Rekening Bersama Itu Bikin Repot, Apalagi Buat yang Masih Pacaran Manggilnya Papah-Mamah

tabungan bersama pas pacaran itu bikin repot MOJOK.CO

MOJOK.COKok ya bisa-bisanya kalian itu kepikiran buka rekening bersama. Saya sih lebih menyarankan nonton bersama. Lha iya masih pacaran saja kok.

Sahabat Celenger di mana pun rekening kalian berada,

Orang-orang yang sedang pacaran sering melakukan hal-hal yang menggelikan dan membuat risih orang lain. Panggilan “Sayang”, “Ay”, “Yang”, “Beib”, dan “Honey” sudah menjadi sapaan lumrah. Sering, bahkan belum menikah, sudah saling memanggil “Papah dan Mamah”. Pola pikir mereka yang sudah “merasa menikah” secara pikiran ini memang luar biasa. Luar biasa anehnya!

“Uuuhh, Papah! Dah jalan belum sih? Ini Mamah sudah di depan kantin sampe disemutin. Mamah memang manis sih, tapi ini dah kelamaan nunggunya!”

Ini masih pacaran, nikah saja belum. Sama-sama masih mengandalkan transferan dari orang tua, papah dan mamah yang asli! Papah-mamah yang mengharapkan anaknya bertanggung jawab terhadap studi mereka. Papah-mamah yang mengharapkan mereka kelak berhasil setelah lulus. Tidak sekadar menjadi bucin atau ocin, “ojek cinta”.

Demikian sebaliknya, banyak perempuan yang seharusnya konsentrasi dengan studinya, justru harus ikut memikirkan kehidupan pacarnya. Mulai dari ngurusi laundry pacarnya, ngerjain paper kuliah, dan kalau perlu mengongkosi, menambal segala kebocoran karena kacaunya mengelola uang. Ini tidak hanya terjadi pada yang masih kuliah. Mereka yang sudah menapaki dunia kerja juga tidak luput.

Tidak itu saja, karena merasa hubungan ini serius, mereka merasa perlu untuk memantapkan tujuan finansialnya. Mereka buka rekening bersama. Pola seperti ini terjadi pada pasangan yang sudah mulai bekerja dan merasa yakin kelak akan berumah tangga. Pertanyaanya, bikin rekening bersama sebagai kebiasaan baik, apakah pantas dan perlu dilakukan oleh pasangan yang masih pacaran?

Tentu saja bebas dilakukan siapa pun yang telah dewasa. Namun, bagaimana kalau sesuatu yang buruk menimpa hubungan tersebut? Seberapa kuat orang pacaran teguh pada janji untuk membangun rumah tangga? Bagaimana kalau salah satu pihak ingkar pada kesepakatan?

Zaman sudah berubah, semakin banyak saja pasangan yang tidak lagi mengandalkan orang tua.  Mereka membuat komitmen akan membiayai sendiri pesta perkawinannya. Harapan lainnya juga ingin segera memiliki rumah dan kendaraan.

Hambatannya, semua harapan tersebut akan musnah kalau dana yang dibutuhkan tidak pernah terkumpul. Rekening bersama, di mana satu pihak yang merasa memiliki kecakapan turut aktif mengawasi tabungan dipandang sebagai solusi.

Teorinya sih nggak keliru tetapi praktik memiliki joint account untuk pasangan yang belum menikah itu sungguh merepotkan. Salah-salah, akan memicu keretakan hubungan kalau tidak memiliki komitmen sama kuatnya.

Apa saja sih kelemahan punya rekening bersama ketika pacaran?

1. Siapa saja bebas mengambil.

Ingat, rekening bersama di bank sifatnya “OR”. Bank hanya memberikan satu kartu ATM. Keduanya boleh mengambil tanpa persetujuan lainnya. Lalu, apa bedanya dengan punya rekening sendiri?

Saat ini, bank memang cenderung menghindari rekening bersama yang sifatnya “AND”, di mana kalau mengambil uang harus melalui persetujuan semua pihak. Sepintas keren tapi tingkat kesulitan dan potensi konfliknya besar jika sesuatu yang buruk menima mereka: meninggal dunia, putus, pergi tanpa kabar, atau hal lain.

Rekening bersama nggak boleh dipandang remeh. Mending kalau pasangan suami-istri di mana haknya bisa langsung dialihkan ke ahli waris atau bisa diselesaikan menurut kaidah pembagian harta gono gini jika cerai. Lha kalau cuma pacaran? Hallooo…itu ya, secara hukum kalian tetap dianggap menjalani hubungan yang “tidak jelas”. Tidak peduli kalian sudah saling pangggil “mamah-papah”.

