang tidak sesuai dengan usia.
6. Tetap Kenalkan Anak Mainan Nongadget
Mainan tradisional seperti petak umpet, kelereng, congklak, atau bahkan Lego dan plastisin adalah jenis mainan yang bisa dikenalkan pada anak. Permainan tadi selain dapat melatih motorik kasar dan halus pada anak, juga membuat fisik anak ikut beraktivitas. Hal ini jika dibandingkan dengan interaksi anak dengan layer gadget, hanya mengandalkan sentuhan dan hanya berdiam diri di satu tempat untuk waktu yang lama. Permainan jenis tadi juga mengajak anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar tempat dia bermain. Bisa dengan teman sepermainannya ataupun orangtua yang mendampingi.
Demikian adalah beberapa kiat yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan dampak positif penggunaan gadget pada anak. Melarang gadget pada anak juga bukan menjadi jalan keluar karena anak memang tumbuh dengan rasa keingintahuan yang tinggi. Yang bisa dilakukan orangtua adalah memfasilitasi anak untuk bisa mendapatkan manfaat terbaik dari penggunaan gadget.
Siapkah Anda sebagai orangtua untuk memfasilitasi anak?
*Ayunda Zikrina, Pemimpin Redaksi Pijar Psikologi
_____________________________________________________________________________
Punya masalah psikologis yang ingin dikonsultasikan? Tim Pijar Psikologi siap menjawab semua keresahan, kegelisahan, dan kebrutalan hidup kalian dengan serius (iya, seriusan).