Kasus penganiayaan yang melibatkan (((oknum))) tentara jelas sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Tapi, khusus untuk kasus penganiayaan yang muncul karena sebab yang wagu, boleh jadi kasus penempelengan kepala desa oleh dandim yang terjadi Jumat kemarin adalah salah satunya.
Komandan Distrik Militer (Dandim) 0720/Rembang Letkol Inf. Darmawan Setiady sukses menambah daftar penganiayaan yang melibatkan, sekali lagi, (((oknum))) tentara setelah menampar Kepala Desa (Kades) Jambangan M. Hilaludin atau akrab dipanggil Hilal.
Peristiwa penamparan itu terjadi saat rapat koordinasi pengawasan dana desa yang digelar di Pendapa Museum Kartini, Rembang.
Gara-garanya sepele, dalam acara tersebut beberapa pejabat yang hadir menyampaikan sambutan dan paparannya. Dari mulai Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dinpermades) Sulistiyono sebagai yang punya acara, Bupati Rembang Abdul Hafidz, Kapolres Rembang AKBP Pungky Bhuana Santoso, dan tak ketinggalan, Pak Dandim Letkol Inf. Darmawan Setiady.
Nah, malang bagi Pak Kades Hilal, saat Pak Dandim kebagian giliran menyampaikan sambutan dan paparannya, Pak Kades yang satu ini kok ya terlihat leyeh-leyeh di kursinya. Maka, dipanggillah Pak Kades ke depan oleh Pak Dandim, dan… plaaak, satu tamparan meluncur mulus ke pipi kanan Pak Kades.
Usai ditampar, Pak Dandim mengatakan Hilal merupakan salah satu contoh yang tak patut ditiru. Sebab, dia leyeh-leyeh ketika Dandim memberikan sambutan. Pak Kades yang malang itu pun membela diri, “Lha wong saya ini capek, Pak. Semalam baru tidur pukul 02.00.”
Akibat penamparan tersebut, para kades se-Kabupaten Rembang yang hadir langsung walk out meninggalkan lokasi acara sebelum akhirnya diminta kembali ke kursi masing-masing oleh Bupati Rembang Abdul Hafidz.
Insiden ini tentu menjadi pelajaran yang bagus untuk semua masyarakat sipil. Bahwa kalau sedang ada tentara atau orang militer yang sedang berbicara, semua yang merasa sipil harus duduk manis, diam, dan mendengarkan. Jangan malah tidur apalagi leyeh-leyeh. Lha jangankan Pak Hilal yang kepala desa, anak-anak SD yang tidur saat mendengarkan pidato SBY di peringatan Hari Anak Nasional tahun 2012 saja sampai ditegur dan dipaksa untuk dibangunkan je.
Satu-satunya orang yang boleh tidur saat ada militer berbicara hanyalah Setya Novanto. Sebab, ia punya kekuatan magis yang jauh lebih kuat dari kekuatan militer.
Andaikata saat Pak Dandim memberikan sambutan dan yang tidur itu adalah Setya Novanto, bukannya Pak Kades, maka pasti akan berbeda ceritanya: yak, tul, Pak Dandim yang akan menampar pipinya sendiri.