MOJOK.CO – Mojok Institute melakukan sensus kepada Netizen Twitter, Facebook, dan Instagram untuk mengetahui pendapat mereka mengenai mana yang lebih baik, meninggalkan atau ditinggalkan?
Dalam setiap hubungan percintaan, yang terjadi nggak selalu bahagia-bahagia aja. Yha, dalam praktiknya, meskipun saling mencintai, seseorang yang membersamai kita bisa jadi memang bikin kita bahagia, tapi di saat yang bersamaan dia juga bisa bikin kita menderita.
Dalam fase menderita itu, kadang-kadang ada momen emosional yang bikin kita sangat yakin untuk menyudahi hubungan ini dan berharap tidak pernah bertemu lagi biar nggak merasa tersakiti lagi.
Tapi di saat yang bersamaan, perasaan kalau kita mencintai orang itu bisa sangat kuat sampai bikin kita yakin kalau perasaan-perasaan menyedihkan hanya sementara, akan lebih banyak hal membahagiakan ke depannya jika kita mau—dan bisa—bertahan. Barangkali, itu juga yang membuat banyak orang bertahan dengan hubungan yang jelas-jelas tidak sehat, dan tidak membuat mereka bahagia HAHAHAHA 🙁
Ketika momen-momen sedih lebih sering terjadi dibandingkan dengan momen bahagia, kita akan dihadapkan pada kebingungan apakah sebaiknya kita meninggalkan atau bertahan—alias nunggu ditinggalkan.
Dua pilihan itu, tentu saja sama-sama menyakitkan. Ketika memutuskan untuk meninggalkan, kita bisa jadi akan terperangkap dalam penyesalan dan perasaan bersalah. Tapi jika kita yang ditinggalkan, bisa jadi kita akan sedih setengah mati karena merasa tidak diperjuangkan dan dicintai.
:’(
:’(
:’(
Sebenarnya, di antara dua pilihan ini, mana sih yang lebih mending?
Daripada Mojok Institute bingung sendirian, kami akhirnya memutuskan untuk (((melempar))) pertanyaan ini kepada seluruh Jamaah Mojokiyah di alam sosmed untuk mengetahui mana yang lebih baik menurut mereka, meninggalkan, atau ditinggalkan?
Hasil sensus
Meninggalkan
Berikut adalah alasan-alasan seseorang memilih menjadi #TimMeninggalkan yang berhasil dirangkum oleh tim sensus Mojok Institute:
Meninggalkan lebih baik karena kalau ditinggalkan, nanti bertanya-tanya apa kurangnya aku di dalam hidupmu? Hingga kau curangi aquuuu~ Yhaa, malah nyanyi.
Meninggalkan lebih baik karena peran antagonis dalam hubungan percintaan selalu lebih menyenangkan daripada jadi korban. Lagian kalau jadi korban nanti dosanya nambah karena jadi suka ngata-ngatain orang yang ninggalin wqwq.
Meninggalkan lebih baik karena itu pilihan, ditinggalkan itu nasib.
Meninggalkan saja. Kenapa harus nunggu ditinggalkan ketika bisa pergi duluan ketika sudah bosan? Bikin capek hati aja.
Lebih memilih meninggalkan karena mungkin ada orang yang bakal lebih baik untuk dia.
Meninggalkan wae lah. lek ditinggal malah nemen loro atine mengko. ojok seneng nyikso awake dewe. Hashhh.
Lebih pilih meninggalkan karena sebelum semuanya berakhir menjadi buruk, lebih baik segera dihentikan ketika semuanya masih terasa indah. Lagipula, akan ada saatnya kita semua meninggalkan segala yang paling kita cintai alias meninggalkan dunia ini~
Pilih meninggalkan karena berani meninggalkan itu mesti karena udah ada yang baru. Coba kalau ditinggalkan, harus nyari yang baru dulu. (Mashook)
Meninggalkan bukan berarti tidak sakit setengah mati juga, lho. Apalagi karena terpaksa dan untuk kebaikan dia. Bisa jadi yang ditinggalkan malah yang bahagia tapi yang meninggalkan yang tersiksa. Hiks.
Lebih milih meninggalkan, karena capek akutu ditinggalkan terus. *nangis di pojokan* :'( :'( :'(
Ditinggalkan
Berikut adalah alasan-alasan seseorang memilih menjadi #TimDitinggalkan yang berhasil dirangkum oleh tim sensus Mojok Institute:
Tentu saja memilih untuk ditinggalkan karena ngapain ninggalin orang yang kita cintai coba? Hem??
