MOJOK.CO – Kisah sedih dialami salah seorang mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Nur Riska Fitri Aningsih tutup usia usai didiagnosa sakit hipertensi parah yang dideritanya pada 9 Maret 2022. Peristiwa ini jadi sorotan di media sosial sejak beberapa hari belakangan.
Bukan tanpa sebab, mahasiswi angkatan 2020 tersebut sakit hipertensi dimungkinkan salah satunya akibat stres tak bisa membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) tiap semester di kampusnya. Kisah ini pun viral di media sosial (medsos) sejak 11 Januari 2023 lalu.
Teman satu kampus sekaligus kakak tingkat Riska, Rachmad Ganta Semendawai dalam keterangannya mengungkapkan Riska sudah tak kuliah hampir setahun. Teman-temannya mendapat kabar dia kritis di rumah sakit akibat hipertensi dan akhirnya meninggal dunia.
Ganta lewat twiternya @rgantas mengungkapkan, Riska merupakan anak dari penjual gerobak sayur di pinggiran jalan Purbalingga. Orang tuanya memiliki lima anak yang belum lulus sekolah.
“Selama kuliah dia terkendala dan tidak bisa membayar UKT,” jelas Ganta.
Menurut Ganta, Riska dari informasi yang didapatnya mengalami permasalahan UKT sejak awal dia berkuliah. Sempat mengajukan permohonan keringanan biaya terkait UKT UNY dengan mengisi pendapatan orang tua sesuai kondisi ekonomi yang dialami ke pihak kampus namun gagal.
Saat Riska mengunggah berkas permohonan keringanan biaya melalui ponsel milik tetangganya, berkas Riska tidak bisa dikirim. Akibatnya nominal UKT yang muncul sebesar Rp 3,14 juta per semesternya.
Namun semangat Riska untuk berkuliah tetap tinggi meski harus dibantu guru-guru sekolah dan rekan kampusnya dalam membayar UKT sembari terus meminta keringanan UKT. Nampaknya kegagalan masih harus dihadapi Riska karena upaya mencari keringanan terbentur birokrasi meski harus jalan kaki bolak balik dari kosnya di Pogung Sleman ke kantor rektorat UNY yang lumayan jauh.
“Riska baru bisa minta keringanan setelah semester dua,” ungkapnya.
Pihak kampus pun akhirnya menyanggupi keringanan UKT. Namun UNY hanya mengurangi Rp 600 ribu dari total UKT yang harus dibayarkan. Karenanya kesulitan untuk membayar UKT pun dirasakan Riska pada semester ketiga. Riska sering tak masuk kuliah karena cuti dan bekerja demi bisa membayar UKT.
“Kabar terakhir, Riska samasekali tak masuk kuliah karena meninggal dunia,” jelasnya.
Ganta menambahkan selama mengenal Riska, mahasiswi tersebut sangat hemat. Saat temannya memberinya abon, maka lauk itu jadi teman makan nasinya selama berada di kos.
Begitu pula untuk keperluan mandi di kos. Riska banyak dibantu teman-teman kos yang bersimpati kepadanya. Karenanya kasus kematian mahasiswi tersebut membuat sangat disayangkan. Apalagi kasus tingginya UKT tidak hanya dirasakan Riska tapi juga beberapa teman lainnya.
Berdasarkan survei internal komunitas kampus @unybergerak, dari seribuan mahasiswa yang mengisi angket tercatat 97 persen merasa UKT mereka tidak sesuai kemampuan ekonominya.
Sementara itu Rektor UNY, Sumaryanto mengaku prihatin akan kabar Riska yang kesulitan membayar UKT yang akhirnya meninggal dunia. Padahal sebenarnya ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk membantu meringankan UKT mahasiswa. Diantaranya berkirim surat langsung kepada rektor.
“Kalau bukan UNY yang membantu, saya secara pribadi yang akan membantu,” ungkapnya.
Dengan adanya kasus Riska, Sumaryanto akan segera menindaklanjuti permasalahan itu. Dengan demikian tidak akan menimpa mahasiswa lain yang kesulitan secara ekonomi.
“Kami tidak ingin keluarga besar UNY sampai tidak selesai studinya hanya karena masalah uang, bisa ajukan surat ke rektor,” paparnya.
Secara terpisah Sekda DIY, Baskara Aji mengungkapkan pihak-pihak yang mengetahui kesulitan mahasiswa perlu mengkomunikasikannya kepada kampus. Jangan sampai mahasiswa yang berkuliah di DIY putus sekolah akibat tak bisa membayar sekolah.
“Mahasiswa [korban gempa] Cianjur saja pemda berikan bantuan, masak ada masalah mahasiswa tidak bisa bayar kuliah tidak dibantu. Ini yang harus jadi perhatian ,” imbuhnya.
Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi