Motor Jialing: Ketika Cina Mengusik Eksistensi Motor Jepang di Indonesia

Motor Jialing: Ketika Cina Mengusik Eksistensi Motor Jepang di Indonesia MOJOK.CO

MOJOK.COMotor cina atau mocin sempat meramaikan pasar sepeda motor Indonesia. Salah satu merek yang mencuri perhatian ialah Jialing.

Jialing merupakan merek motor cina yang masuk ke Indonesia pada 1998. Jalur distribusi motor ini dipegang oleh PT Buana Jialing (BJMSM). Jialing menjadi satu dari sekian merek motor cina yang cukup menarik minat konsumen.

Harganya yang murah menjadi daya tarik sendiri bagi konsumen kelas menengah ke bawah. Seperti halnya merek cina lain, motor keluaran Jialing juga sangat mirip dengan motor-motor dari pabrikan Jepang. Untuk menggoda konsumen, Jialing menggunakan tagline “Semua Orang Tahu Kualitasnya”.

Motor-motor Jialing

Dari segi desain dan penamaan seri motor, terbaca jelas kalau motor Jialing idenya tidak orisinil. Sebut saja motor Jialing Target R yang mirip sekali dengan Honda Supra X. Sekalipun dari segi penamaan cukup beda, namun dari desain motor jelas banget kalau itu hasil contekan.

Lalu ada Jialing Target Z yang mirip Yamaha Jupiter Z. Begitu pula dengan Jialing RN125 yang identik dengan Suzuki Thunder 125. Saat publik mulai melirik skuter matik, Jialing Evomatic dan Jialing Lion rilis.

Dua motor tersebut barangkali tidak memiliki kemiripan dengan motor matik yang beredar di Indonesia kala itu. Namun, para penggemar motor tahu kalau desainnya terinspirasi dari motor matik Jepang yang rilis di negeri tetangga. Jialing Evomatic misalnya, mirip Yamaha Mio Soul yang beredar di Thailand–sekalipun ada sedikit perbedaan di lampu depannya.

Sedangkan Jialing Lion 250 cc secara bentuk mirip Yamaha Fino generasi pertama yang beredar di Thailand. Jialing selangkah lebih dulu merilis motor ini di Indonesia, sebab Yamaha Indonesia baru merilis Yamaha Fino belakangan.

Kendati demikian, ada satu motor unik keluaran Jialing yang saat itu jarang ada kembarannya di Indonesia. Ialah Jialing Kancil.

Baca halaman selanjutnya:
Strategi Rano Karno dan Bangau

Strategi Rano Karno dan Bangau

Di era itu, pasar lokal hanya mengenal  3 jenis motor; bebek, matik, dan kopling. Jialing melakukan siasat cerdik dengan mencoba mengenalkan jenis motor baru, yakni “kancil” dan “bangau”.

Istilah “kancil” digunakan pada motor dengan bentuk dan cc kecil, yakni hanya 70 cc. Sedangkan istilah “bangau” dipakai untuk membedakan motor keluaran mereka dengan motor bebek keluaran pabrikan Jepang. Untuk memuluskan strategi tersebut, mereka menggaet Si Doel (Rano Karno) dan Mas Karyo (alm. Basuki) sebagai bintang iklan.

Melalui iklan ini, Jialing ingin meraih posisi motor bebek yang sudah kadung tertancap di benak masyarakat. Hal itu terlihat dari narasi yang gamblang terucap lewat mulut Si Doel yang kemudian diamini Mas Karyo: “Buat apa beli bebek kalo sudah ada bangau”.

Pemilihan dua tokoh ini juga melambangkan jenis pasar yang hendak Jialing tuju, yakni menengah ke bawah. Sama seperti karakteristik penonton sinetron Si Doel Anak Sekolahan.

Kendati demikian, usaha tersebut nyatanya tak mampu membawa Jialing mengalahkan kompetitor besar asal Jepang. Strategi menjiplak model, menjual dengan murah, dan memakai bintang sinetron lokal mungkin berhasil menarik konsumen untuk mereka, tapi itu tak berlangsung lama. Honda, Suzuki, dan Kawasaki terlalu digdaya di pasar lokal.

Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi

 

BACA JUGA Menolak Lupa “KTM Inul”, Motor Cina Penantang Supra pada Zamannya
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version