Penulisan Di dan Pun: Harusnya Dipisah atau Digabung, Sih?

MOJOK.CO Membaca penulisan di dan pun yang tidak tepat itu bahaya: bisa bikin emosi dan ingin marah-marah sendiri. Jadi, sebenarnya… dipisah atau digabung?

Saya alergi cuaca dingin. Kalau kedinginan, kulit saya langsung njendol-njendol sekaligus gatal-gatal. Tapi itu semua nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan rasa gatal waktu lewat di depan sebidang tanah yang saya lewati hampir tiap pagi. Kenapa gatal?

Karena, di sana ada tulisan: PARKIR DISINI.

DISINI. Kata di ditulis tanpa terpisah dengan kata sini.

[!!!!!!!!!!!!!!!!!!111!!!!]

Saya yang cuma rempah-rempah rengginang aja merasa gatal, apalagi mereka-mereka yang murni menyelami bahasa Indonesia, ya? Apa kabar perasaan Ivan Lanin? Apa kabar perasaan guru-guru bahasa Indonesia se-Indonesia? Bahkan, yang paling deket—apa kabar perasaan Cik Prim si Pemred Mojok???

Daripada marah-marah pada oknum yang menulis kata di secara tidak tepat, mari kita mundur dulu ke belakang untuk tahu asal-muasalnya~

Jauh sebelum ejaan yang sekarang berlaku dalam bahasa Indonesia, kita pernah mengalami masa-masa ejaan lama berjaya, mulai dari Ejaan Van Ophuijsen (sejak 1901), yang kemudian diikuti dengan Ejaan Suwandi—diambil dari nama Menteri Kependidikan dan Kebudayaan saat itu—sejak 17 Maret 1947.

Ejaan Suwandi menawarkan beberapa hal, di antaranya: kata di, baik sebagai kata depan maupun imbuhan, ditulis serangkai atau digabung tanpa spasi. Jadi, kita bisa menulis kata-kata ini tanpa perlu dihujani ceramah oleh para polisi bahasa: dirumah, dikebun,dikamar—sebagaimana kita menulis dibaca atau disimpan.

!!!!!!!!!!

Ejaan Suwandi berakhir pada tahun 1972, digantikan oleh EYD alias Ejaan Yang Disempurnakan pada masa Menteri Mashuri Saleh. Peresmian EYD kala itu dilakukan dengan digantinya nama jalan dekat kantornya, Djl. Tjilatjap, menjadi Jl. Cilacap.

NAAAAAH, SEKARANG BALIK KE MASA KINI~

Secara sederhana, kita udah nggak satu generasi lagi sama Bapak Suwandi, mylov. Ejaan Suwandi bahkan udah nggak berlaku, jadi nggak perlulah kita repot-repot mengikutinya lagi. Daripada terus-terusan salah menuliskan kata di, lebih baik kita pahami sekali lagi aturan ini:

PENULISAN DI DIGABUNG/DIRANGKAI KALAU:

  1. Kata di- menunjukkan fungsi sebagai imbuhan.
  2. Kata di- diikuti dengan pembentuk kata kerja pasif. Artinya, penulisan di jenis ini dinilai tepat jika kata kerja pasif bisa diubah menjadi kata kerja aktif (dengan imbuhan me-).

Contoh: ditinggalkan (bisa diubah jadi meninggalkan), ditulis (bisa diubah jadi menulis), diingat (bisa diubah jadi mengingat).

PENULISAN DI DIPISAH KALAU:

  1. Kata di menunjukkan fungsi sebagai kata depan. Namanya juga kata depan, berarti ia harus dipisah dari kata belakang, dong?
  2. Kata di diikuti dengan kata lain selain kata-kata pembentuk kata kerja pasif. Kata di jenis ini bisa diikuti dengan nama tempat, waktu, nama orang, penunjuk lokasi, dan lain sebagainya, serta tidak bisa diubah menjadi kata kerja aktif.

Contoh: di sini (tidak bisa diubah jadi menyini), di siang hari (tidak bisa diubah jadi menyiang hari), di dirimu (tidak bisa diubah jadi mendirimu).

MASIH BINGUNG???

Contoh kata paling sederhana untuk kedua jenis di adalah sebagai berikut:

  1. dibalik: menunjukkan kata di sebagai imbuhan, bisa diubah menjadi membalik, merupakan bentuk kata kerja pasif
  2. di balik: menunjukkan kata di sebagai kata depan, tidak bisa diubah menjadi aktif karena menunjukkan tempat (di balik pintu, di balik meja)

Pahamilah. Resapilah. Tarik napas. Buang…

Singkatnya, kata di sebagai imbuhan yang ditulis terangkai adalah DI + KATA KERJA. Selain aturan itu, tulislah terpisah, sayangku~

By the way, bukan cuma soal penulisan di yang pelik di mata pegiat bahasa. Ibarat mantan yang terus mengganggu, ada satu lagi aturan yang menghantui kita. Ia adalah…

*jeng jeng jeng*

…penulisan kata pun!!!

Masalah yang satu ini adalah masalah saya juga. Sering kali, saya menggabungkan apa yang seharusnya dipisah dan memisahkan apa yang seharusnya digabung. Padahal, sebagai kata yang berarti juga (atau jua), kata pun selalu ditulis terpisah, KECUALI pada 12 bentuk di bawah ini yang merupakan kata hubung:

  1. adapun
  2. andaipun
  3. ataupun
  4. bagaimanapun
  5. biarpun
  6. kalaupun
  7. kendatipun
  8. maupun
  9. meskipun
  10. sekalipun
  11. sungguhpun
  12. walaupun

Meskipun begitu (ciee langsung dipakai), kata adapun, bagaimanapun, maupun, dan sekalipun bisa juga ditulis terpisah jika dalam kalimat dimaksudkan sebagai kata juga. Sebagai referensi, kamu bisa baca di sini.

Yaaaah, jadi begitu, teman-teman, soal aturan penulisan yang digabung dan dipisah. Saran saya, mending kamu fokus belajar tulisan dulu aja, nggak usah mikirin kapan dirinya dan kekasihnya akan dipisahkan oleh waktu.

Kalau tulisanmu nembus Mojok, dia juga pasti klepek-klepek~

Exit mobile version