Rekomendasi 7 Kuliner Legendaris di Jogja, Ada yang Favorit Pak Sultan

kuliner legendaris jogja mojok.co

Ilustrasi kuliner legendaris Jogja (Mojok.co)

MOJOK.COKota Jogja tak hanya terkenal dengan lokasi wisatanya, tapi juga ragam kuliner legendaris yang patut untuk dicoba. Meski terkenal sebagai Kota Gudeg, Jogja ternyata juga memiliki sejumlah kuliner yang menarik dan sayang untuk dilewatkan.

Syafaruddin Murbawono menghimpun daftar kuliner legendaris di Jogja yang ia tulis dalam buku Monggo Mampir, Mengudap Rasa Secara Jogja (2009). Dalam buku ini, ia menulis setidaknya ada 96 rumah makan legendaris yang tersebar di Kota Pelajar ini.

Makanannya beragam, mulai dari gudeg, mangut, sate klatak, hingga jadah tempe. Bahkan, beberapa makanan dan rumah makan yang masuk daftar, merupakan favorit Sultan.

Berikut ini Mojok telah merangkumnya menjadi tujuh kuliner legendaris di Jogja yang patut untuk kamu coba.

#1 Jadah Tempe Mbak Carik

Salah satu makanan khas yang bisa kamu saat berkunjung ke Jogja adalah jadah tempe. Olahan yang satu ini berbahan dasar ketan putih, kemudian dipipihkan hingga menjadi seperti adonan.

Jadah tempe yang tersohor di Jogja yakni Jadah Tempe Mbah Carik, yang berlokasi di Jalan Astomulyo, Simpang Lima Wara, Kaliurang, Sleman. Jadah tempe yang eksis sejak 1950-an di sini, konon merupakan salah satu makanan favorit Sultan HB IX.

Mengutip buku Monggo Mampir: Mengudap Rasa Secara Jogja (2009), menyebutkan bahwa “Mbak Carik” sendiri merupakan nama pemberian istri Sultan HB IX, yakni Kanjeng Ratu Ayu Hastungkara.

Pada 1965, Sultan HB IX berkunjung ke Kaliurang dan mampir di warung milik Sastrodinomo. Ia merupakan seorang Carik (juru tulis kelurahan) pada saat itu. Ketika mampir, ternyata jadah tempe buatan Mbah Sastrodinomo memiliki cita rasa yang khusus, meskipun saat itu sudah banyak orang yang berjualan kuliner serupa.

Untuk membedakannya dengan jadah tempe yang lain, atas saran istri Sultan HB IX, warung tersebut mempunyai nama Jadah Tempe Mbah Carik, mengingat Sastrodinomo dulunya adalah seorang carik.

#2 Gudeg Pawon

Tak lengkap rasanya jika ke Jogja, tapi belum menikmati sajian khasnya, gudeg. Makanan yang terbuat dari daging nangka muda ini merupakan ikon kuliner Jogja, yang membuat kota ini akhirnya dilabeli “Kota Gudeg”.

Salah satu rumah makan gudeg yang legendaris adalah Gudeg Pawon, yang sudah berdiri sejak 1958. Di sini, yang membedakannya dengan rumah makan lain, kita juga bisa menyaksikan secara langsung proses pembuatannya di dapur.

Di Gudeg Pawon, proses memasak dilakukan secara tradisional, dengan kayu bakar dan tunggu tanah liat, sehingga cita rasa aslinya masih tetap terjaga.

Berlokasi di Jalan Prof. DR. Soepomo No.36, Umbulharjo, Kota Jogja, rumah makan ini selalu ramai meski baru buka pada pukul 10 malam. Bagi kalian yang ingin mampir, sebaiknya datang dua jam lebih awal karena tempat makan yang satu ini terkenal dengan antrean yang selalu mengular.

#3 Gudeg Mbok Lindu

Selain Gudeg Pawon, rumah makan gudeg lain yang populer di Jogja adalah Gudeg Mbok Lindu. Saking legendarisnya, rumah makan ini pernah masuk dokumenter kuliner Netflix.

