M3ng4kali Sens0r d3ng4n Judul 4l4y

Viral-Acakadut-MOJOK.CO

[MOJOK.CO] “­­­­Bukan tanpa sebab judul alay bisa muncul di YouTube atau berita viral. Ini analisis kami.”

Ada satu aspek penting dalam viralnya sebuah berita di laman-laman ter-update, yaitu perkara judul. Tidak hanya terbatas pada berita, para bloger pun kadang-kadang perlu waktu berpikir cukup lama untuk menentukan jodoh, eh, judul yang tepat.

Menariknya soal judul ini, kalau kamu cukup jeli, kamu bisa menemukan beberapa headline yang ditulis dengan tatanan bahasa yang “ajaib”. Isi artikelnya, sih, oke—bahkan kadang ‘daging’ semua, tapi judulnya? Sekilas terlihat seperti gaya SMS kita kira-kira waktu kelas 7 SMP.

Iy4, y4nG b3gin1 ini g4yanya.

Barusan saya searching dulu supaya bisa lihat judul-judul ini sebagai contoh: “Terungkap! Inilah Alasan Ahok Gug4t C3rai Istrinya”, “Demian dan Keluarga Edison Ungkap Kec3laka4an Death Drop Murni Musib@h”, dan “Sebarkan! Begini Cara M3mbunuh Infeksi Sinus dalam Sehari”.

Kalau kita perhatikan, kata-kata yang dikenai metode penulisan acakadut ini adalah kata-kata yang memang bermakna kurang positif, seperti “Gug4t C3rai” (Gugat Cerai), “Kec3laka4an” (Kecelakaan), “Musib@h” (Musibah), dan “M3mbunuh” (Membunuh). Hal ini diyakini pula sebagai bentuk upaya si pembuat berita dalam menghindari fitur sensor kata pada laman tertentu, termasuk laman video terbesar, YouTube.

Fenomena pemberian judul dengan campuran huruf dan angka ini sesungguhnya melelahkan. Ya melelahkan mata, ya melelahkan upaya sensor-sensor tadi itu.

Kenapa melelahkan mata? Ha mbok pikir?! Meskipun banyak artikel menyebutkan bahwa otak kita secara otomatis bisa membuat mata membaca kata-kata yang ditulis dengan huruf bercampur angka, hal ini tetep bikin lelah, my lov. Jangankan mata, hati juga jadi lesu. Jiwa rasanya tersedot. Perut mual, kepala pusing. Maksud hati ingin baca berita, malah jadi munta-munta~

Ha trus apa maksudnya “melelahkan upaya sensor”? Dalam beberapa laman, ada fitur yang memang disediakan untuk membatasi konten-konten yang muncul ke hadapan pengguna. Misalnya, nih, saya ngga suka banget sama Mojok, jadi saya memasukkan kata “Mojok” sebagai kata yang tidak saya inginkan muncul di hadapan saya. Tapi, saking pintarnya pembuat konten, mereka bisa saja menerbitkan konten yang mengganti kata “Mojok” sebagai “M0j0k” (huruf O diganti angka 0). Alhasil, berita dengan judul itu pun bisa muncul di hadapan saya.

Huft. Kan kaget. Rasanya kayak didatengin mantan tiba-tiba.

Menjamurnya penggunaan huruf bercampur angka dalam judul ini ibaratnya seperti pembawa berita bahagia sekaligus kesedihan. Saya pribadi sebenernya cukup ngakak dan takjub membaca judul-judul tadi. Ternyata, orang Indonesia toh sekreatif itu. Lagi pula, orang-orang ini memang sepertinya punya insting untuk memviralkan sesuatu. Selain itu, saya yakin mereka pun mengerti betul bahwa penambahan angka memang berpengaruh signifikan pada sebuah judul. Buktinya, sinetron Tersanjung dulu bisa sampai jadi Tersanjung 7—dengan angka.

Di sisi lain, fenomena ini juga merupakan kesedihan. Wong huruf abjad saja sudah cukup banyak (sampai 26 huruf), kok ternyata masih kurang juga. Singkatnya, demi mengangkat berita yang berpotensi viral, tulisan acakadut pun dilahap.

Diam-diam, saya jadi penasaran setengah mati: seperti apa perasaan editor berita tadi, ya? 🙁

Exit mobile version