MOJOK.CO – Demi peringkat 100 besar dunia, Menristekdikti yakin gagasan rektor impor adalah solusi yang tepat. Meski dapat banyak kritikan, Jokowi pun oke-oke saja, tuh.
Wacana kontroversial soal rektor impor ke perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia mendapat sorotan tajam. Usulan ini sebelumnya mulai bergulir sejak tahun 2016. M Nasir, selaku Menristekdikti, menyebutkan bahwa wacana ini bertujuan untuk mendongkrak peringkat PTN agar masuk ke dalam 100 besar peringkat dunia.
Dikutip dari Detik.com, situs resmi Setkab mencantumkan pernyataan M Nasir sebagai berikut:
“(Kita nanti tantang calon rektor luar negerinya) kamu bisa tidak tingkatkan ranking perguruan tinggi ini menjadi 200 besar dunia. Setelah itu tercapai, berikutnya 150 besar dunia. Setelah ini 100 besar dunia. Harus seperti itu. Kita tidak bisa targetnya item per item.”
Ide rektor impor yang tak lazim ini menimbulkan kontroversi. Wakil Ketua Bidang Departemen Kajian Strategis BEM Unpad, Ilham Fajar, menyebutkan bahwa dirinya tak setuju dengan wacana tersebut.
“Dalam konteks rektor asing, harus ada urgensi yang jelas. Harus ada tujuan yang jelas dari rektor asing, apakah dengan adanya rektor asing otomatis membuat perguruan tinggi lebih baik? Kan tidak,” jelasnya.
Pernyataan Ilham seolah sejalan dengan DPR yang jelas mengkritik gagasan ini. Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah bahkan mempertanyakan kesediaan konsep M Nasir dalam membangun PTN berkelas dunia.
Menurut Fahri, apa yang M Nasir tetapkan justru tampak seperti orang yang “buang badan”.
“Gagal membuat BUMN kita kelas dunia, cari CEO asing. Gagal membuat kampus menjadi kelas dunia, cari rektor asing. La sampeyan jadi menteri apa kerjaannya?” kata Fahri.
Tapi, seolah tak peduli-peduli amat dengan kritikan tadi, M Nasir menyebutkan bahwa Presiden Jokowi telah memberi lampu hijau atas gagasan rektor impor ini. Dirinya mengakui telah menyampaikan wacana tadi secara lisan dan dipersilakan untuk melakukan persiapan pelaksanaan tahun 2020.
“Beliau setuju, tergantung bagaimana saya siapkan. Kalau persiapan tidak bagus, ya mungkin kita pending atau bagaimana,” terang Nasir saat ditemui di Undip, Semarang, Kamis lalu (1/8).
Lalu, bagaimana persiapan pelaksanaan ini dirancang?
Masih menurut Nasir, penerapan rektor impor tahun 2020-2024 bakal dilakukan pada beberapa universitas percontohan. Pun, universitas ini belum bisa dipastikan berupa PTN atau swasta.
Menanggapi seluruh kritikan dan komentar miring soal wacana rektor impor, M Nasir agaknya tetap kekeuh dan positif. Ia bahkan menyebut bahwa pihak-pihak yang menolak sebenarnya hanya tidak pernah melihat seperti apa perguruan tinggi asing itu.
Singkatnya, Menteri dari Kemenristekdikti ini sudah yakin benar bahwa peringkat universitas Indonesia bisa melonjak dengan bantuan rektor impor. Agaknya, pernyataan Ariel Heryanto—sosiolog, guru besar, sekaligus Herb Feith Professor di Universitas Monash Australia—sekalipun tak bakal mempan bagi M Nasir.
Yah, soalnya, Ariel sendiri pernah menuliskan: “Semata-mata mengundang rektor asing, sehebat apa pun, tak menjamin naiknya peringkat dunia sebuah universitas. Tidak di negara mana pun.”