Gudeg Mbok Lindu sudah ada sejak era kolonial Hindia-Belanda. Sementara sang perintis, Mbok Lindu, terkenal sebagai penjual gudeg tertua di Jogja. Beliau wafat pada 12 Juli 2020 di usia 100 tahun. Anaknya lantas melanjutkan usaha ini.

Gudeg Mbok Lindu berada di Jalan Sosrowijayan, tepatnya di pos depan Hotel Grage Ramayana. Proses memasak gudeg ini masih menggunakan kendi dari tanah liat dan proses memasaknya menggunakan kayu, sehingga membuat cita rasa khasnya terjaga.

#4 Soto Kadipiro

Soal warung soto paling legendaris seantero Jogja, Soto Kadipiro pasti selalu di daftar teratas. Soto Kadipiro sudah eksis sejak 1928, dan kini menjadi salah satu warung makan dengan cabang terbanyak di Jogja.

Warung induk atau yang asli berada di Jalan Wates, Jogja, yang buka dari pukul 07.30-14.00 WIB Ciri khas soto ini menggunakan daging ayam kampung dan memiliki kuah bening—tentu berbeda dengan soto Jawa Timuran yang lebih kuning.

Untuk menjaga rasa dari Soto Kadipiro agar tetap asli, maka sampai saat ini cara memasaknya masih menggunakan cara yang tradisional menggunakan kuali tanah liat dan kayu bakar.

#5 Bale Raos

Boleh dibilang, Bale Raos merupakan rumah makannya para Sultan. Berlokasi di Jalan Magangan Kulon Nomor 1, sangat dekat Keraton Jogja, restoran ini menyajikan hidangan khusus dari kegemaran raja-raja zaman dulu, sejak Sultan HB VIII hingga Sultan HB X.

Gecok Ganem, salah satu menu yang paling terkenal, merupakan makanan favorit Sultan HB IX. Sajian ini berisi daging sapi giling yang berbentuk bulat, kemudian dikukus dengan kuah santan. Mirip seperti sayur lodeh.

Rasa daging sapi yang lembut dan kuah santan yang gurih akan memanjakan lidah Anda. Begitu juga dengan potongan cabe hijau dan merah yang menambah aroma dan rasa.

Restoran ini juga memiliki arsitektur Jawa yang kental. Serta, terdapat iringan gamelan yang nyaring dan khas untuk menyambut datangnya para tamu.

#6 Mangut Lele Mbah Marto

Mangut lele merupakan salah satu menu khas yang bisa kamu nikmati ketika berada di Jogja. Mangut, merupakan lele yang proses memasaknya menggunakan kuah santan gurih dan bumbu pedas.

Salah satu rumah makan mangut yang terkenal di Jogja adalah Mangut Lele Mbah Marto. Rumah makan ini sudah berdiri sejak 1960-an, dan hingga sekarang masih mempertahankan ciri khasnya.

Ciri khas yang dimaksud adalah cara memasaknya yang masih tradisional yakni memakai tungku dan kayu bakar. Sehingga, rasa otentik smoky pada lele masih terjaga.

Untuk menuju ke warung ini, pengunjung harus blusukan di Dusun Nggeneng, Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul. Di warung Mbah Marto, wisatawan bisa langsung masuk ke dapur dan mengambil lauk secara mandiri langsung dari pancinya.

#7 Sate Klatak Pak Pong

Meski baru berdiri pada 2005, Sate Klatak Pak Pong nyatanya sangat melegenda. Berlokasi di Jalan Stadion Sultan Agung, Imogiri, Bantul, Sate Klatak menjadi populer lantaran sajian satenya yang unik.

Jika umumnya sate menggunakan bumbu kacang, Sate Klatak Pak Pong bumbunya hanya dengan garam dan merica. Cita rasanya gurih nikmat. Biasanya, ia tersaji bersama kuah gulai dan potongan-potongan daging kambing tertusuk ruji sepeda yang terbuat dari besi.

BACA JUGA Gulai Tambusu dan Hal-hal lain yang Membedakan Nasi Kapau dengan Nasi Padang

 

Exit mobile version