MOJOK.CO – Bagaimana mengurangi kolesterol dari hidangan daging Idul Adha? Tenang, Chef Budi Sutomo memberikan tipsnya untuk pembaca Mojok.
Saat Idul Adha, konsumsi daging masyarakat Indonesia meningkat tajam. Segala sajian berbahan dasar daging kurban seperti sapi dan kambing tersaji di meja makan. Hal ini dapat memicu kenaikan kolesterol dalam tubuh.
Chef Budi Sutomo membagikan sejumlah tips untuk mengurangi kolesterol pada hidangan daging sapi saat Idul Adha. Salah satunya dengan memilih bagian daging sapi yang memiliki kadar lemak rendah seperti sirloin dan tenderloin.
“Di samping itu perlunya pengolahan yang baik menggunakan bahan-bahan masakan yang aman,” kata Budi pada Jumat (8/7).
Selain itu, dalam proses pengolahan Budi menyarankan penggunaan minyak zaitun, minyak bunga matahari atau minyak jagung. Ketiganya memiliki kadar kolesterol lebih rendah dibandingkan minyak kelapa sawit atau mentega.
Budi juga mengingatkan saat mengonsumsi hidangan daging sebaiknya dipadukan dengan menu sayur seperti campuran salad. Daging juga bisa diolah dengan sayur menjadi semacam kaserol panggang atau kukus. Langkah ini bisa mengurangi kadar lemak berlebih saat proses pengolahan.
“Dengan menerapkan pola gizi seimbang maka hari raya Idul Adha dapat menjadi lebih sehat, maka harus diimbangi asupan daging dengan buah dan sayuran,” terangnya.
Satu hal yang penting untuk diingat, masyarakat juga diharap menghindari konsumsi daging olahan seperti sosis, nugget, hingga daging asap secara berlebihan. Olahan-olahan tersebut dinilai tinggi garam dan kurang baik untuk tubuh.
Pendapat Ahli Gizi
Ahli gizi masyarakat, Dr. Tan Shot Yen mengingatkan bahwa selain faktor stres, konsumsi lemak jenuh dari produk olahan juga dapat berimbas pada meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh. Tidak hanya kolestrol, produk olahan juga memiliki resiko penyakit berbahaya lainnya.
“Daging olahan seperti sosis, bacon, daging asap dan sebagainya dapat meningkatkan risiko kanker terutama kanker usus besar,” terang Dr. Tan Shot Yen melalui pesan singkat yang diterima ANTARA di Jakarta pada Jumat (8/7/).
Sejumlah proses mengolah daging dinilai Tan Shot Yen yang tidak sehat ditambah penyajian dengan porsi gizi yang tidak imbang serta mengandung tinggi karbohidrat dan tinggi gula, juga bisa berakibat pada kegemukan.
“Daging yang dibakar atau digoreng dengan suhu tinggi dapat mengeluarkan akrilamida, polisiklik aromatik hidrokarbon yang dapat menimbulkan karsinogen (senyawa berbahaya penyebab kanker),” terangnya.
Tan Shot Yen juga mengatakan bahwa penyajian daging dengan cara diolah menjadi menu tongseng, gulai, rendang, asam padeh hingga kari masih diperbolehkan tapi tidak dikonsumsi secara berlebihan.
“Asal santan tidak dihangatkan berulang-ulang ya, dan daging steak welldone tidak gosong,” tambah dia.
Lebih lanjut Tan Shot Yen mengatakan bahwa perihal hipertensi maupun kolesterol tidak selalu karena daging merah namun ada dua faktor lain. Yang pertama adalah faktor yang tidak bisa diubah seperti genetik, usia dan jenis kelamin, kemudian faktor yang dapat diubah yaitu gaya hidup dan pola makan.
“Cara mengendalikan hipertensi bisa dilakukan dengan periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, kemudian atasi hipertensi dengan pengobatan yang tepat dan teratur, tetap diet dengan gizi seimbang, upayakan aktivitas fisik dengan aman dan menghindari alkohol dan zat karsinogenik lainnya,” pungkas Tan Shot Yen.