MOJOK.CO – Mulai hari ini umat muslim mulai menjalankan ibadah puasa Ramadan. Selain baik untuk kesehatan fisik, berpuasa ternyata juga baik untuk kesehatan mental lho.
Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Bagus Riyono, M.A., Psikolog., menjelaskan bahwa berpuasa bisa untuk meningkatkan kontrol diri. Kondisi ini yang membuat seseorang bisa menunda pemuasan terkait emosi. Keberadan jeda dan tidak impulsif inilah yang menjadikan penurunan ketegangan atau stress dalam diri.
“Dengan berpuasa kita dilatih delay gratification atau menunda pemuasan dari makan, emosi, dan lainnya,” kata Bagus saat bincang-bincang dengan wartawan dalam kegiatan Pojok Bulaksumur, Senin (20/03) mengutip dari laman resmi UGM.
Selain itu, jiwa dilatih menjadi untuk lebih disiplin dan tekun sehingga hati merasakan tenang. Puasa juga melatih diri untuk merespon semua hal dengan lebih tenang sehingga bisa menurunkan stress dalam diri.
Selain itu, dalam masih laman resmi UGM, ada juga penjelasan bahwa emosi saat berpuasa lebih terkontrol tidak lepas dari jadwal makan yang cenderung lebih baik. Konsumsi makanan yang seperti ini membuat cara berpikir menjadi lebih teratur.
Kemampuan berpikir dengan baik dapat mengontrol emosi dengan lebih baik sehingga membantu mengurangi stres. Berpuasa bisa juga menstabilkan hormon kortisol (hormon yang berhubungan dengan stres) hasil produksi kelenjar adrenal. Kondisi ini dapat menekan stres dalam pikiran.
“Puasa Ramadan menjadi momentum untuk bersiap-siap menjalani kehidupan setelah selesai nanti. Jadi jangan sampai mengendalikan diri hanya saat puasa saja, justru ini menjadi latihan mengendalikan diri untuk persiapan kehidupan setelah puasa,”imbuh dia.
Manfaat puasa untuk kesehatan fisik
Sementara dari sisi kesehatan fisik, manfaat puasa tidak perlu dipertanyakan lagi. Dietisien dari FKKMK UGM, Tony Arjuna, S.Gz., M.Nut.Diet., AN., APD., Ph.D menjelaskan, secara fisiologis berpuasa membantu tubuh dalam membakar kalori. Hanya saja beberapa orang masih memiliki kebiasaan yang keliru dalam memilih makanan saat buka dan sahur. Kesalahan ini bisa memengaruhi kesehatan dan kebugaran tubuh saat menjalankan puasa.
“Saat buka puasa makan dalam jumlah yang banyak sehingga menyebabkan gula darah dalam tubuh cepat naik dengan tinggi namun turunnya juga cepat. Hal ini yang tidak sehat untuk badan, adanya jadi lemas dan ngantuk karena caranya kurang tepat,” urainya.
Menurutnya makanan yang tepat untuk buka dan sahur adalah makanan yang sifatnya lambat dicerna tubuh. Misal untuk protein ada daging, ikan, dan ayam. Ia menyarankan untuk memilih karbohidrat kompleks seperti nasi merah, ubi, sereal, roti gandum utuh dibanding karbohidrat sederhana seperti nasi putih dan mie. Mengonsumsi buah dan sayuran yang memiliki kandungan tinggi serat yang lambat dicerna sehingga bisa kenyang lebih lama.
“Kuncinya makanan yang bervariasi, semakin variatif maka semakin banyak zat gizi yang diperoleh tubuh,”imbuhnya. Menurutnya cara yang tepat adalah berbuka dengan makan secara bertahap. Hal itu penting dilakukan supaya energi yang dikeluarkan juga keluar secara bertahap.
Selain itu Direktur Halal Research Center Fakultas Peternakan UGM, Nanung Danar Dono, S.Pt., M.Sc., Ph.D., menjelaskan bahwa pemilihan dan pengolahan bahan makanan juga memiliki pengaruh terhadap kesehatan tubuh
“Pilih bahan yang segar karena kandungan gizinya lengkap dan belum banyak yang rusak. Hindari penggunaan daging basi atau bangkai karena kandungan gizinya tentunya sudah banyak yang berkurang dan berpotensi menimbulkan penyakit,” tutupnya.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi