Sistem Keamanan Depo Pertamina Plumpang Dinilai Buruk, Pakar UGM: Harus Dipindah

depo pertamina plumpang mojok.co

Ilustrasi kebakaran di depo minyak (Mojok.co)

MOJOK.COTragedi kebakaran terjadi di kawasan Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara. Kebakaran yang merenggut 19 korban meninggal ini, bukanlah yang pertama terjadi depo dan kilang minyak milik Pertamina.

Kebakaran di Depo Pertamina Plumpang terjadi pada Jumat (3/3/2023) lalu. Kejadian ini bukan untuk pertama kalinya. Si jago merah pernah mengamuk di tempat yang sama pada 2009 dan 2017. Lebih dari itu, kebakaran kilang minyak milik Pertamina beberapa kali juga sempat terjadi dan menimbulkan korban jiwa di lokasi lain, seperti di Indramayu, Cilacap, dan Balikpapan.

Pengamat ekonomi energi UGM, Fahmy Radhi, berpendapat bahwa kebakaran yang berulang di Depo Pertamina Plumpang dan kilang minyak Pertamina mengindisikan sistem keamanan (Safety System) yang amat buruk.

Padahal, ia menjelaskan, sistem keamanan di bawah International Standard telah mensyaratkan zero accidents bagi aset strategis dan resiko tinggi, seperti depo dan kilang minyak.

“Itu tidak sesuai dengan standar internasional (sistem keamanannya). Karena aset yang strategis dan berisiko tinggi seperti kilang dan depo itu mestinya memiliki pengamanan yang sangat ketat,” ujarnya, seperti dikutip dari ugm.ac.id, Senin (6/3/2023).

Ia menilai, Pertamina tampak tidak melakukan upaya serius untuk memperbaiki sistem keamanan. Akibatnya kebakaran beruntun kilang minyak dan depo BBM milik Pertamina terus terjadi.

“Depo Plumpang masih tetap dipertahankan di situ. Sehingga pada saat terjadi kecelakaan, kebakaran tidak bisa dihindari akan merembet ke rumah-rumah penduduk,” sambungnya.

Depo Pertamina Plumpang harus pindah

Saat kunjungan ke lokasi pada Minggu (5/3/2023), Presiden Jokowi telah meminta Menteri BUMN dan Pj Gubernur DKI Jakarta untuk segera mencari solusi dari kejadian di Plumpang. Presiden Jokowi menegaskan lokasi Depo Pertamina Plumpang sebagai zona berbahaya dan masyarakat tak bisa tinggal di sekitar lokasi.

Ada dua pilihan yang kemungkinan akan pemerintah tempuh sebagai solusi atas permasalahan ini. Pertama, melakukan relokasi Depo Pertamina Plumpang. Kedua, relokasi pemukiman warga.

Menurut Fahmy, dalam kondisi saat ini, opsi pemindahan Depo Pertamina Plumpang adalah opsi yang paling tepat dan cepat dengan mempertimbangkan beberapa alasan.

Pertama, jelasnya, penyulut kebakaran berawal dari Depo Pertamina Plumpang, bukan rumah penduduk. Kedua, Direksi Pertamina bisa memutuskan secara cepat opsi pemindahan Depo. Sementara itu, keputusan relokasi kawasan penduduk bakal lebih lama karena melibatkan beberapa pihak: Pertamina, Pemda DKI, dan Warga.

Ketiga, saat ini lokasi Depo Pertamina Plumpang sudah sangat tidak layak, lantaran berada di tengah kawasan penduduk padat. Pada saat pertama berdiri tahun 1971, daerah tersebut masih sepi dan belum banyak perumahan, tapi kemudian berkembang menjadi daerah pemukiman.

Pun, ia juga menggarisbawahi, bahwa dalam pengambilan keputusan untuk mencari solusi, pemerintah cenderung menilai jatuhnya korban adalah kesalahan penduduk tinggal di daerah buffer zone yang klaimnya milik Pertamina. Ia hampir tidak melihat pendapat yang mempertanyakan mengapa kebakaran dahsyat itu bisa terjadi.

“Tidak tersedia buffer water cukup untuk proses pendinginan pipa. Pendistribusian BBM dari kilang ke Depo menggunakan pipa yang sebagian melewati kawasan penduduk, sehingga saat pipa terbakar pasti akan menyebabkan kebakaran rumah penduduk di sekitarnya,” jelas Fahmy.

“Dengan alasan tersebut, maka hanya satu kata: pindahkan Depo Pertamina Plumpang dengan segera”, tegasnya.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Kilang Minyak Pertamina Indramayu Terbakar Hebat, Netizen Kirim Doa

 

Exit mobile version