Nostalgia Kuliner Kereta Api Tempo Dulu yang Secara Tampilan Sad Food tapi Rasanya Yahud

Nostalgia 3 Kuliner Kereta Api Tempo Dulu yang Secara Tampilan Sad Food tapi Rasa Yahud mojok.co

Suasana kereta zaman dulu (Foto: Hipwee.com)

MOJOK.COMengenang kereta api zaman dulu tak bisa dipisahkan dari kulinernya. Kalau hari ini urusan perut sepenuhnya dipegang PT KAI, dulu pedagang asongan turut ambil bagian.

Reformasi kereta api oleh Dirut PT KAI 2009-2014, Ignatius Jonan mengubah segalanya. Manajemen kereta yang dulu awut-awutan kini menjadi lebih rapi dan terstruktur. Tak ada lagi calo tiket, penumpang gelap, duduk di jalan, dan pedagang asongan yang mondar-mandir menjajakan makanan. Naik kereta jadi jauh lebih nyaman.

Kendati begitu, sebagai Anak Kereta, kadangkala saya teringat juga suasana kereta zaman dulu. Bukan keruwetannya, melainkan kuliner pedagang asongan jajakan, baik yang berjualan di dalam gerbong maupun di stasiun. Sejenak, tak ada salahnya kita memanggil ulang memori itu. Berikut beberapa kuliner yang dulu jadi andalan.

Pecel atau rujak sayur

Bicara kuliner kereta tempo dulu agak kualat jika tak menyebut menu pecel atau rujak sayur dengan sambal kacang. Saat alarm perut berbunyi di tengah perjalanan, kebanyakan penumpang akan mencari menu ini. Dulu waktu saya rutin mudik Jakarta–Pekalongan dan sebaliknya semasa kecil, saya kerap membelinya.

Memang sih bahan dan rasanya sama kayak yang saya beli di abang-abang keliling dekat rumah, tapi entah kenapa beda aja gitu sensasinya jika makannya di kereta. Ngunyah with the view alias makan sambil melihat indahnya hamparan sawah dan jalanan.

Di lintas Pantura, pecel yang berisi sayur, gorengan, dan mi goreng tersaji bersama lontong dan kerupuk. Lauk telur dadar juga masuk menjadi opsi. Sedangkan di Purwokerto, pecel tersaji bersama dengan kecombrang yang harum dan gurih.

Nasi rames

Selain pecel, nasi rames merupakan menu yang sering kita jumpai. Kenangan yang paling menempel tentu saja di Stasiun Cirebon. Di sana, segala jenis kereta berhenti lama. Penumpang kereta jadi bisa menikmati nasi rames dengan ciri khas: seporsi tidak cukup, dua porsi kebanyakan.

Di Stasiun Cirebon, udang goreng yang gurih dan renyah menjadi lauk utama nasi rames. Berbeda di Stasiun Purwokerto yang biasanya menggunakan lauk mendoan khusus.

Baca halaman selanjutnya…

Tahu gejrot dan empal gentong

Masih di Stasiun Cirebon. Menu tahu gejrot bisa pengunjung dapatkan dengan mudah di peron stasiun. Begitu juga dengan empal gentong yang biasa penumpang temukan di deretan kios stasiun. Penjualnya sangat sigap melayani pembeli meski sedang dalam kondisi terburu-buru sebab kereta mau jalan.

Tentu saja masih banyak menu lain yang tak kalah ngangenin. Sebut saja sate, nasi goreng, mi bihun, dan lain sebagainya. Itu baru makanan, aneka camilan dan minuman juga membangkitkan kenangan tersendiri. Panggilan seperti “cangcimen.. cangcimen..” atau “te.. sate..” masih suka terngiang saat menumpangi kereta.

Kini, kereta api sudah tertib. Pedagang asongan tak boleh lagi berjualan. PT KAI memegang segala urusan perut. Semua terkendali di gerbong restorasi. Menunya tak kalah lengkap, meski ya harganya cukup premium. Namun, itu sesuai dengan penyajiannya yang rapi dan bersih.

Itulah beberapa kuliner kereta api zaman dulu. Menu sederhana yang meskipun penyajiannya seadanya dan bentukannya kadang terlihat seperti makanan sad food, tetap saja bikin kangen.

Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Kereta Api Bogowonto, Terinspirasi dari Medan Perang Pasukan Diponegoro Melawan Belanda

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

 

Exit mobile version