Ribetnya Start Up Unicorn dan Klaim 1000 Start Up Ala Jokowi - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Konsultasi Celengan

Ribetnya Start Up Unicorn dan Klaim 1000 Start Up Ala Jokowi

Haryo Setyo Wibowo oleh Haryo Setyo Wibowo
22 Februari 2019
0
A A
starup-unicorn-mojok
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Selama ini kita ngomongin start up unicorn atau yang online-online itu cuman sekadar di permukaan. Padahal, unicorn tuh ribet! Terus, gimana dong cita-cita bikin 1000 start up ala Jokowi? Apa masih mungkin?

Sahabat Celengers yang mengeluarkan modal saja belum tapi takut rugi, 

Berita di media daring dan pembicaraan di media sosial hari-hari ini dipenuhi hal yang tidak pernah kita perkirakan 5 tahun lalu, tahap lanjutan hasil revolusi digital. Ini tidak akan menguliti debat capres, juga tidak akan menyentuh persoalan politik. Tetapi begitu debat capres yang kedua usai, orang berlomba-lomba merasa tau yunikon. Eh, maksudnya unicorn yang onlen-onlen itu? Ya, benar. Tapi seberapa paham?

Dari teks yang dibacanya, juga dari omongan yang didengarkan, kemungkinan orang hanya sampai pada pengetahuan umum bahwa unicorn merupakan perusahaan rintisan yang mempunyai valuasi ekuivalen atau lebih dari 1 milyar USD. Aileen Lee, seorang pendiri perusahaan modal ventura menjadi pencetus istilah unicorn tersebut.

Istilah seumuran anak TK tersebut dalam tempo singkat, kurang dari seminggu saja, menjadi istilah yang sungguh semenjana.

Baca Juga:

7 Istilah Dunia Kerja yang Arti Kulturalnya Ngehe 

Pilihan Mobil Ji-pyeong ‘Start-Up’ dan Jungpal ‘Reply 1988’ yang Bikin Keduanya Jadi Bucin

Jalan Cerita Serial ‘Start-Up’ Mengganggu Penonton Drakor? Lho, Justru Itu yang Bikin Gayeng

Kita, para semenjana ini seolah memaksa paham seluk beluk kata tersebut dari A-Z. Padahal apa yang kita ketahui sangat mungkin baru kulitnya saja. Bagaimana tidak, pengetahuan tersebut memang pada awalnya sebenarnya untuk investor.

Misal Go-Jek, awalnya menurut kita sepele dan hanya sekadar mengembangkan cara mempertemukan pengguna jasa dan drivernya, dianggap ancaman oleh perusahaan transportasi konvensional, dan tidak akan pernah keluar dari bisnis intinya ride-sharing dan usaha hantaran.

Ya, benar bahasa kerennya karena sudah tiba masanya perusahaan rintisan (start up) mendisrupsi model bisnis konvensional, seperti sering diucapkan Rhenald Kasali. Tapi bisa jadi Rhenald sendiri tidak akan menduga bisnis ini kelak akan lebih hidup dan meraksasa dari layanan jasa finansial digitalnya. Tidak menduga bahwa penggunaan aplikasi untuk kemudahan pemesanan dan tarif yang lebih murah hanya sasaran antara saja.


Siapa yang akhirnya mempunyai penciuman tajam terhadap ke-unicorn-an perusahaan rintisan tersebut? Ya, para pemodal ventura dari luar negeri seperti yang diungkapkan Tante Aileen Lee! Jangankan kita yang baru kenal istilah tersebut. Para pemodal ventura lokal saat itu pun masih plonga plonga. Mereka tau ada istilah unicorn, tapi tidak menduga kalo perusahaan rintisan seperti Gojek akan seunicorn itu.

Sahabat Celengers yang menabung pun sulit tetapi selalu memikirkan investasi,

Ceruk pasar yang terbuka lebar merupakan potensi bisnis yang luar biasa. Pinternya investor asing, itu digunakan sebagai pintu masuk untuk menggeret dan menggerebek bisnis konvensional di Indonesia.

Kok mau mereka mengguyur perusahaan yang “hanya mengorganisir para pengojek” dalam jumlah besar? Kok bisa mereka terus “membakar uang” untuk menyubsidi para pengguna jasa perusahaan tersebut?

Kita terlambat menyadari, lalu lintas pembayaran lah yang diincar begitu para pemodal ventura masuk! Mereka pasti paham sepenuhnya, begitu tranportasi publik membaik, begitu kelak kebijakan pemerintah menganggap ride sharing menjadi masalah sosial, mereka sudah menguasai sistem layanan finansial. Betul, inilah khas pengamat Indonesia, melaporkan setelah kejadian. Bukan sebelum kejadian hahaha.

Untuk hal yang mendasar saja, seperti jika kalian menginginkan usaha kuliner, tetapi menghadapi masalah klasik; tidak memiliki tempat usaha dan memiliki keberanian untuk bertatap muka dengan pembeli. Mereka dapat menjembatani keinginan tersebut agar terwujud selama kita memiliki dapur untuk memasak.

