Wujud komitmen sebagai kampus berdampak, Universitas Gadjah Mada (UGM) hadir merespons bencana banjir dan tanah longsor di Sumatra. Mulai dari pemberian keringanan UKT bagi mahasiswa terdampak, pendampingan pemulihan psikologis bagi korban, hingga pengembangan teknologi terapan untuk menjawab kebutuhan mendesak di lapangan.
***
Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara tidak hanya menyisakan kerusakan fisik, tetapi juga mengguncang sendi-sendi kehidupan sosial, ekonomi, dan pendidikan masyarakat di wilayah terdampak.
Dalam situasi darurat itu, Universitas Gadjah Mada (UGM) mengambil peran aktif melalui pembentukan Disaster Response Unit sebagai wujud tanggung jawab institusional di bidang kemanusiaan dan pembangunan berkelanjutan.
Keringanan UKT hingga sembako untuk mahasiswa terdampak
Langkah awal yang dilakukan UGM adalah memastikan keberlanjutan studi mahasiswa yang berasal dari daerah terdampak.
Pendataan internal mencatat sebanyak 217 mahasiswa UGM terdampak langsung oleh bencana, terdiri atas 81 mahasiswa dari Aceh, 93 dari Sumatera Utara, dan 43 dari Sumatera Barat.
Kondisi mereka beragam, mulai dari kehilangan tempat tinggal keluarga hingga terganggunya sumber penghasilan orang tua.
Dari pendataan tersebut, UGM merespons dengan skema bantuan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing mahasiswa. Bentuk dukungan meliputi keringanan Uang Kuliah Tunggal (UKT), bantuan biaya hidup harian, bantuan makan dan paket sembako, subsidi biaya kos, hingga pendampingan konseling.
“Bahkan, beberapa mahasiswa berpotensi mengajukan cuti akademik akibat kondisi keluarga di daerah asal yang kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, maupun sumber penghasilan,” jelas UGM dalam keterangan tertulis yang diterima Mojok, Kamis (18/12/2025).
Kebijakan ini ditempuh untuk memastikan mahasiswa tetap memiliki ruang aman secara akademik dan psikologis di tengah situasi krisis.
UGM berangkatkan tim relawan ke lokasi bencana
Di luar lingkungan kampus, UGM juga bergerak langsung ke wilayah terdampak bencana. Melalui penggalangan dana yang melibatkan mahasiswa, dosen, hingga mitra dan alumni, bantuan kemanusiaan disalurkan ke masyarakat.
UGM sekaligus memberangkatkan tim relawan medis lintas disiplin dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) serta RSA UGM. Tim ini terdiri atas dokter spesialis dari berbagai bidang, perawat, apoteker, nutrisionis, dan sanitarian.
Para relawan bertugas memberikan layanan kesehatan, melakukan pendataan kebutuhan obat-obatan dan alat medis, serta berkoordinasi dengan fasilitas kesehatan setempat agar layanan tetap berjalan optimal.
Selama masa tanggap darurat, UGM telah mengirimkan empat tim medis secara bergantian ke Aceh.
Pemulihan psikologis dan penguatan kapasitas
Selain pelayanan kesehatan langsung, tim juga melakukan pemetaan kapasitas rumah sakit untuk mendukung perencanaan layanan kesehatan pascabencana.
Aspek pemulihan psikologis penyintas menjadi perhatian tersendiri. Tim psikososial UGM diterjunkan untuk melakukan pendampingan langsung di lokasi bencana.
Tidak berhenti pada intervensi jangka pendek. UGM juga menyelenggarakan pelatihan pendampingan psikososial bekerja sama dengan Universitas Syiah Kuala.
Pelatihan ini dirancang untuk memperkuat kapasitas lokal agar pendampingan dapat berlangsung berkelanjutan setelah fase tanggap darurat berakhir.
Teknologi terapan untuk kebutuhan mendesak
Kontribusi UGM di wilayah terdampak juga mencakup pengembangan teknologi terapan. Sejumlah tim memasang alat penjernih air bertenaga surya di puskesmas dan rumah sakit di Kabupaten Bener Meriah serta Aceh Utara untuk menjamin ketersediaan air bersih.
Selain itu, perangkat deteksi banjir dan tsunami dipasang di beberapa titik di Aceh sebagai bagian dari penguatan sistem mitigasi bencana.
Memasuki fase rehabilitasi dan rekonstruksi, UGM tengah menyusun rekomendasi yang dapat digunakan pemerintah sebagai bahan perumusan kebijakan. Rekomendasi tersebut mencakup penyediaan hunian dan kawasan sementara, pemulihan ekonomi dan sosial budaya masyarakat, serta kajian aspek hukum dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi.
Dalam konteks dampak bencana yang luas dan masif, hunian sementara dipandang sebagai kebutuhan mendesak sebelum masyarakat beralih ke hunian tetap.
Makna kampus berdampak di tahun 2025 bagi UGM
Respons kemanusiaan ini mencerminkan komitmen UGM sebagai kampus berdampak. Sepanjang 2025, UGM mencatat berbagai kontribusi di bidang pengembangan sumber daya manusia, sosial-kemasyarakatan, dan perekonomian.
Peran tersebut menjangkau berbagai sektor, mulai dari penguatan kemandirian bahan baku obat dan alat kesehatan, penanganan stunting dan tuberkulosis, hingga upaya mewujudkan kedaulatan pangan dan transisi energi yang berkeadilan.
Adaptasi lingkungan, pengembangan teknologi berbasis kecerdasan buatan, dan pemberdayaan masyarakat untuk pengentasan kemiskinan juga menjadi bagian dari agenda besar tersebut.
Dalam menjalankan mandat sebagai universitas nasional, UGM berupaya menjaga keterjangkauan pendidikan tinggi. Pada 2025, UGM menggandeng sekitar 229 mitra penyedia beasiswa dan menjangkau 18.617 mahasiswa penerima manfaat.
Di sisi lain, kemandirian pembiayaan diperkuat melalui kerja sama tridarma, pemanfaatan aset, serta pengembangan unit usaha untuk menopang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Penguatan pendidikan juga dilakukan melalui Ekosistem Pembelajaran Inovatif (EPI), yang menghadirkan inovasi EduTech lewat platform LMS eLOK untuk internal dan UGM Online untuk publik. Akses pembelajaran terbuka ini menjadi wujud komitmen inklusivitas pengetahuan.
Upaya diseminasi pengetahuan diperkuat melalui produksi 854 video edukatif lintas kluster keilmuan, termasuk 531 video karya dosen yang tersedia di UGM Channel.
Di bidang riset dan inovasi, UGM terus membangun ekosistem dari hulu ke hilir. Penguatan kelembagaan riset, jejaring kolaborasi internasional, serta hilirisasi inovasi menjadi strategi utama. Berbagai produk riset telah diadopsi industri, sementara publikasi internasional UGM pada 2025 mencapai 1.825 artikel dengan ratusan kolaborasi lintas negara.
“Seluruh rangkaian ini menegaskan posisi UGM sebagai kampus yang tidak hanya menghasilkan pengetahuan, tetapi juga hadir dalam krisis, bekerja bersama masyarakat, dan menautkan riset dengan kebutuhan nyata,” tegas UGM.
Dalam semangat merakyat, mandiri, dan berkelanjutan, UGM menempatkan pendidikan tinggi sebagai instrumen kemanusiaan dan pendorong ketahanan bangsa di tengah tantangan yang terus berubah.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: ILUNI UI Gelar Penggalangan Dana untuk Sumatra lewat 100 Musisi Heal Sumatra Charity Concert
