Debat capres-cawapres yang memang menjadi salah satu rangkaian acara Pilpres 2019 tinggal menunggu waktu. Kedua kubu sudah harus mempersiapkan materi untuk beradu argumen di panggung debat.
Perang urat syaraf pun sudah dimulai. Calon Wakil Presiden nomor urut 01, KH Ma’ruf Amin, misalnya, sudah sesumbar bahwa kubunya optimis bakal unggul dalam debat khususnya pada tema ekonomi.
Menurut Ma’ruf Amin, dirinya bersama Jokowi akan lebih mudah menghadapi debat dengan tema ekonomi, hal tersebut karena posisi Jokowi sebagai petahana, yang mana menjadikan Jokowi lebih punya pengalaman dan capaian kerja yang sudah terbukti.
“Ekonomi kan konsep kami. Buat kami tidak terlalu sulit karena kami itu sudah punya Nawacita I. Nawacita I kan sudah ada dan sudah dieksekusi. Nah Nawacita II itu bagaimana memaksimalkan (Nawacita I)” ujar Ma’ruf Amin.
Tak hanya faktor Jokowi, faktor Ma’ruf Amin pun cukup signifikan dalam debat dengan tema ekonomi.
Bagaimanapun, Ma’ruf Amin adalah sosok yang punya pengalaman mendalam di bidang ekonomi. Ma’ruf Amin merupakan salah satu sosok penting dalam keberadaan Bank Syariah di Indonesia. Dirinya pernah menjadi salah satu anggota Komite Ahli Pengembangan Bank Syariah Bank Indonesia. Selain itu, Ma’ruf Amin juga pernah duduk di kursi DPR sebagai Ketua Komisi VI yang memimpin kebijakan industri, BUMN, dan juga perdagangan.
Sederet pengalaman tersebut, ditambah dengan posisi Jokowi sebagai petahana yang sudah punya capaian kerja bakal menjadi bekal penting untuk menghadapi debat yang akan diselenggarakan bertahap oleh KPU tahun 2019 mendatang.
Tentu akan sangat menyenangkan jika dalam debat capres-cawapres kelak, kedua kubu saling memberikan perlawanan yang sengit.
Bagaimanapun, debat capres-cawapres ini penting, sebab ia menjadi salah satu momen bagi rakyat untuk bisa menemukan guyonan yang kemudian bisa menjadi bulan-bulanan bagi kedua capres seperti misalnya: “Bochor, bochor, bochor” ala Prabowo, atau “Duitnya ada, tinggal kita mau kerja apa enggak” ala Jokowi.
Selain itu, debat capres-cawapres ini juga menjadi bukti sahih bahwa negara kita ini masih belum dewasa. Lha gimana, sudah pada gedhe kok masih suka debat. Mbok ya musyawarah mufakat.