Mereka secara efektif mengantarkan daftar menu usaha kuliner kalian ke hadapan manusia-manusia lapar yang melata 24 jam. Tidak perlu kalian menempelkan terima pesanan “udang bakar madu milenial” di tiang-tiang listrik, tidak perlu membayar orang untuk menghantarkan, tidak perlu bersolek biar kelihatan kece di depan para pelanggan, tidak perlu pajang foto selfie. Cukup daftar menjadi mitra dengan syarat cukup mudah, tau-tau banjir order! Tentu saja kalau masakan kita memenuhi selera pasar.

Sebagai konsumen, kita pun tidak pernah menduga sebelumnya, bayar gado-gado di kaki lima cukup mengarahkan gawai kita untuk menangkap kode QR  yang tertempel di gerobak Bang Jojo. Tentu, makan bubur di Mas Wowo pun demikian. Berikutnya tinggal klik, bayar menggunakan Gopay. Dompet digital kita, tanpa perlu gesek kartu tanpa perlu mengantongi dompet kulit yang sudah menyerupai krecek!

Bayangkan, bank tidak memikirkan itu sebelumnya. Mereka sangat percaya diri dengan infrastruktur yang berbiaya mahal. Untuk pemberian fasilitas kepada merchant (pedagang), mereka mensyaratkan potensi transaksi dengan besaran tertentu, setumpuk dokumen dari ijin usaha hingga sertifikat kepemilikan tempat, dan kelangsungan usaha. Ribet!

Implikasinya, kondisi tersebut memaksa bank, secara umum, tidak akan pernah menganggap layak seorang penjual makanan kaki lima yang entah rumahnya dimana, omzetnya berapa, dan besok masih jualan apa tidak, kemudahan dalam pemasangan mesin edc. Tidak akan pernah ada ceritanya fasilitas tersebut terpasang!

Dompet digital memang terlihat futuristik jika disandingkan kartu kredit maupun debit. Bank memang tidak akan mati karena aturan pemerintah mensyaratkan para pelakunya memiliki rekening bank. Tetapi kalau tidak adaptif terhadap perkembangan, bank akan terbenam pelan-pelan karena beberapa layanan bisnisnya yang selama ini memberikan keuntungan yang tidak sedikit, digerogoti perusahaan rintisan yang memberikan layanan jasa finansial secara digital.

Sebentar, kok ini nuansanya jadi advetorial untuk Gojek ya? Padahal ada 3 unicorn lain yang tak kalah mentereng, tak kalah besar potensi bisnisnya, dan tentu saja menghidupi banyak orang dari pegawai hingga mitranya. Para pendirinya tidak perlu disebut, mau aplikasi Om Zaky diberi rating 1 pun, lajunya sudah tak tertahankan. Kekayaannya sudah cukup untuk hidup mewah.


Sukses fenomenal tersebut tak urung membuat presiden menggemakan gerakan nasional 1.000 start up agar bisa mengekor kesuksesan 4 unicorn yang telah ada. Apa kalian sudah membayangkan kalau ada 10 unicorn lagi?

Sebelum menjawab penting tidaknya gerakan 1.000 start up, apakah kalian tau asal muasal unicorn yang disebut Aileen Lee juga filosofinya?

Begini, nama hewan dalam mitologi tersebut dipilih untuk menggambarkan ketidakmungkinan yang menjadi nyata tapi langka. Tante Aileen sendiri sebenarnya kesulitan merumuskan istilah tersebut, sudah tepat atau belum. Dia hanya mendasarkan pada fakta bahwa hanya sedikit atau sangat langka perusahan rintisan yang dibantu permodalan ventura, memiliki valuasi di atas US$1 milyar.

Ada satu peristiwa yang sebenarnya pas kalau dikaitkan dengan pengucapan Pak Jokowi tempo hari dan berpotensi menggantikan istilah unicorn. Satu saat seorang dosen fakultas ekonomi bertanya balik pada seorang mahasiswa yang menanyakan bagaimana kiat-kiat menjadi pengusaha sukses.

“Apa syarat mutlak usaha yang kita lakukan berhasil, Pak?”

“Jawab dulu pertanyaanku. Seberapa yunik, Kon?

Kalimat dalam dialek jawatimuran tersebut jika ditransformasikan menjadi satu kata, yunikon, akan kompatibel dengan pengucapan manusia berlatar belakang bahasa mana pun. Dalam dunia bisnis seberapa unik kita (kreatif dan inovatif) lebih sering menjadi penentu keberhasilan. Terukur, tidak menggantungkan pada keberuntungan. Itu yang dijual Zaky dan para pendiri perusahaan rintisan lainnya.

Sekarang terkait gagasan 1000 start up. Apa mungkin?

Ya mungkin saja, apalagi penetrasi internet Indonesia sungguh luar biasa. Tetapi dari berbagai sumber yang ada, perusahaan rintisan bukan jenis usaha yang mudah hidup seperti lumut di musim hujan. Tidak murah, dan relatif tinggal menyisakan remah-remah untuk para pemuda yang ingin sukses seperti ZZ, Zuckerberg dan Zacky. Karena menurut statistik, dari 10 perusahaan rintisan yang didirikan 9 diantaranya mati sebelum bermanfaat untuk masyarakat dan membahagiakan pendiri, investor dan tentu saja pegawainya.

