Insiden penyerangan gereja Katolik Santa Lidwina Bedog, Kecamatan Gamping, Sleman beberapa waktu yang lalu rupanya meninggalkan kisah dan pelajaran tentang solidaritas dan keteladanan keluhuran budi.
Dalam insiden tersebut, Buya Syafii Maarif tampil menjadi “representasi” umat Islam yang jernih dan dingin dengan langsung mendatangi gereja, menjenguk para pelaku dan korban, menenangkan masyarakat agar tidak terprovokasi, serta memunculkan semangat solidaritas antar umat beragama.
Keteladanan yang ditunjukkan oleh Buya Syafii Maarif itu kemudian juga diperlihatkan oleh Uskup Agung Semarang, Mgr Robertus Rubiyatmoko. Ia mengatakan bahwa dirinya memaafkan Suliyono, pria pelaku penyerangan umat misa di Gereja Katolik Santa Lidwina. Tak hanya memaafkan, ia bahkan juga mendoakan kebaikan dan kesehatan Suliyono.
“Sejak awal kami sudah memaafkan (Suliyono), kami imbau (umat) tidak membalas, tidak mendendam. Kita doakan kebaikan dan kesehatannya,” kata Uskup Robertus Rubiyatmoko.
Senada dengan Uskup Rubiyatmoko, Pastor Karl Edmund Prier, pastor tarekat Yesuit yang ikut menjadi salah satu korban penyerangan saat misa di gereja Santa Lidwina juga mengaku telah memaafkan Suliyono.
Pastor Karl Edmund Prier atau yang akrab dikenal sebagai Romo prier yang sempat mendapat bacokan di bagian kepala dan sempat mendapatkan perawatan intensif selama beberapa hari di Rumah Sakit Panti Rapih ini bahkan mengatakan bahwa dirinya tidak mempunyai dendam kepada Suliyono.
“Tak ada dendam. Saya memaafkan Suliyono. Di Injil sudah jelas. Setiap hari kami berdoa agar diampuni kesalahan kami, seperti mengampuni yang bersalah kepada kami. Mesti dilaksanakan juga to, jadi tidak dibalas dengan emosi,” kata Romo Prier.
Romo Prier juga berharap pelaku yang sudah ditangkap dan kini masih diproses penyidikannya itu sadar atas perbuatannya.
“Harapan saya, Suliyono sadar, mungkin dia keliru memukul saya,” ujar Romo Prier.
Ya Tuhan, semoga Buya Syafii Maarif, Uskup Robertus Rubiyatmoko, dan Romo Karl Edmund Prier senantiasa diberikan kesehatan dan umur panjang sehingga ketiganya bisa terus memberikan keteladanan tentang keindahan beragama serta toleransi dan keberagaman.
Sungguh, andai seluruh umat beragama bisa meneladani dan mencontoh Buya Syafii Maarif, Uskup Robertus Rubiyatmoko, dan Romo Karl Edmun Prier dalam menjalani laku hidup, niscaya bakal indah dan damai negeri ini.