Mengenal Masjid Jenderal Sudirman Yogyakarta: Ruang untuk Ngaji, Belajar Filsafat, dan Kerja-kerja Literasi

masjid jenderal sudirman yogyakarta mojok.co

Masjid Jenderal Sudirman Yogyakarta (Khoirul Atfifudin/Mojok.co)

MOJOK.COAda yang istimewa dari Masjid Jenderal Sudirman Yogyakarta. Masjid ini jadi ruang belajar anak-anak muda untuk mengaji, belajar filsafat, dan menulis. 

Masjid Jenderal Sudirman Yogyakarta berdiri sejak 1394 H atau tahun 1974. Letak persisnya berada di Jl. Rajawali Nomor 10 Demangan Baru, Caturtunggal, Depok, Sleman.

Masjid Jendral Sudirman bukan hanya sekadar sebagai tempat salat atau kegiataan keagamaan islam pada umumnya. Namun, masjid ini kerap digunakan untuk rehat bagi para pekerja jalanan seperti tukang becak, ojol, dan lain sebagainya.

Dan istimewanya, Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta rutin digunakan sebagai ruang untuk ngaji, mengkaji, dan kerja-kerja literasi.

Berhubung banyak sekali agenda-agenda yang diadakan di Masjid Jendral Sudirman, Mojok mencatat beberapa hal yang rutin ada di masjid ini.

Ngaji rutin

Di Masjid Jendral Sudiman Yogyakarta, salah satu agenda rutinnya adalah mengaji setiap Selasa malam dan Jumat malam.

Tema bahasannya cukup beragam. Mulai dari kitab, Sirah Nabawiyah, maupun teladan-teladan dalam agama Islam. Agenda ini menghadirkan ustadz atau kyai yang berbeda-beda setiap pertemuan. Seperti Ustadz Sholeh Ilham, M. Yaser Arafat, dan lain sebagainya.

Ngaji filsafat

Jika ngaji rutin membawakan topik seputar islam, berbeda dengan ngaji filsafat. Agenda ini justru membahas hal-hal yang tidak melulu mengenai keislaman. Karena setiap pertemuan selalu ada tema yang berbeda untuk dikaji.

Tema bahasannya mulai dari filsafat barat, filsafat timur, nusantara, tokoh-tokoh berpengaruh dari penjuru dunia, pengembangan diri, dan lain sebagainya.

Ngaji Filsafat ada sejak 2013. Jadwalnya setiap Rabu malam dan menghadirkan Dr. Fahruddin Faiz yang merupakan dosen di UIN Sunan Kalijaga.

Anak muda banyak hadir di sesi ini. Bahkan walau diadakan di masjid, tapi ada juga non-muslim yang turut menghadirinya.

Para jamaah yang hadir turut disediakan snack dan minuman untuk menemani ngaji selama kurang lebih dua jam mulai pukul 20.00 hingga 22.00 WIB. Setelah sesi Ngaji Filsafat selesai, biasanya para jamaah masih bisa mengobrol dengan Dr. Fahruddin Faiz.

Kerja-kerja literasi

Bukan hanya sebagai tempat mengaji saja, Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta turut melakukan kerja-kerja literasi. Masjid ini memiliki penerbitan sendiri bernama MJS Press yang telah berdiri sejak 2016.

Belasan buku sudah terbit dan laris dipasaran. Seperti buku Filosof juga Manusia dan Ihwal Sesat Cacat Logika: membincang cognitive bias dan logical fallacy yang ditulis oleh Dr. Fahruddin Faiz.

Lalu, ada juga toko buku yang bernama Lapak MJS. Dan jika mampir di samping masjid, ada perpustakaan yang memiliki koleksi buku-buku dari berbagai genre.

Bukan hanya itu saja, Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta memiliki website bernama mjscolombo.com. Di sana memuat berbagai artikel dari soal kebudayaan, filsafat, keislaman, resensi buku, dan lain sebagainya. Penulisnya pun juga bisa berasal dari luar. Bahkan, kontributor akan mendapatkan honorarium.

Terakhir, masjid ini turut memberikan wadah bagi anak-anak muda untuk lebih jauh mengenal dunia tulis-menulis. Namanya adalah MJS Project. Biasanya, goals dalam project ini para peserta akan membuat buku dengan model antologi. Sejauh ini MJS Project sudah memiliki lima generasi. Keren kan?

Penulis: Khoirul Atfifudin
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Mbah Trisno Suwito: Melestarikan Umbi-umbian Langka di Gunungkidul Demi Kedaulatan Pangan

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version