Apa yang belum ditawarkan dari Gojek hingga Traveloka yang sudah semakin menggurita? Itu saja yang dieksplorasi. Hal yang hilang dari masuknya para pemodal raksasa di perusahaan rintisan adalah kemampuan kita sebagai bangsa produsen. Marwah itu yang hilang saat kita mendapati kenyataan bahwa 90% produk yang diperjualbelikan merupakan barang impor. Dalam jangka pendek, itu membahagiakan konsumen, dalam jangka panjang kemandirian kita sebagai bangsa jelas tergadaikan.

Ada hal yang sebenarnya perlu didukung dan tidak harus secara latah segalanya harus terkait dunia digital. Mendukung para pemuda pemudi Indonesia membangun UMKM yang sehat. Tidak harus dalam format perusahaan rintisan, tetapi mendorong secara penuh kaum milenial untuk merintis usaha!

Ingat, para pengguna internet tetap perlu makan. Para bos perusahaan rintisan seperti Puthut Ea mulai mengampanyekan hidup sehat dan makan sehat. Mulailah merintis jualan pecel sayur. Sederhana dan kemungkinan besar untung! Tapi silahkan saja kalau mau membuat perusahaan rintisan “Kucel” alias Kuliner Pecel, menyediakan pecel dari Sabang hingga Merauke.

Tags: Haryo setyo wibowoPilpres 2019start up unicornstart-up
Haryo Setyo Wibowo

Haryo Setyo Wibowo

Artikel Terkait

ilustrasi 7 Istilah Dunia Kerja yang Arti Kulturalnya Ngehe  mojok.co

7 Istilah Dunia Kerja yang Arti Kulturalnya Ngehe 

15 Desember 2021
Pilihan Mobil Ji-pyeong Start-Up dan Jungpal Reply 1988 yang Bikin Keduanya Jadi Bucin MOJOK.CO

Pilihan Mobil Ji-pyeong ‘Start-Up’ dan Jungpal ‘Reply 1988’ yang Bikin Keduanya Jadi Bucin

14 Desember 2020
Jalan Cerita Serial ‘Start-Up’ Mengganggu Penonton Drakor? Lho, Justru Itu yang Bikin Gayeng

Jalan Cerita Serial ‘Start-Up’ Mengganggu Penonton Drakor? Lho, Justru Itu yang Bikin Gayeng

27 November 2020
drama korea

Ketika Drama Korea Menjelma Menjadi Gudang Pengetahuan bagi Para Ibu

19 November 2020
start-up

Sebagai Penonton, Saya Benar-Benar Terganggu dengan Jalan Cerita Serial ‘Start-Up’

18 November 2020
Didatangi Arwah Ayah Mertua, Masih Diajari untuk Disiplin

Gara-Gara Rekonsiliasi Prabowo-Jokowi, PA 212 Bakal Gelar Ijtima Ulama 4 Segera

15 Juli 2019
Pos Selanjutnya
fadli zon

Fadli Zon Ikuti Jejak Jokowi Blusukan, eh, Incognito ke Kampung Nelayan Tambak Lorok

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
starup-unicorn-mojok

Ribetnya Start Up Unicorn dan Klaim 1000 Start Up Ala Jokowi

22 Februari 2019
Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Perguruan Tinggi Favorit MOJOK.CO

Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Masuk Perguruan Tinggi Favorit

5 Agustus 2022
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022

Cara Hadapi Henry Subiakto Menurut Mahasiswanya, Itu Lho Staf Kominfo yang Unggah Liputan Narasi TV Tanpa Watermark

3 November 2020
Lampu merah terlama di Jogja. (Ilustrasi Ega Fansuri/Mojok.co)

Menghitung Lampu Merah Terlama di Jogja, Apakah Simpang Empat Pingit Tetap Juara?

9 Agustus 2022
Musimin, petani di lereng Gunung Merapi yang menolak ekspor kopi ke Jepang.

Mengenal Musimin, Petani Lereng Merapi yang Menolak Pesanan Kopi dari Jepang 

5 Agustus 2022

Terbaru

world water forum mojok.co

Persiapan Dua Tahun, Indonesia Dipercaya Gelar Forum Air Dunia 

11 Agustus 2022
Teror Hantu Penghuni Patung Loro Blonyo MOJOK.CO

Teror Hantu Penghuni Patung Loro Blonyo

11 Agustus 2022
Kezaliman Barcelona Terhadap Frenkie De Jong

Kezaliman Barcelona Terhadap Frenkie De Jong

11 Agustus 2022
Ketua LPSK mengatakan perlindangan istri Ferdy Sambo bisa dibatalkan

Kurang Kooperatif, LPSK Sebut Permohonan Perlindungan Istri Ferdy Sambo Bisa Dibatalkan

11 Agustus 2022
mendag zulhas mojok.co

Mendag Zulhas Sebut Harga Kebutuhan Pokok DIY Paling Rendah

11 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In