Terjebak Salah Kaprah Bahasa Indonesia, dari ‘Titip Absen’ Hingga ‘Haru Biru’

MOJOK.CO Lahir dan besar di Indonesia bukan jaminan kita bakal terhindar dari salah kaprah bahasa Indonesia. Nah, istilah mana yang paling sering bikin salah paham?

Mentang-mentang jadi anak Indonesia, sebagian besar dari kita sering kali tak menaruh perhatian yang besar pada bahasa Indonesia. Beragam kata dalam bahasa Indonesia pun menjadi alasan kenapa kita tak lantas teliti memahami makna kata.

Sering ditemukan, seseorang menggunakan istilah A saat seharusnya ia menggunakan istilah B, hanya agar dianggap lebih keren atau karena ia sedang tenggelam dalam…

…fenomena salah kaprah!!!

Dikutip dari Zenius.net, salah kaprah bahasa Indonesia ini terjadi karena sebuah kekeliruan justru dipakai terus-menerus hingga dianggap lumrah. Bukan cuma satu-dua istilah, dalam bahasa Indonesia sebenarnya banyak ditemukan salah kaprah yang dianggap lazim. Berikut adalah 5 di antaranya:

1. Titip Absen

Kalau sebuah merek deterjen tampil dengan slogan “Nggak ada noda, ya nggak belajar”, mahasiswa mungkin hidup dengan filosofi “Nggak titip absen, ya nggak jadi mahasiswa sejati”.

Ya, fenomena titip absen pasti jamak ditemui di banyak tempat—bahkan kamu pun mungkin pernah melakukannya. Tapi, gaes-gaesku, istilah titip absen ini sendiri ternyata merupakan bentuk salah kaprah yang HQQ. Loh, kok bisa?

Banyak orang mengira absen berarti hadir, sedangkan absensi adalah tanda kehadiran. Lah jebul, makna yang sebenarnya justru kebalikannya!

*jeng jeng jeng*

Menurut KBBI, absen berasal dari kata absent (bahasa Belanda), yang berarti tidak hadir. Jadi, jika kamu menyebut “titip absen”, tentu artinya jadi “titip tidak hadir”. Apakah ini berarti kamu justru ingin dicatat tidak berangkat ke kelas?!

Alih-alih titip absen, istilah ini akan jadi lebih tepat jika diganti dengan titip presensi.

2. Bergeming

Kata yang memiliki kata dasar geming ini merupakan yang paling sering menjadi korban salah kaprah pengguna bahasa Indonesia. Bukan tidak mungkin, di beberapa buku paket bahasa Indonesia, pelajar-pelajar masa depan bangsa bakal menemukan kalimat yang kurang lebih berbunyi: “Ia tetap tak bergeming meski namanya dipanggil berkali-kali.”

Heeeey, tunggu dulu~

Dalam KBBI, bergeming sendiri sudah bermakna tidak bergerak sedikit juga. Artinya, kalau diberi tambahan kata tidak di depannya, maknanya jelas berubah, dong.

Kalimat “Ia tetap tak bergeming” tadi pun menjadi “Ia tetap tak tak bergerak” alias si tokoh “ia” bergerak-gerak melulu kayak badut Oppo sama Vivo yang joget-joget di pinggir jalan~

3. Acuh

Jenis kata ini adalah kesukaan para penulis lagu galau di Indonesia, meski sebenarnya merupakan bentuk salah kaprah bahasa Indonesia. Salah satu lagu yang melejit dengan kata ini adalah Cinta Ini Membunuhku-nya D’Masiv.

Dalam salah satu bagian, ada lirik lagu yang berbunyi “Kau menolakku, acuhkan diriku.”

Padahaaaaaal, tahukah kamu, kata acuh sendiri tidaklah sama dengan tidak peduli atau menolak. Mengejutkannya, kata acuh memiliki makna peduli, mengindahkan.

Berkebalikan dengan kata bergeming yang selalu ditambah kata tidak padahal doski nggak butuh, kata acuh ini justru kerap dianggap mandiri dan tidak memerlukan kata tidak di depannya saat ingin dipakai untuk menegaskan makna “tidak peduli”.

Alhasil, makna lagu D’Masiv tadi pun jadi ambigu: ditolak, tapi tetap dipedulikan. Situ di-PHP?!

4. Haru Biru

Bermakna rawan hati (kasihan, iba) di KBBI, kata haru sering dipakai untuk menggambarkan suasana sedih dan penuh air mata. Namun, dalam kamus yang sama, ternyata terdapat pula arti kata yang lain dari haru, yaitu yang merupakan ragam bahasa Minangkabau (Mk) yang berarti kacau.

Maka, istilah haru biru yang kemudian populer diidentikkan dengan kesedihan yang sangat menyayat hati pun langsung salah kaprah. Alih-alih melengkapi kata haru yang bermakna iba, kata biru di sini hadir untuk mengikuti kata haru yang bermakna kacau.

Dengan kata lain, haru biru bermakna kerusuhan, keributan, kekacauan, atau huru-hara—bukannya “sedih yang sedih banget”.

5. Seronok dan Senonoh

Dua kata yang sekilas mirip ini memiliki arti yang juga mirip. Sayangnya, mereka ini ibarat selebgram yang kerjaannya dinyinyirin terus sama netizen padahal punya hati yang lembut dan baik hati. Dengan kata lain, kedua kata ini adalah korban salah kaprah bahasa Indonesia selanjutnya.

Gimana nggak? Baik kata seronok maupun senonoh sering kali dinilai sebagai kata yang mengandung makna negatif dan tidak sopan. Tak jarang pula kita mendengar nasihat untuk berpakaian pantas dan…

…tidak senonoh.

Tunggu dulu… Kita disarankan memakai pakaian yang “tidak senonoh”??? Yakin, nih??? Memangnya, apa sih arti kata senonoh (dan seronok) ini???

Masih menurut KBBI, senonoh adalah patut dan sopan, sedangkan seronok berarti menyenangkan hati dan sedap dilihat. Tak hanya rupa, kata seronok bahkan bisa digunakan untuk menggambarkan suatu irama yang terdengar menarik di telinga.

Jadi, istilah tidak senonoh“tentulah kurang tepat dipakai untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya baik dan sopan.

Sebaliknya, momen yang pantas digambarkan oleh istilah tidak senonoh mungkin hanya satu: saat kamu meninggalkannya begitu saja di waktu ia sedang sayang-sayangnya. Dasar buaya!

Exit mobile version