2. Selamat tingal kebebasan.

Punya rekening bersama artinya kalian telah siap melepas kedaulatan atas uang sendiri. Kalian harus siap hidup dengan uang yang sebagiannya “dipalak” untuk masuk ke rekening. Bagi yang gajinya berlebih mungkin tidak akan mengalami kendala yang berarti. Bagaimana dengan yang gajinya tidak terlalu besar dan masih memiliki keinginan travelling, membahagiakan saudaranya, dan memiliki  hobi yang belum siap ditinggalkan?

Status belum menikah seperti “perayaan kebebasan” para lajang untuk berdaulat atas uang sendiri. Menabung jelas kebiasaan yang baik untuk mengakhiri kebocoran-kebocoran atas pengeluaran yang urgensinya kurang. Memiliki rekening bersama ketika masih pacaran jelas akan memangkas arti kebasan itu sendiri. Mau ambil tabungan untuk nraktir saudara masak harus izin pacar?

“Sayang, adekku minggu depan uang tahun. Boleh aku mengambil uang 500 ribu saja?”

“Boleh dong, Ay. Kakak yang baik emang harus begitu. Tapi 350ribu aja, ya.”

Hih, nggak emosi atau KZL apa kalian kalau menyaksikan kejadian seperti itu? Nggak pingin mengutuk keduannya jadi mangkok ayam jago tukang mie ayam? Oh iya jelas, biar sering-sering dicuci!

3. Siap menjadi Malin Kundang 4.0.

Orang tua mungkin tidak pernah menuntut balas budi atas biaya makan dan pendidikan sejak kecil. Misalnya dengan cara mengirimi uang tiap bulan. Toh mereka (mungkin) masih mampu mencari penghasilan. Namun, secara rasa, seberapapun yang kita berikan akan membuat mereka sangat bersyukur. Bisa jadi, mereka akan menyimpankan pemberiannmu agar kelak bisa diberikan lagi untuk cucunya.

Ada juga tipikal orang tua yang menolak “tanda sayang” itu. Sering terjadi justru mereka mengingatkan agar kita menyimpannya. Itu sebenarnya bagian paling nyesek di hati. Penolakan halus karena tahu kita sebenarnya masih kekurangan.

Ada kalanya pasang-surut itu terjadi. Kalau sampai berani meminjam uang ke anak-anaknya, bisa jadi orang tua telah menekan rasa malunya hingga paling dasar. Bisa jadi tidak menyebut angka rupiah, tetapi menyebut kondisi yang muaranya sebenarnya bisa kita rasakan.

“Gimana kabarmu? Kapan pulang? Di sini cuacanya sedang tidak bagus, genteng bocor tapi belum sempat panggil tukang. Aku batuk sudah dua minggu, padahal sudah minum obat warung.”

Sementara uang kalian ada di rekening bersama, di mana untuk mengambilnya perlu berembuk dengan pacar.

“Ada 5 juta untuk Ibu ya, Sayang?”

“Aku kok mikirnya Ibu tuh hanya butuh ditelpon saja. Ibu kan nggak pernah kekurangan. Tapi kalau mau kirim cukup 500 ribu saja, langsung dibeliin pulsa saja. Biar bisa vidcall.”

Jangkrikk! Jangan! Jangan seperti itu sama ibumu, Malin Kundang!

4. Siap putus!

Kalian mungkin punya pacar yang sangat pengertian sehingga semua pengeluaran tidak rutin bisa dipenuhi dari rekening bersama. Namun, kamu tidak pernah tahu batas kesabaran seseorang.

“Sayang, kamu tahu kan alasan kita bikin rekening bersama? Biar kita punya uang buat resepsi nanti, nyicil rumah, sama beli mobil. Ini malah makin menipis. Aku sih nggak mau perhitungan banget, tapi hakku atas tabungan ini sudah terenggut semua!”

Saya tidak mengatakan kalau bikin rekening bersama pas pacaran itu sesuatu yang negatif. Namun ingat, potensi masalahnya itu jelas besar. Apalagi kebutuhan tiap individu itu berbeda. Dengan sendirinya, kemampuan menjaga klausul rekening bersama tidak boleh diganggu-gugat.

Janggal memang. Kok ya bisa-bisanya kalian itu kepikiran buka rekening bersama. Saya sih lebih menyarankan nonton bersama. Lha iya masih pacaran saja kok. Setelah nonton bersama, boleh makan bersama. Terserah mau siapa saja yang nraktir. Bayar sendiri-sendiri juga lebih baik. Setelahnya? Pulang ke rumah masing-masing. Aman!

Hidup bersamanya kapan-kapan saja kalau sudah siap…

Exit mobile version