NU dan Muhammadiyah Komentari MUI Jatim yang Imbau Jangan Ucapkan Selamat Natal

NU dan Muhammadiyah Komentari MUI Jatim yang Imbau Jangan Ucapkan Selamat Natal

MOJOK.COMuhammadiyah dan NU mengomentari imbauan MUI Jatim agar umat Islam jangan sampai mengucapkan “selamat Natal” kepada umat Kristen atau Katolik.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur memberi imbauan khusus kepada umat Islam agar tak memberi selamat Natal kepada umat kristiani yang hari ini sedang merayakan Natal. Hanya saja imbauan ini tak berlaku kepada KH. Ma’ruf Amin karena posisinya sebagai ’umara atau pemimpin.

Hal ini disampaikan secara langsung oleh Sekretaris MUI Jatim Moch. Yunus. “Nah, kalau urusan itu, mungkin Pak Wapres punya pertimbangan sebagai pemimpin negara,” katanya di Surabaya pada Jumat (20/12) kemarin.

Alasan MUI Jatim keluarkan imbauan jangan ucapkan selamat Natal karena urusan akidah. Menurut Yunus, toleransi tidak harus ditunjukkan dengan mengucapkan selamat hari raya ke umat agama lain. Apalagi ucapan ini juga sudah diwakilkan oleh Wakil Presiden, KH. Ma’ruf Amin.

“Toleransi itu setuju dan disepakati dalam perbedaan masing-masing agama. Sehingga ketika orang tidak mengucapkan selamat hari Natal, tidak menggunakan atribut perayaan mereka, itu bukan dimaksud intoleran,” kata Yunus.

Menanggapi hal itu, PP Muhammadiyah mengaku tetap menghormati keputusan MUI Jatim yang keluarkan imbauan tersebut. Meski demikian, Muhammadiyah menyampaikan kalau sebenarnya persoalan ini sebenarnya harus didudukkan kalau ada yang melarang, tapi ada juga yang membolehkan.

“Kalau Muhammadiyah mungkin menghormati pendapat apapun. Itu kan berdasarkan semacam ijtihad para ulama. Ada yang membolehkan dan ada yang tidak membolehkan. Kita menghormati apapun yang difatwakan para ulama, oleh para kiai terhadap hal ini,” kata Dadang Kahmad, Ketua PP Muhammadiyah.

Menurut Muhammadiyah, jangan hanya perbedaan antar-agama saja yang patut saling menghormati, namun perbedaan tafsir pada satu agama yang sama baiknya jika diterapkan konsep toleransi.

“Terhadap adanya perbedaan penafsiran, perbedaan pendapat harus dihormati masing-masing pihak, jangan saling merendahkan, jangan saling menafikan, ini kan negara demokrasi, negara Bhinneka Tunggal Ika. Ya kita rawat lah, jangan sampai konflik disharmoni dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara,” tambah Dadang Kahmad.

Di sisi lain, Nahdlatul Ulama melalui PBNU menyampaikan bahwa larangan ucapan Natal memang ada dasar ijtihad-nya dari ulama.

“Bagi orang yang tidak mau mengucapkan, memang ada ulama-ualam yang juga tidak mau mengucapkan. Seperti Bin Baz, Ustaimin. Bagi para… mereka yang mengikuti fatwanya Bin Baz dan Ustaimin, yang paling penting mereka bisa menghormati dengan caranya dan saya harapkan yang non-muslimnya pun memahami bahwa ada kelompok yang memang tidak bisa mengucapkannya karena ada fatwanya Utsaimin dan Bin Baz,” tutur Marsudi Syuhud, Ketua PBNU.

Meski begitu, PBNU juga sampaikan bahwa selain ulama yang melarang, sebenarnya ada juga ulama yang membolehkan umat muslim untuk kasih ucapan selamat Natal ke umat kristiani.

“Tapi ada yang mengucapkan, itu mereka juga punya fatwa-fatwa, misalnya dari banyak ulama Mesir, dari Syekh Ali Jumah, mufti Mesir, dari Yusuf Qardhawi sampai belasan ulama Mesir lah, banyak,” tutur Marsudi.

Marsudi kemudian menjelaskan bahwa pangkal perbedaan ini adalah karena ada ulama yang menempatkan hukum mengucapkan selamat Natal di wilayah muammalah, namun ada juga ulama yang menempatkannya di wilayah tauhid seseorang.

Dari penjelasan ini, Marsudi kemudian mengikuti ulama-ulama yang memandang bahwa persoalan ini hanya berada di urusan muammalah saja, tidak sampai masuk ke wilayah keimamanan seseorang.

“Wilayah muammalah, karena saya ngucapin begitu. Saya nggak pernah percaya, seperti saya nggak imani keimanan mereka (umat Kristiani),” tambah Masduki.

Oleh karena itu, Masduki mengimbau kepada umat Kristiani agar tidak perlu sakit hati kalau ada umat muslim yang memang tidak ingin menyampaikan selamat Natal.

“Saya harap bagi umat Nasrani, tidak merasa kurang penghormatan kepada mereka yang mempercayai tidak boleh (mengucapkan selamat Natal),” tutup Masduki.

Yang jelas, mau ngucapin atau tidak ngucapin, yang penting jangan jotos-jotosan ya. Tetap rukun bersaudara dan dijauhkan dari marabahaya serta bisa selalu bahagia.

Selamat Natal. (D/F)

BACA JUGA Tiga Argumentasi Paling Sahih Mengapa Ucapan Selamat Natal itu Haram atau tulisan rubrik KILAS lainnya.

Exit mobile version