Mending ditinggalkan karena kalau meninggalkan nanti malah dapet penyesalan ketika tahu nggak bisa dapat pengganti yang lebih baik dari dia. MAMAM, MENYIA-NYIAKAN YANG TERBAIK, LUU.
Lebih memilih ditinggalkan karena saya orangnya nggak tegaan 🙁
Lebih enak ditinggalkan karena jadi banyak orang yang kasian. Dan kalau bersedih, boleh denger playlist galau sampai bego dan orang-orang akan maklum karena kesedihan kita sudah terlegitimasi hhe hhe.
Mending ditinggalin karena kesedihannya laku buat dibikin konten. (Hadehhh dasar budak konten)
Lebih memilih ditinggalkan karena yang bertahan sampai akhirlah yang berjuang paling keras, dan itu adalah tanda kalau setidaknya diriku pernah berjuaaaaaaang~ Meski tak pernah ternilai di mata muuuuu~
Nggak apa-apa kalau ditinggalkan sebab apa pun yang sudah ditakdirkan menjadi milik kita, nggak akan pernah meninggalkan kita~
Lebih baik ditinggalkan karena akan lebih mudah menutup luka sendiri daripada harus menutup luka orang lain :’(
Ditinggalkan aja… Ya, memang menyakitkan, tapi ingat, karma itu ada!!11! Biar Tuhan aja yang membalasnya heu heu heu.
Ditinggalkan dong~ Kalau kita yang ditinggalkan, kita nggak perlu merasa bersalah. Dan yang paling penting, kalau kangen jadi punya alasan buat nahan diri; Sadar woy, dia udah meninggalkan qmu!11!
Tentu lebih baik ditinggalkan karena dengan begitu, kita akan semakin kuat dan akan diberikan orang yang lebih baik lagi~
Ditinggalkan aja. Anggap aja itu bagian dari episode hidup yang penuh perjuangan. Relakan dia pergi, tapi tetap do’ain supaya dia menyesal~ hhe hhe. Pas dia beneran nyesel dan minta balikan, di saat itu lah kita ngebucin lagi pura-pura amnesia. “Hmm??? Maav situ siapa, yha??? Emang pernah kenal?? Hmm??”
Lebih baik ditinggalkan agar kita termotivasi untuk memperbaiki diri supaya dia menyesal telah meninggalkan kita ha ha ha.
Pengen meninggalkan sebenarnya, tapi aq sadar diri aq jele jadi pasti aq yg ditinggal :’( :’(
***
Jawaban Terbaik
Seperti biasa~ berikut adalah jawaban terbaik versi Mojok Insitute yang berhak mendapatkan hadiah, gasss~
Sensasi_delightMAAP AJA NIH, DARIMANA DASAR ILMUNYA KALAU ‘DITINGGALKAN’ ITU SEBWAH PILIHAN?!?!?!? TENGS! (baguuus, gitu dong ngegass)
Febrianaaaputriditinggal atau meninggalkan,kita akan tetap sama-sama meninggal. Innalillahi wa inna lillahi rojiun… (tul tu mb :'( hiks)
Rofi Bertahan pada pilihan sampai detik2 terakhir adalah seorang pejantan
Makanya, jadi lebih sering milih opsi ditinggalkan. Gausa dibawa baper gaes. Sejak jaman Nabi2 seorang pemimpin yg ditinggalkan oleh pengikutnya adalah hal yg biasa kok. Tp sebaliknya, seorang Imam yang meninggalkan makmumnya adalah pecundang. Laki-laki yg meninggalkan wanitanya itu pengecut. Driver ojol yg ninggalin penumpangnya itu …
Apapun situasi dan kondisi yg terjadi pada pasangan, misal do’i tambah jelek, ngambek’an, super labil, dan segala hal yg jelek2 muncul. Justru, kita(pria) sebagai seorang pemimpin harusnya selalu siap(lahir,bathin) untuk membimbing, mengarahkan, bahkan memperbaiki kondisi(akhlak, intelektual, fisik) mereka(perempuan) ke arah yg lebih baik. ?
Perbaiki, bukannya malah ditinggal pergi. (mantap sebua jawaban yg panjang)
Yhaa, jadi begitulah, kesimpulannya, mana yang lebih mendingan? Yha nggak ada lah!!1! Yang lebih mending itu yang tinggal berdua sama mbnya :3