MOJOK.CO – Sebuah cerita tentang bocil COD Lazada ramai jadi perbincangan. Barang ditolak karena pembeli nggak punya uang dan nggak sadar pernah beli.
COD Shopee tempo hari sempat jadi nyanyian bocil dan jingle yang joget-able. Nggak disangka pamor sistem belanja online bayar di tempat sebegitu menggiurkan sampai banyak pembeli tanpa literasi yang ngawur dan bentak-bentak ke kurir. Kali ini nggak cuma kurir yang kena damage sistem bayar di tempat, penjual yang pakai COD Lazada juga mencak-mencak karena transaksinya banyak yang gagal.
Good morning! #JualanSusah pic.twitter.com/u7xB9eJ56h
— stella ang (@steyapo) June 5, 2021
Seorang netizen bikin utas seputar kisah pilunya jualan dan pakai sistem COD Lazada. Aturan belanja online semacam ini di setiap marketplace sebenarnya sama, barang diantar langsung dibayar, kalau nggak sesuai dikembalikan. Akad “setuju membeli” sebenarnya sudah dilakukan ketika pembeli menekan tombol “beli”. Selanjutnya tinggal penjual melakukan tugasnya buat mengemas barang dan kurir mengantarnya sampai tujuan.
Sayangnya kasus bocil COD Lazada ini terbilang unik. Ya namanya juga anak-anak, asal pencet tombol “beli” pakai sistem bayar di tempat. Begitu barangnya sampai si bocil dan orang tuanya tidak mau terima karena merasa nggak punya uang. Mungkin aslinya yang mereka lakukan itu iseng aja. Tanpa mereka tahu keisengan jari-jari tanpa literasi belanja itu serupa petaka buat penjual dan kurir. Rugi lah udah packing, udah bayarin ongkir duluan, ujung-ujungnya barang dikembalikan dengan alasan konyol. Bukannya untung malah buntung. Dih.
Aturan COD harusnya dibikin lebih galak
Momen-momen kekacauan warga +62 yang nggak siap menerima kemudahan kayak gini memang menjengkelkan. Momen ini sekaligus tepat buat marketplace bikin aturan tegas terkait sistem bayar di tempat. Kalau perlu aturannya dibuat galak sekalian biar pembeli menghayati rasanya dibentak-bentak kayak abang kurir yang dikatai blok-goblok sama seorang ibu tanpa literasi belanja online itu.
Minimal ada sistem verifikasi bahwa pembeli yang melakukan transaksi, entah COD Lazada, COD Shopee, COD Tokopedia, dll. adalah orang dewasa. Banyak cara yang bisa dilakukan mulai sistem verifikasi seringan CAPTCHA sampai verifikasi wajah dan identitas. Lambat laun, pengembang aplikasi pasti bakal menemukan cara yang paling praktis buat pembeli sekaligus valid untuk penjual demi berlanjutnya transaksi.
Selain itu, kayaknya aturan sistem COD harus banyak ditempel di mana-mana. Pokoknya harus pakai bahasa Indonesia dan kalau bisa ada gambarnya. Biar orang yang malas baca juga bakal ngerti, tahu sendiri minat baca masyarakat kita gimana. Hih.
Tempelkan aturan COD Lazada, COD Shopee, COD Tokopedia, atau marketplace dan e-commerce lain di kemasan paket. Kalau perlu kurir juga menenteng brosur yang isinya petunjuk dan etika bayar di tempat. Pokoknya dibuat secara resmi, seprofesional mungkin, dan jangan kasih celah ke pembeli iseng dan ngawur. Kasihan juga kurir dan penjual yang apes ketemu pembeli ngeyelan.
Pembeli yang mangkir buat bayar agaknya perlu langsung diblokir akunnya. Sekalian deh, blacklist emailnya biar si orang ngawur begitu nggak bisa bikin akun baru. Plus, jika mereka punya saldo di e-money aplikasi belanja, semua akan hangus. Tuh, ngeri kan?! Aturan ini nggak sekejam itu, sebab nantinya calon pembeli bisa diberi warning soal konsekuensi belanja online dengan sistem bayar di tempat. Mamam!
Kasus bocil COD Lazada ini harusnya bikin marketplace dan e-commerce berbenah untuk lebih rigid bikin aturan. Memang, apa pun aplikasinya yang salah itu manusianya. Tapi, kalau yang beginian nggak “dirapikan” yang rugi justru manusia lain kayak penjual dan kurir yang sebenarnya cuma menjalankan tugasnya.
Repot memang ya ngurusin orang-orang yang malas baca. Semalas itu sampai baca aturan COD saja nggak bisa. Duh, tobat.
BACA JUGA Meme ‘Blok Goblok’ dalam Semesta Emak-emak Boomer dan Tanggung Jawab Generasi Milenial dan artikel KILAS lainnya.