Alasan Judi Online Lebih Berbahaya Ketimbang Judi Konvensional, Bisa Jadi Penyakit!

judi online berbahaya mojok.co

Ilustrasi judi (Photo by Aidan Howe on Unsplash)

MOJOK.CO – Judi online kian populer belakangan ini. Lonjakan tren judi jenis ini merebak selama pandemi. Perhatikan saja orang-orang di sekitarmu, besar kemungkinan ada satu-dua yang kecanduan judi, baik saat pandemi atau setelahnya.

Tren judi online membawa risiko besar bagi pelaku. Berbagai riset membuktikan bahwa judi online lebih berbahaya ketimbang judi konvensional. Salah satu risetnya berjudul “Are Online Gamblers More At Risk Than Offline Gamblers?” yang terbit pada 2011.

Delapan tahun setelahnya, 2019, atau setahun sebelum pandemi, Diaz Perez mempublikasikan riset serupa. Bedanya, penelitiannya melihat dari sudut pandang psikologi dengan metode kuantitatif. Hasilnya sama: judi online lebih cenderung menyebabkan “penyakit judi” ketimbang versi konvensionalnya.

Judi adalah penyakit

Definisi penyakit adalah laku dan pikiran yang menjangkiti orang-orang yang kecanduan judi. Bentuknya bisa non-fisik seperti rawan terjebak hutang dan pengambilan keputusan yang serampangan. Atau bisa juga mengarah ke fisik seperti alkoholik hingga kekerasan dalam rumah tangga.

Riset keduanya juga menunjukkan bahwa penyakit-penyakit tersebut juga dipengaruhi kondisi sosial dan kesehatan dari masing-masing penjudi. Lelaki muda miskin yang berpendidikan rendah dan berpola hidup tidak sehat, merujuk risetnya, lebih rentan terjangkit penyakit judi. Hanya saja, dua riset di atas belum menjawab pertanyaan, “Mengapa?”.

Alasan judi online lebih berbahaya dari judi konvensional

Buku Online Gambling and Crime menyebutkan ada dua alasan di balik klaim judi daring lebih berbahaya ketimbang judi konvensional, yakni ilusi kontrol dan candu adrenalin. Ketiadaan pengalaman fisikal membuat persepsi pemain tentang waktu dan uang menjadi kabur.

Seolah baru sebentar bermain, seolah belum boncos habis-habisan. Ilusi itu dialami oleh Bagus (nama samaran) melansir BBC. “Bangun tidur yang dibuka slot, sambil makan main slot, jalan-jalan sama teman saya malah main slot, karena cukup online pakai handphone kan,” ujarnya.

Ilusi kontrol juga menyebabkan pemain sulit menimbang keputusan. Hal ini dikarenakan para penjudi online menganggap pertaruhan hanya sepencet jempol, seolah tidak ada yang dikorbankan. Imbasnya, di kehidupan nyata, mereka jadi semacam kecanduan adrenalin atau keinginan untuk selalu mengambil posisi di tepi
jurang.

Kombinasi ilusi kontrol dan candu adrenalin inilah yang menurut buku tersebut membuat penjudi online rentan terpapar penyakit judi. Terlebih, medan judi online yang “abu-abu” bahkan gelap alias tidak teregulasi dengan baik menyimpan segudang potensi kriminalitas seperti penipuan bahkan pembobolan data pribadi.

Menganggap judi online dengan judi konvensional itu sama adalah kesalahan

Mempersamakan judi online dengan versi konvensionalnya jelas kesalahan mendasar bila melihat dua karakter di atas, “ilusi kontrol” dan “candu adrenalin”.

Dalam risetnya soal perjudian di masyarakat Ngadha di Pulau Flores, Curnow (2012) menemukan bahwa di sana judi bukanlah aktivitas mendulang harta belaka melainkan proses sosial dan mekanisme ketahanan pasar uang lokal yang canggih. Dia mengamati secara mendalam pola perilaku masyarakat Flores dalam berjudi.

Alih-alih membangkrutkan, nominal pertaruhan hanya ala kadarnya sebab tujuannya adalah silaturahmi kerabat atau bahkan menjadi ajang temu antar klan. Selain itu, karena judi dilarang gereja dan negara, aktivitas ini juga dianggap sebagai identitas adat yang perlu dijaga.

Namun, riset itu dilakukan di masyarakat yang belum sepenuhnya terhubung dengan pasar secara luas. Hasilnya, uang taruhan beredar secara lokal yang justru bisa menggairahkan perekonomian.

Berbeda dengan judi konvensional seperti sabung ayam di Sleman. Ade Gushma (2019), mahasiswa Sosiologi UGM, dalam skripsinya menemukan adanya pergeseran motif penyabung dari sekadar bersosialisasi menjadi mbut gawe alias mencari cuan. Motif tersebut, mendulang kekayaan secara instan, marak dijumpai di judi online.

Masih dalam laporan BBC yang sama, Dion (nama samaran) mempertaruhkan nasibnya di hadapan slot (jenis judi daring) untuk bisa tetap bikin dapur mengepul selama pandemi. Hasilnya: menang. Lalu, kalah, kalah, kalah, dan berhenti. Begitulah Dion terjerat penyakit judi dan, syukurnya, bisa lepas.

Penulis: Dhias Nauvaly
Editor: Iradat Ungkai

BACA JUGA Pengakuan Mantan Bandar Judi Dadu Tingkat Kampung di Ponorogo

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version