Acara Ijtima Ulama yang digelar oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF) seminggu yang lalu ternyata melahirkan dampak isu kontestasi politik yang dahsyat. Acara yang juga dihadiri oleh perwakilan beberapa partai tersebut merekomendasikan Prabowo Subianto untuk berpasangan dengan Salim Segaf Al-Jufri atau ustad Abdul Somad di Pilpres 2019 mendatang menghadapi Jokowi.
Hasil rekomendadi Ijtima Ulama ini diyakini oleh GNPF akan diterima oleh Prabowo.
“Kedua pasangan mewakili dari nasionalis dan religius. Kedua pasangan ini bisa kita perjuangkan dan pertanggungjawabkan,” kata Yusuf Muhammad Martak, ketua umum GNPF sekaligus penanggung jawab acara Ijtima Ulama. “Insya Allah apa yang direkomendasikan ijtima akan dipertimbangkan dan diterima dengan senang hati.”
Namun pada akhirnya, politik memang bukan sekadar soal rekomendasi ulama, ia adalah hal yang jauh lebih kompleks. Sampai sekarang, Koalisi Keummatan belum juga mendeklarasikan pasangan calon presiden-calon wakil presiden sesuai dengan hasil rekomendasi Ijtima Ulama.
Hal tersebut kemudian membuat Persaudaraan Alumni 212 mengirimkan surat resmi kepada partai-partai koalisi keummatan untuk mengingatkan para partai koalisi keummatan agar menghormati dan menghargai hasil rekomendasi Ijtima Ulama.
Surat tersebut sudah dikirimkan kepada lima partai, yakni Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Berkarya.
“Jika kalau Habib Salim Segaf Al Jufri atau Ustaz Abdul Somad yang ditunjuk sebagai cawapres Bapak Prabowo, partai koalisi wajib menjunjung tinggi keputusan tersebut,” kata Sekretaris Umum PA 212 Bernard Abdul Jabbar.
Lebih jauh, Persaudaraan Alumni 212 bahkan menganggap bahwa hasil rekomendasi Ijtima Ulama adalah bagian dari keinginan Allah.
“Isi surat menyatakan jika kepatuhan kepada ulama sama halnya patuh dengan Rasulullah. Tidaklah mungkin ulama sebagai pewaris Nabi akan menyalahgunakan wewenang, bicara menurut hawa nafsunya,” kata Bernard. “Keputusan ulama atas kesepakatan sosok yang sudah dipilih sama dengan keinginan Allah.”
Sayang, Persaudaraan Alumni 212 agaknya punya ekspektasi terlalu tinggi terhadap rekomendasi yang dihasilkan oleh Ijtima Ulama, sebab Prabowo Subianto sebagai sosok sentral dalam koalisi keummatan ternyata menganggap rekomendasi Ijtima Ulama hanya sebagai sebuah saran.
“Saya tegaskan kembali, ijtima itu mengajukan rekomendasi. Nah, rekomendasi kan saran,” kata Prabowo.
Nah lho, pihak yang sana menganggap sebagai keinginan Allah, pihak yang lain menganggapnya sebagai sekadar saran.
Ah, agaknya memang benar apa kata Kanjeng Ali bin Abi Thalib, bahwa hal yang paling menyakitkan di dunia ini adalah berharap kepada manusia. (A/M)