MOJOK.CO – Tim SAR DIY mengungkapkan sejumlah dugaan penyebab mahasiswa UIN yang sempat hilang dua hari di lereng Gunung Merapi. Kondisi psikologis pemuda itu ditengarai jadi faktor utama yang menyebabkannya tersesat.
“Ada beberapa faktor yang diduga jadi penyebab. Mulai dari kelelahan sampai faktor psikologis yang mungkin menyebabkan halusinasi,” terang Endro Sambodo, anggota Tim SAR DIY yang berjaga di posko saat proses pencarian dilakukan. Ia tidak turut naik bersama regu pencarian.
Endro menjelaskan, menurut pengakuan sejumlah rekan mahasiswa yang turut menunggu di posko, survivor merupakan sosok yang ceria. Tapi beberapa bulan belakangan menunjukkan sifat yang berbeda.
“Bahkan, temannya bercerita kalau dia pernah juga tiba-tiba menyusuri Selokan Mataram. Motornya juga ditinggal seperti ini,” terangnya saat dihubungi pada Jumat (13/1).
Mahasiswa program studi teknik industri UIN Sunan Kalijaga itu, disebut naik ke arah jalur pendakian Kinahrejo sejak Senin (9/1) pukul 13.00. Ia meninggalkan motornya di sebuah warung terdekat.
Saat ditemukan pada Rabu (11/1) sekitar pukul 14.00, kondisi survivor lemas lantaran selama tersesat tidak membawa bekal sama sekali. Ia juga tidak menggunakan pakaian yang mendukung kegiatan alam bebas.
Laporan kehilangan diterima Tim SAR pada Rabu pagi sekitar pukul 08.00. Pada pukul 11.00, Search and Rescue Unit (SRU) yang terbagi menjadi tiga tim, mulai berpencar untuk melakukan proses pencarian tertutup.
“Jadi kemarin itu masih operasi tertutup, kita dapat laporan menunggu 1×24 jam idealnya, sambil menunggu kirim tim advance untuk penyapuan awal. Untuk kasus ini di tahap penyapuan awal sudah ketemu,” paparnya.
“SRU satu yang menyisir jalur pendakian mendengar teriakan, sekitar lima belas menit perjalanan ke atas dari pos dua,” sambungnya.
Teriakan tersebut ternyata dari Survivor. Saat ditemukan, survivor mengaku awalnya mengikuti seekor burung. Lalu tiba-tiba tersadar sudah jauh di jalur pendakian dan bingung.
“Dia juga, saat ditemui mencari warung terdekat, katanya ingin membeli rokok,” ujar Endro.
Menurut Endro, berdasar penuturan sejumlah rekan mahasiswa, survivor dikenal sebagai sosok yang tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan. Namun merokoknya cukup kencang, sehingga ketika ditemukan langsung menanyakan warung untuk membeli rokok.
Tim SAR mengategorikan masa golden time pencarian orang yang hilang selama 3×24 jam. Pada kurun waktu tersebut, survivor biasanya masih dapat bertahan tanpa makan dan minum jika tidak ada insiden tertentu yang menyebabkan luka. Setelah kurun waktu itu, biasanya survivor mulai mengalami penurunan kondisi fisik yang signifikan.
Jalur pendakian Kinahrejo tempat hilangnya mahasiswa UIN Sunan Kalijaga ini memang sudah non-aktif sejak 2006 silam. Segala aktivitas pendakian sudah dilarang lantaran adanya jalur yang putus di kawasan ini.
Setelah 2006, pendakian Merapi hanya dibuka lewat Selo, Boyolali dan Deles, Klaten. Namun peningkatan status Merapi menjadi Siaga sejak 2018, membuat seluruh aktivitas pendakian di semua jalur ditutup.
“Jadi kalau ada orang hilang di jalur pendakian Merapi dapat dipastikan pelaku perjalanan alam bebas yang melanggar aturan. Apalagi kinahrejo yang sudah lama tidak aktif, jadi tidak ada penjagaan dan pos sama sekali,” pungkasnya.
Reporter: Hammam Izzudin
Editor: Purnawan Setyo Adi