Menelusuri Jejak Masa Kecil Soeharto di Wonogiri

masa kecil soeharto di wonogiri mojok.co

Ilustrasi Soeharto (Mojok.co)

MOJOK.COMantan Presiden Soeharto pernah mengisi masa kecilnya di Wonogiri. Orang tuanya menitipkan pada paman dan bibinya di Desa Ngebel.

Meskipun singkat, Wonogiri pernah menjadi tempat bagi Soeharto menghabiskan masa kecilnya. Selama sepuluh tahun, Presiden ke-2 RI itu mengisi masa kecilnya dengan angon kambing, memanen jagung, hingga main bola jeruk bersama teman-temannya. Konon, ia adalah bek tangguh pada masanya.

Soeharto tiba di Desa Ngebel, Kecamatan Wuryantoro, Wonogiri pada 1929 lalu. Perceraian orangtuanya bikin Soeharto kecil akhirnya pindah dari Godean ke Wonogiri saat usianya baru delapan tahun. Di sana, ia dititipkan kepada paman dan bibinya, Prawirowihardjo dan Sanikem.

Ketika pertama kali datang, Soeharto melanjutkan sekolahnya mulai kelas 3 SD. Kala itu, ia menimba ilmu Sekolah Rakyat (SR). Masyarakat setempat lebih akrab menyebutnya “sekolah angka loro”, terjemahan bebas dari nama Belandanya, Tweede Inlandsche School (sekolah kelas dua).

Di sekolah itulah lelaki kecil yang kelak menjadi pemimpin Orde Baru ini bertemu sahabat-sahabatnya. Antara lain Kamin, Warikun, Wariman, Kamsiri, Yahman dan Sutarto yang kelak menjadi kepada desa di Ngebel.

Soeharto kecil gemar main bola

Cukup sulit untuk menelusuri jejak masa kecil Soeharto di Wuryantoro. Masa tinggalnya yang hanya sebentar, ditambah orang-orang terdekatnya yang sudah mangkat, membuat kisah Soeharto di desa berjarak 40 km dari Solo itu seakan tak eksis.

Namun, petikan wawancara Kamin (almarhum), salah seorang sahabatnya, 15 tahun yang lalu, memberi sedikit gambaran mengenai kehidupan masa kecil sang Smiling General.

Lelaki 24 cucu ini merupakan teman sekolah sekaligus teman bermain Soeharto. Bahkan, ia mengaku bahwa dirinya pula lah yang mengajari Soeharto berhitung.

Kata Kamin, hampir tiap sore ia, Soeharto, dan teman-temannya yang lain bermain sepakbola di lapangan dusun. Lucunya, bola yang mereka pakai adalah buah jeruk purut, karena saat itu belum ada si kulit bundar.

“Bolanya dari jeruk, diubel-ubeli gombal [dibungkus kain], terus dililit senar,” ujar Kamin dalam petikan wawancaranya, dikutip Jumat (25/8/2023).

Kamin menambahkan, posisi favorit Soeharto kala itu adalah sebagai pemain belakang alias bek. Sementara dirinya pemain sayap kiri. Menurut Kamin, Suharto adalah pemain yang andal di posisi itu.

Sayang, pada 1939 Kamin dan Soeharto harus berpisah. Sahabatnya itu memperoleh panggilan kerja dua kali dalam sehari, yakni dari bank desa dan menjadi tentara. Setelah perpisahan itu, Kamin dan Soeharto menjadi jarang bertemu.

Namun, kala sahabatnya itu menjabat sebagai presiden RI selama 32 tahun, ia mengaku pernah dua kali diundang ke Cendana.

“Pak Harto dan saya waktu itu sangat akrab, sekolah bareng, bermain juga bareng,” kenangnya.

Halaman selanjutnya…

Napak tilas bekas rumah dan sekolah

Napak tilas bekas rumah dan sekolah

Selain kenangan Kamin, kini nyaris tak ada yang tersisa dari kisah masa kecil Suharto di Wonogiri. Rumah yang pernah ia tempati, wujudnya kini telah berubah menjadi Museum Wayang Indonesia.

Sebelum menjadi museum, sejak 1987 bekas rumah milik Prawirowihardjo ini berfungsi sebagai padepokan seni. Barulah pada 1 September 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri meresmikannya menjadi Museum Wayang Indonesia.

Museum ini terletak tepat di tepi Jalan Raya Wuryantoro-Pracimantoro No. 184. Bentuk bangunan menyerupai pendopo dengan arsitektur khas joglo; paling mencolok dari rumah penduduk di sekitarnya, sehingga kalian tak akan kesulitan untuk menemukannya.

Meskipun di dalamnya menampilkan berbagai jenis wayang dan tokoh pewayangan, kita tetap bisa menjumpai beragam foto “Bapak Pembangunan” tersebut. Sayangnya, memang tak ada foto masa kecil Soeharto di sana.

Sementara Sekolah Rakyat tempat Soeharto dan Kamin menimba ilmu, kini telah berubah menjadi SD Negeri 1 Wuryantoro. Bentuk bangunannya sudah berubah total, hanya lokasinya saja yang tetap berada di bekas sekolah Soeharto.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Misteri Senyuman Jenderal Soeharto: Jadi Korban Bullying karena Dipanggil “Den Bagus Tai” Saat Kecil

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version